BELAJAR BERSIKAP TEPAT
Renungan harian youth, Selasa 23 November 2021
Syalooom… selamat pagi rekan-rekan Youth. Apa kabarnya hari ini? Semoga kita semua sehat selalu dan dalam lindungan Tuhan. Banyak sekali pelajaran-pelajaran moral yang dapat kita petik setiap hari, dan semuanya itu seharusnya menolong kita untuk menemukan karakter yang baik dalam diri kita sehingga kita dapat bersikap dengan tepat dalam menghadapi berbagai problema kehidupan, khususnya dalam hidup anak-anak muda.
Jika kita merenungkan segala pencapaian kita, mungkin bagi teman-teman yang dikenal berprestasi di bidang pendidikan maupun yang sudah bekerja dan memperoleh promosi di tempat bekerja, seringkali ego kita membawa kita pada suatu sikap bahwa “saya telah bekerja keras untuk mencapai semua ini.” Bener gak ya teman-teman? Namun, coba uji benar-benar hati kita untuk meninjau pernyataan tersebut.
Lembaga Carnegie pernah menganalisa prestasi dari 10.000 orang dan menyimpulkan bahwa 15% dari kesuksesan mereka adalah berkat latihan teknis, dan 85% adalah berkat kepribadian. Ciri khas utama kepribadian adalah sikap. Ini artinya sikap memegang peranan penting dalam keberhasilan. Ya, sikap yang baik akan mendukung kita untuk bisa maksimal dan tangguh dalam menghadapi hidup ini.
Sangat penting bagi kita untuk menjadi anak muda yang mengakui keberadaan Tuhan dalam setiap kondisi kehidupan kita, karena itu adalah cara kita untuk belajar bersikap dengan tepat.
Amsal 3:6, Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.
Dalam Alkitab, kita mendapati bahwa perjalanan Daud untuk menjadi seorang raja tidaklah mudah. Walau telah ditetapkan langsung oleh Tuhan dan diurapi oleh nabi Samuel, ia harus melewati banyak rintangan, seperti dibenci raja Saul, dikejar-kejar seperti penjahat, sampai harus melarikan diri ke negeri orang Filistin. Dibutuhkan waktu yang panjang bagi Daud untuk akhirnya benar-benar menjadi raja. Namun, dalam melalui berbagai kesulitan tersebut, Daud tidak pernah bersikap buruk. Kendati Saul begitu membencinya apalagi hendak membunuhnya, Daud tidak pernah menodai tangannya dengan kejahatan, sekalipun ada kesempatan .
Pertimbangan dalam hati Daud menuntun ia untuk bertindak dengan tepat
1 Samuel 24:5-7, Lalu berkatalah orang-orangnya kepada Daud: “Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.” Maka Daud bangun, lalu memotong punca jubah Saul dengan diam-diam. Kemudian berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul; lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: “Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.”
Bagi Daud, pembalasan adalah hak Tuhan dan dia tidak ingin mendahului Tuhan dalam bertindak. Kita semua mungkin geram dengan perilaku orang yang tidak tahu arti kedisiplinan dan ketundukkan pada sebuah otoritas. Namun dalam hal ini Daud mengerti batasan ketundukkan pada otoritas Allah dengan tidak membiarkan dirinya melakukan penumpahan darah.
Allah sangat memperhatikan umat-Nya yang selalu mengadakan pertimbangan untuk bertindak dengan tepat.
Daud tidak pernah begitu ambisius dengan jabatan raja. Bahkan setelah Saul meninggal, Daud tetap menunjukkan kasihnya kepada keluarga Saul. Sikap terpenting yang kita dapati dari Daud yaitu selalu mengandalkan Tuhan. Kemenangan-kemenangan yang diperoleh, dicatat di dalam Alkitab disertai perilakunya yang selalu bertanya akan kehendak dan pimpinan Tuhan. Sampai pada waktunya, segala suku Israel datang dan meminta Daud untuk menjadi raja bagi mereka.
2 Samuel 5:1-4, Lalu datanglah segala suku Israel kepada Daud di Hebron dan berkata: “Ketahuilah, kami ini darah dagingmu. Telah lama, ketika Saul memerintah atas kami, engkaulah yang memimpin segala gerakan orang Israel. Dan TUHAN telah berfirman kepadamu: Engkaulah yang harus menggembalakan umat-Ku Israel, dan engkaulah yang menjadi raja atas Israel.” Maka datanglah semua tua-tua Israel menghadap raja di Hebron, lalu raja Daud mengadakan perjanjian dengan mereka di Hebron di hadapan TUHAN; kemudian mereka mengurapi Daud menjadi raja atas Israel. Daud berumur tiga puluh tahun, pada waktu ia menjadi raja; empat puluh tahun lamanya ia memerintah.
Tentu permintaan ini terjadi karena mereka telah melihat perilaku Daud sedari awal, yang telah memiliki sikap hati yang baik, tidak egois, dan tidak ambisius untuk sebuah posisi. Hingga akhirnya Tuhan sendiri mengangkat Daud melalui persetujuan seluruh Israel. Keberhasilan dalam hidup kita akan tercapai jika tangan Tuhan yang memberkati kita, dan itu terjadi jika sikap-sikap kita sesuai dengan kehendak Tuhan.
Bersikap dengan tepat menjadikan kita orang yang berintegritas dan menjadikan Firman Tuhan sebagai ukuran dalam bertindak.
Tanpa sikap-sikap yang baik kita tidak akan bisa mencapai potensi kita sepenuhnya. – John Maxwell
Komitmen kita: Aku mau mengembangkan sikap yang baik dalam diri saya, membuat pertimbangan menurut Firman Tuhan dan hidup dalam integritas yang berkenan dihadapan Tuhan.
RM -MLE