Beberapa Telempap Saja

March 13, 2024 0 Comments

Renungan Harian Rabu, 13 Maret 2024

Bacaan: Mazmur 39:1-14

“Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!“ Mazmur 39:5

Kata “telempap”(ay.6) hampir-hampir tidak pernah kita dengar atau membacanya dalam bacaan atau percakapan sehari-hari. Kata itu berarti satu lebar telapak tangan. Rupanya orang Ibrani menggunakan telempap (sekitar 10 cm) sebagai alat ukur. Kita lebih terbiasa menggunakan jengkal untuk mengukur.

Sangat singkat

Pemazmur mengatakan bahwa hidupnya hanya beberapa telempap. Kalau dikatakan hidup manusia hanya beberapa telempap berarti hidup manusia itu hanya beberapa lebar telapak tangan. Kalau perjalanan hidup manusia itu katakanlah tiga atau lima telempap; itu hanya sama dengan satu langkah. Satu langkah lalu berhenti. Itulah perjalanan hidup manusia di dunia di hadapan Tuhan. Ini berarti Tuhan mengingatkan kita bahwa hidup kita di dunia ini teramat pendek dibanding dengan kehidupan kita di surga yang tidak ada batasnya. Betapa pendeknya hidup ini!

Meskipun ada orang yang berumur panjang, ternyata hanya sebagian dari umur itu yang sungguh-sungguh berarti. Saat terbaik dalam hidup seseorang pun hanya sekejap, seperti uap. Selebihnya mengecewakan. Bahkan ada orang yang sepanjang hidupnya tidak pernah merasa bahagia.

Pentingnya kesadaran

Di dalam doanya pada ayat emas, pemazmur meminta Allah memberitahu batas ajalnya. Maksud permohonannya bukanlah meminta Allah memberitahu kapan ia mati. Saat kematian adalah rahasia Tuhan. Yang dimaksud olehnya adalah agar diberi kesadaran betapa singkat dan tidak pastinya hidup itu. Kesadaran ini penting karena banyak orang tidak pernah berpikir serius tentang kefanaan hidupnya. Pokoknya hidup dipuas-puaskan saja. Mereka berpendapat, “Hidup ini hanya satu kali, mengapa harus susah-susah?”

Semua orang akan menghadapi kematian

Kita perlu memahami apa itu kematian. Bahwa kematian adalah akhir kehidupan di dunia ini. Bagi orang fasik, kematian adalah akhir segala kesenangan. Namun bagi orang benar, kematian adalah akhir dari segala kesedihan. Jika kita memandang kematian sebagai sesuatu yang serius dan bisa terjadi kapan saja maka kita tidak akan main-main dengan kehidupan sekarang.

Hidup untuk kekekalan

Kesadaran bahwa kita makhluk yang fana seharusnya membuat kita hidup bukan hanya untuk hari ini tetapi untuk kekekalan. Oleh sebab itu, pada saat kita berpikir bahwa hidup di dunia ini fana, pada saat yang sama kita juga harus berpikir tentang kekekalan. Bahwa kita diciptakan Allah untuk kekekalan. Kekekalan yang paling sempurna hanya bisa dinikmati jika kita nanti hidup bersama dengan Sang Pencipta dan Sang Penebus kita. Jika kita ingin menikmati hidup kekal seperti itu, jumpailah Tuhan Yesus di dalam kefanaan sekarang.

CM

Bacaan Alkitab hari ini : Keluaran pasal 9 dan 10

https://elohim.id/baca-alkitab-rabu-13-maret-2024/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *