BIJAK DENGAN LIDAH

BIJAK DENGAN LIDAH
Renungan Harian Youth, Jumat 04 Maret 2022
Amsal 10:19 (FAYH), Jangan banyak bicara. Orang yang banyak bicara membuat banyak kesalahan. Karena itu, bersikaplah bijaksana dan kendalikanlah lidahmu.
Syalom rekan-rekan elohim youth, salam sehat dan semangat selalu bagi kita semua. Tuhan menyertai dan memberkati kita dan segala yang kita kerjakan dibuat Tuhan berhasil.
Menjaga lidah adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan orang yang beriman kepada Yesus, sebab dengan sedikit saja kita salah berbicara maka hal ini akan menimbulkan dampak yang tidak kecil,menimbulkan perpecahan dalam persahabatan, dalam pergaulan, dalam organisasi, dalam pelayanan, di tengah-tengah masyarakat, atau bahkan dalam kehidupan keluarga. Mengingat dampak yang timbulkan sangat besar, maka Amsal diatas memperingatkan agar tidak banyak bicara, artinya jika kata-kata yang diucapkan tidak berguna, yang hanya membawa petaka, yang tidak membawa kedaimaian dan yang hanya membuat sakit hati ,agar tidak dilakukannya, sebab kita harus ingat firman Tuhan Yesus yang mengatakan
Kita bisa melihat hubungan antara hikmat dengan sikap mengekang lidah. Dalam versi terjemahan baru, Amsal 10:19 menulis, “Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.”
Rekan-rekan youth, Kitab Amsal adalah kumpulan ucapan-ucapan ringkas dan nasihat perilaku untuk pendidikan orang muda. Amsal 10-22 menunjukkan segi-segi kebijaksanaan hidup yang praktis dalam contoh para bijak (saleh) dan para bodoh (yang tidak ber-Tuhan). Sikap bijak kita tunjukkan ketika kita menjaga apa dan berapa banyak yang kita ucapkan dalam situasi-situasi tertentu.
Menjaga ucapan pada saat kita sedang marah juga merupakan perbuatan yang bijaksana.
Rasul Yakobus mendorong sesama orang percaya dengan menasihati, “Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” (Yak. 1:19). Mengendalikan perkataan kita juga menunjukkan penghormatan kepada Allah. Salomo berkata, “Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit” (Pkh. 5:1). Saat ada seseorang yang sedang berduka, kehadiran kita tanpa banyak bicara mungkin akan lebih membantunya daripada ungkapan simpati yang kita ucapkan bertubi-tubi: “Seorangpun tidak mengucapkan sepatah kata kepadanya, karena mereka melihat, bahwa sangat berat penderitaannya” (Ayb 2:13).
Meskipun ada waktu untuk berdiam diri dan ada waktu untuk berbicara (Pkh. 3:7), memilih untuk mengekang lidah akan memampukan kita untuk lebih siap mendengar.
Orang yang menjaga ucapannya disebut orang benar. Setiap perkataannya mengeluarkan hikmat. Hikmat dipahami sebagai pengetahuan dan pengertian akan apa yang benar, adil, tulus dan jujur. Hikmat berasal dari Tuhan, yang memberikan pengertian kepada mereka yang menghormati dan menaati Tuhan, sedangkan lidah yang jahat dimiliki oleh orang fasik mengeluarkan tipu muslihat.
KEBENARAN ALLAH MENUNTUN KITA BERTANGGUNG JAWAB MULAI DARI PERKATAAN KITA
Tidak mudah menjalani hidup sebagai orang Kristen, terlebih untuk menjaga hidup supaya tetap berkenan kepada Tuhan, sebab dengan meremehkan firman Tuhan dan tidak menjadi pelakunya, maka kehidupan orang Kristen tidak ada bedanya dengan orang fasik. Kita masih sering menjumpai orang Kristen yang ‘bocor’ mulutnya, suka menggemakan kata-kata yang sia-sia. Seringkali kita mengabaikan soal ‘bicara’ ini. Bila hal ini tidak penting, tentunya Alkitab tidak akan menulis ayat yang berkenaan dengan ucapan ini. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita tidak dapat menahan ucapan. Kita mudah terjerumus ke dalam percakapan yang jahat (gosip) dan melalui ucapan sering kita mempunyai kecenderungan menyombongkan diri. Kita juga terjerat untuk berkata-kata kotor atau sembrono, mengumpat/mendamprat orang dan masih banyak lagi.
Dari sikap hidup dan ucapan yang menggema dari mulut kita sehari-hari, dapatlah diukur apakah kita orang Kristen yang sungguh-sungguh memperhatikan firman Tuhan di segala aspek kehidupan kita atau hanya sekedar menjalankan firman. Alkitab menyatakan dengan tegas: “Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.” (Yakobus 1:26); disebutkan pula bahwa setiap kata-kata sia-sia yang kita ucapkan akan kita pertanggungjawabkan kelak di hadapan Tuhan (Mat.12:36).
Pergunakanlah mulut kita sebagai sarana untuk memuliakan Tuhan
Dari semua kata-kata yang keluar dari mulut kita itu, dapatkah kita memperkirakan yang lebih banyak keluar dari mulut kita, kebaikankah? Atau malah keburukan? Pantaslah apabila kita merenungkan setiap perkataan yang keluar dari mulut kita bahkan sudah semestinya kita berhati-hati pada lidah yang tidak bertulang tapi tajamnya bisa lebih daripada pedang, melukai bahkan membunuh. Karena seperti yang kita akui bersama, bahwa seringkali kata-kata yang keluar dari mulut kita ini sulit terkontrol terlebih lagi kaum perempuan yang kalau sudah kumpul lebih dari dua orang mampu menghabiskan waktu berjam-jam untuk saling berkata-kata mulai dari saling tukar cerita sampai menceritakan kebaikan maupun keburukan oranglain. Pokoknya semua dikupas tuntas.
Marilah kita menjadi orang tulus, yang menuturkan kata-kata bijaksana, menghindari perkataan yang jahat dan sia-sia.
Komitmen kita:
Biarlah ucapan kita senantiasa sesuai dengan firman Tuhan dan memuliakan nama-Nya!
Amin. Tuhan Yesus Memberkati!