“Belajar Untuk Puas dengan apa yang ada”
Filipi 4:11, “Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.”
“Saya mengemukakan ini bukan karena saya berkekurangan, sebab saya sudah belajar merasa puas dengan apa yang ada.” (IBIS).
Puas dalam segala situasi memang sulit, kita lebih gampang untuk tidak puas ketika mengalami keadaan atau situasi yang tidak kita harapkan. Pagi ini kita akan belajar bagaiman untuk menjadi puas dalam segala keadaan yang sedang kita alami. Dari pembacaan kita pagi ini, ada beberapa hal yang dapat membawa kita menjadi orang yang puas dalam segala situasi:
Belajar
Dalam ayat ini, yang perlu diperhatikan adalah kata: “Belajar“. Saya sudah belajar merasa puas. Paulus mencapai kepuasan seperti itu, bukan tiba-tiba, tetapi melalui belajar. “Hidup adalah sebuah sekolah”. Hidup Ini adalah sebuah kelas. Melalui sebuah proses yang panjang dalam kesulitan hidup, saudara akan tiba pada satu titik, yakni merasa puas dengan keadaan diri kita. Ini adalah suatu proses. Mungkin ini menjadi salah satu alasan terbesar mengapa Allah mengizinkan kesulitan-kesulitan ini datang ke dalam hidup kita, karena melalui proses itu, kita belajar tentang apa itu kepuasan.
Selalu berpikir Positif
Hal kedua untuk belajar puas adalah dengan memikirkan hal-hal yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu (ay.8). Kuasailah pikiran kita. Mungkin kita memiliki sangat banyak pikiran negatif dalam keadaanmu saat ini. Hal-hal negatif itu tidak ada gunanya. Itu hanya akan menyeret lebih jauh dan menghancurkan jiwa kita. “Kita harus sangat berhati-hati jangan sampai pikiran kita diperbudak oleh proses berpikir negatif . Ketika saudara berjalan melalui lembah-lembah, Anda tidak perlu ditarik ke bawah lebih jauh lagi oleh pikiran negatifmu. Apa pun yang patut dipuji, yang mulia, yang suci, pikirkanlah semuanya itu.
Menjadi Seorang Pemberi
Ketiga, bagaimana supaya menjadi puas? Dalam keadaan yang sulit, tetaplah menjadi seorang pemberi. Ketika kita memberi kepada orang lain, Allah akan menyuplai semua kebutuhan kita.
Paulus mengatakan bahwa dia telah menerima semua yang perlu dari pada jemaat Filipi, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah. (19) Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.Php 4:18-19.
Prinsip ayat ini adalah karena kita seorang pemberi, maka kita akan diurus oleh Allah. Itu prinsip dalam Alkitab. Amsal 11:25 berkata, “Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. Mazmur 37:25-26 Psa 37:25-26 Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; (26) tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.
Dalam keadaan ekonomi yang sulit, kita masih bisa memberi dan harus menjadi seorang pemberi. Kesulitan ekonomi jangan mencegah kita memberi kepada Tuhan dan kepada sesama. Bukan jumlahnya yang penting dalam pemberian itu, tetapi hatinya. Melalui pemberian, kita akan belajar apa itu cukup, apa itu puas dan Tuhan akan menyuplai semua kebutuhan kita.
Kepuasan tidak bergantung kepada situasi dan kondisi kita. kapanpun dan dalam keadaan apapun kita dapat merasa puas, baik itu dalam dalam kelimpahan maupun dalam kekurangan.
Tuhan Yesus Memberkati.
CM