Arti Ibadah
Bacaan: Yesaya 58:1-14
Nats: Yesaya 58:6-7, Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!
Syalom Saudara-saudara yang kekasih dalam Tuhan Yesus Kristus . . . .
Pada hakikat manusia memiliki kebutuhan dalam sisi kerohaniannya , yaitu beribadah. Dalam jauh dilubuk hatinya manusia sadar bahwa ada kuasa yang jauh lebih besar dan mereka akan menyembahnya termasuk zaman dahulu mereka menyembah batu, pohon , gunung dan sebagainya.
Ibadah menurut kekristenan adalah merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh untuk memuliakan Tuhan, sebagai respons terhadap keselamatan yang telah dikaruniakan Tuhan kepadanya.
Arti ibadah ( abodah) dalam bahasa arti adalah sikap membungkukkan badan tanda hormat seperti seorang hamba kepada tuannya.
Ibadah yang berkenan kepada Tuhan adalah sikap hati yang benar dalam tindakan saleh.
Saleh artinya taat menjalankan ibadah disertai perbuatan yang benar. Saleh beribadah tanpa dilakukan dengan sikap hati yang benar adalah kemunafikan !! Atau kesalehan yang palsu.
Kita melihat kemunafikan bangsa Israel adalah mementingkan aturan agama dalam menunaikan ibadah puasa, tetapi melalaikan makna dari berpuasa yang diinginkan Allah. Arti ibadah puasa secara luas tidak saja bermakna mengendalikan rasa lapar dan haus, tetapi yang dikehendaki Allah adalah mengendalikan diri tidak melakukan perbuatan dosa.
Mereka menyangka jika ibadah puasa yang dilakukannya berkenan di hadapan Allah.
Padahal apa yang dilakukannya bertentangan dengan kehendakNya, mereka tetap mengejar kepentingan pribadi dan memperlakukan orang lain tidak benar (lihat ayat 3-4 ).
Tetapi puasa yang dikehendaki Allah yaitu : menegakkan keadilan (ayat 6), membagi berkat bagi orang lain (ayat 7, 10). Mentaati peraturan Allah dan berbuat baik bagi orang lain adalah perwujudan puasa sebagai ibadah yang sejati.
Oleh sebab itu kita perlu mengoreksi diri, apakah ibadah atau kesalehan kita sudah selaras dengan perbuatan kita !!!, Jangan sampai ibadah kita hanya untuk kepentingan diri sendiri. Itu artinya bukan ibadah yang sejati tetapi kesalehan yang palsu.
Tuhan memberkati
EW