BELANJA PUN BUTUH HIKMAT

June 11, 2024 0 Comments

Renungan Harian Youth, Selasa 11 Juni 2024

Pengkhotbah 2:10-11, Segala sesuatu yang diminta oleh mataku, aku tidak menahan mereka. Aku tidak menahan hatiku dari segala kesenangan. Sebab, hatiku bersukacita atas segala kerja kerasku. Itulah bagianku dari segala kerja kerasku.  Kemudian, aku berpaling kepada semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh tanganku dan semua kerja keras yang telah kuusahakan. Lihatlah, semuanya adalah kesia-siaan dan usaha mengejar angin. Tidak ada keuntungan di bawah matahari.

Di zaman sekarang, ada begitu banyak aplikasi e-commerce yang menjajakan produk- produk menarik bagi kita. Tentunya aplikasi-aplikasi ini adalah inovasi yang baik. Namun, jika benar demikian, mengapa banyak orang yang justru terbelit hutang dalam situs-situs pinjol (pinjaman online) untuk membeli produk-produk tersebut?  ini adalah hal yang menarik untuk dibahas, karna kadang-kadang, justru kita terjerat kepada suatu masalah hanya karena sebuah penglihatan yang menarik.  Dan pada akhirnya, mungkin teman-teman sering mengalaminya, setelah barang tersebut datang, itu tidak berfungsi dengan baik sesuai dengan harapan kita.

Dalam sebuah jurnal ditemukan pernyataan berikut, “budaya shopping selama ini pada umumnya dikaitkan dengan wanita, bahkan menjadi stereotip untuk para wanita.  Namun, pada kenyataannya juga menjadi satu fenomena di kalangan kaum pria.  Kalau para wanita biasanya suka berbelanja di toko-toko dan mal-mal, namun para pria umumnya berbelanja secara online.  Survey yang dilakukan oleh situs lelang eBay menunjukkan, “para pria justru lebih mudah mengeluarkan uang jika berbelanja di dunia maya.  Menariknya lagi, ternyata pria justru menghabiskan uang lebih banyak.  Bahkan, selisihnya dibanding perempuan mencapai sekitar RP. 3 juta lebih untuk belanja barang yang diminatinya.

(source: https://www.researchgate.net/publication/334055201_BUDAYA_SHOPPING_DAN_KEKRISTENAN)

Rekan-rekan youth, Berdagang dan membeli barang bukanlah sesuatu yang buruk. Di dalam hikmatnya, cara ini dipakai manusia untuk menyebarkan sumber daya secara merata. Aku punya ini dan kamu punya itu. Kamu menginginkan milikku dan aku menginginkan milikmu. Jadi kita berdagang. Melalui perdagangan kita mendapatkan apa yang kita inginkan tanpa perlu mencuri. Hal serupa dilakukan oleh Salomo. Dengan segala kekayaannya, ia “tidak merintangi mataku dari apa pun yang dikehendakinya, dan aku tidak menahan hatiku dari sukacita apa pun.” Kenapa? Karena “itulah hasil jerih payahku” (ay. 10).

Amsal 20:21, Milik yang diperoleh dengan cepat pada mulanya, akhirnya tidak diberkati.

Ayat firman Tuhan ini bermakna bahwa Harta kekayaan yang meningkat secara tiba-tiba sering kali hancur secara tiba-tiba pula. Harta itu diperbanyak secara tergesa-gesa, tetapi, karena tidak diperbanyak secara jujur, maka cepat matang cepat pula busuknya: akhirnya tidak diberkati Allah, dan jika Ia tidak memberkatinya, maka harta itu tidak bisa menghibur atau tahan lama. Dengan begitu, siapa yang memperolehnya akan menjadi orang bebal pada akhirnya.

Sehingga Allah juga telah memberikan kemampuan kepada manusia untuk memilih sesuai kehendak Allah (27). Hati nurani merupakan terang dari Tuhan yang menyoroti seluruh batin. Artinya, manusia mampu membedakan apa yang tepat sesuai keinginan Allah.  Sekalipun demikian, kita tahu bahwa pilihan kita cenderung berdasarkan keinginan daging, keinginan mata, atau keangkuhan hidup. Oleh karena itu, kita harus terus-menerus menaklukkan keinginan-keinginan itu agar kita bisa memilih berdasarkan keinginan Allah.

Coba bandingkan dengan orang-orang yang melakukan impulsive buying, yakni mereka yang memiliki keinginan untuk tiba-tiba membeli sesuatu tanpa pertimbangan panjang. “Ini kan gajiku! Terserah aku mau dipakai apa!” Ya, memang uang adalah milik dan hasil usaha Anda. Namun, ayat emas di atas memperingatkan bahwa membeli sesuatu dengan cepat tanpa pertimbangan adalah tindakan yang tidak akan diberkati. Ini sangat relevan dengan zaman sekarang. Dengan berjerih payah seseorang bekerja untuk mengumpulkan rezeki, tetapi rezeki itu dipakai secara boros untuk membeli hal-hal tidak berguna yang tidak terpakai. Barang yang dibeli hanya menjadi sarang debu saja. Ini pun adalah suatu bentuk tidak diberkati Tuhan karena kebodohan sendiri.

Rekan-rekan youth, Alkitab memiliki lebih dari 2.350 ayat yang membahas tentang uang, ini menjadikan “uang” salah satu topik yang paling banyak dibahas.  Tentu, penting bagi orang percaya mempertimbangkan nasihat Kitab Suci ketika merencanakan atau mengelola keuangan.  seperti kata seorang pengkhotbah Kristen, “Cara kita mengelola uang adalah cerminan langsung dari sikap hati kita kepada Tuhan.”  Uang adalah alat untuk memuliakan Tuhan di dunia ini.  Dan Tuhan Yesus pernah berujar, Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (Mat. 6:21).”

Bagaimana dengan kita? Kehadiran aplikasi-aplikasi e-commerce memang membuat segala sesuatu makin praktis. Namun, ini juga menjadi godaan untuk menggunakan uang secara tidak berhikmat. Tidak hanya e-commerce, belanja yang dilakukan secara tradisional pun dapat menjadi godaan untuk menggunakan uang yang Tuhan percayakan dengan tidak bertanggung jawab. Ingat perumpamaan Tuhan Yesus tentang talenta! Harta yang kita miliki juga adalah talenta yang Tuhan percayakan untuk kita kembangkan.

Jadi, setiap kali kita ingin membeli sesuatu, jadilah orang yang berhikmat! Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah ini kebutuhan atau keinginan saja?”

Tuhan Yesus Memberkati

RM – DOT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *