BERUBAH DAN BERTUMBUH
Renungan Harian Youth, Selasa 17 Mei 2022
Yohanes 8:32, “dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.
Syalom rekan-rekan semuanya, semoga hari ini kita menikmati hari yang diberkati Tuhan.
Kaca mobil yang terkena suatu kotoran atau terkena air hujan biasanya akan dibersihkan dengan menggunakan wiper dan biasanya wiper terpasang di bagian depan dengan belakang. Dengan adanya wiper, maka pandangan pengendara tidak akan terhalang dan bisa melihat jelas ke arah depan atau belakang. Wiper memang memiliki peranan yang sangat penting untuk keselamatan para pengendara, karena kinerja wiper sangat berkaitan dengan peningkatan keselamatan berkendara. Apabila hujan deras dan mobil tidak menggunakan wiper, maka kaca mobil berembun. Embun yang terlihat di kaca akan menghalangi pandangan pengendara. Ketika pandangan pengendara terhalang, maka risiko kecelakaan berkendara sangatlah tinggi. Hal ini menjadikan wiper sebagai piranti tambahan mobil yang sangat penting dan harus ada pada semua jenis kendaraan.
Rekan-rekan youth, tahukah kalian semua bahwa Saat mobil dipasarkan pertama kali, kaca mobil belum dilengkapi dengan wiper. Pada zaman dahulu, saat seseorang mengendarai mobil dan tiba-tiba turun hujan, yang mereka lakukan adalah kepalanya melongok keluar jendela agar tetap bisa melihat jalan, dan kalau hujannya sangat deras, maka mereka pun harus berhenti dulu dan menunggu sampai hujan itu reda dan bisa melanjutkan perjalanan kembali. Pada tahun 1903, seorang yang bernama Mary Anderson membuat alat yang bisa dipasang di depan kaca depan mobil yang kini dikenal sebagai wiper. Pertanyaannya adalah apakah wiper tersebut langsung diterima oleh pengguna kendaraan saat itu?
Masalah yang terjadi saat itu adalah orang-orang sudah terbiasa dengan melongok keluar saat hujan dan sudah terbiasa berhenti saat hujan deras. And for your information, jarak antara pertama kali mobil dipasarkan dan saat wiper ditemukan adalah kira-kira 20 tahun lamanya. Penemuan Mary Anderson pun tidak langsung diterima, karena paradigm dan kebiasaan orang-orang yang sudah nyaman dengan apa yang mereka lakukan tersebut. Kalau mungkin kita ada di posisi Mary Anderson waktu itu, bisa jadi kita pun ragu, apa yang ada bakal menerima kaca mobilnya dipasang wiper, dan saat itu dunia masih ragu-ragu dengan sesuatu yang baru.
Saat kita melakukan perubahan, mengubah beberapa kebiasaan, bahkan melakukan hal yang belum pernah kita lakukan, akan selalu ada suara yang seolah meragukan dan menerima perubahan tersebut.
Mengapa kita perlu berubah?
Dalam prinsip long live education, pelajaran didapati dari sebuah pengalaman. Artinya ada sesuatu yang terjadi terlebih dahulu barulah hikmah dari kejadian tersebut dijadikan sebuah pelajaran. Hal-hal yang biasa dilakukan dalam hidup bisa membawa hidup dalam pemakluman terhadap apa yang sebenarnya bisa dirubah dan bahkan tidak menyadari bahwa sebenarnya sudah terjadi stagnasi dalam kehidupan. Yang kita kerjakan adalah hal-hal yang itu saja dan hasilnya pun itu-itu saja. Tidak ada inovasi dan kemajuan yang kita temukan jika jalani hidup yang begitu-begitu saja.
“Berubah adalah hasil akhir dari semua pembelajaran yang benar.” –Leo Buscaglia
Begitu pun juga dalam pengiringan kita sebagai anak-anak Tuhan. Stagnasi dalam kehidupan Kristen tidak dapat diterima. Nyatanya, Alkitab menyatakan bahwa Tuhan lebih suka kita panas atau dingin. Karena jika kita suam-sua kuku, Ia akan memuntahkan kita dari mulut-Nya (Wahyu 3:16). Sama seperti jika kita memakan makanan/atau buah yang sudah rusak(busuk), pada kecapan pertama, kita akan langsung ,meludahkannya keluar. Dan kehidupan Kristen yang biasa-biasa saja tidak akan menemukan kebahagiaan sejati dan terancam akan mengalami pengalaman dimuntahkan oleh Allah yang bermakna sebagai suatu gambaran kehidupan yang sangat keras dan penuh kejijikan.
Rekan-rekan youth, biasanya, semakin tua seseorang, mereka akan terbiasa dengan cara-cara mereka sendiri. Mungkin kadang kita juga demikian, karna terkadang kita juga berkata demikian: “begitulah yang selalu aku lakukan.” Namun, Yesus menantang kita untuk terus berbuah dan bertumbuh. Yesus tidak menyukai orang-orang yang suam-suam kuku, yaitu orang yang percaya kepada-Nya dengan tidak sepenuh hati (lihat Mat. 22:37-39). Bagi Dia, adalah lebih baik jika orang memilih “Ya” dan mengasihi Dia dan mengasihi Dia dengan segenap hati atau orang yang memilih untuk menolak Dia dan berkata “Tidak sama sekali.”
Jika kita berubah, maka perubahan yang kita lakukan harus berlandaskan pada kebenaran Firman Tuhan dan mengarahkan kita selalu untuk semakin bertumbuh dalam kebenaran.
Kalimat “Kebenaran itu akan memerdekakan kamu”, artinya kebenaran yang diajarkan Kristus berkuasa memerdekakan manusia. Mengenal, menyambut dan mempercayai kebenaran ini benar-benar memerdekakan kita, untuk merdeka dari berbagai prasangka, kesalahan, dan gagasan yang keliru, yang sungguh memperbudak dan menjerat jiwa. Kemerdekaan sejati melalui kebenaran Allah ini merupakan tuntunan bagi setiap untuk bertumbuh dan terus menguji setiap perubahan yang terjadi di sekitar kita apakah sudah sesuai standart kebenaran yang Allah nyatakan dalam Firman-Nya.
Hanya mereka yang tetap dalam firman Kristus yang akan diterima sebagai murid yang sesungguhnya, yang setia kepada firman-Nya dalam segala hal tanpa mendua hati, dan yang tetap tinggal di dalamnya sampai akhir hidupnya tanpa menjadi murtad. Persekutuan kita dengan firman-Nya dan ketaatan kita kepada firman-Nya harus tetap. Jika kita tetap menjadi murid-murid-Nya sampai akhirnya, maka, hal ini membuktikan bahwa diri kita adalah murid-Nya yang sesungguhnya.
Teruslah pelajari Firman-Nya. Teruslah berubah sementara Ia membentuk kita.
Amin, Tuhan Yesus Memberkati.
RM – MLE