BLAME NO ONE

May 16, 2024 0 Comments

Renungan Harian Youth, Kamis 16 Mei 2024

Syalom rekan-rekan Youth semuanya … tetap semangat untuk kita menjalani hari-hari kita

Siapa diri kita yang sesungguhnya akan terlihat di saat tekanan datang mengimpit untuk menguji seberapa kita tulus dan sabar. Namun ketika keadaan normal atau biasa-biasa saia, itu membuat kita sulit sekali untuk melihat seperti apa yang ada dalam hati. Sering kali kita hanya mengandalkan kekuatan sendiri ataupun orang lain dan melupakan Tuhan. Namun disaat semuanya tidak berjalan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan maka disaat itulah kita mulai menyalahkan keluarga, teman, orang lain bahkan Tuhan.

Tuhan menginginkan agar kita menjadi berkat bagi sesama. Itulah cara berpikir yang Tuhan tanamkan di dalam diri setiap individu. Memiliki pola pikir yang benar akan membawa berkat bagi diri sendiri dan orang lain, terutama ketika kita mengutamakan Tuhan. Dengan demikian, kita tidak akan bersikap persungutan atau menyalahkan orang lain, melainkan akan membagikan kasih yang tulus. Lepaskan segala pemikiran lama yang membawa dampak buruk tapi ingatlah akan kasih Allah sebagai patokan cara berpikir yang menjadi dasar dalam menjalani hidup sehingga tidak lagi menyalahkan siapapun yang akan menghambat berkatmu. Disiplin lah telinga dan mat akita untuk menjadi jendela yang postif.

We must be disciplined about the kind of conversation we give our ears to. We cannot afford to spend our time listening to gossip and slander and then expect our ears to be attuned to hear God’s Voice. Our eyes need to be disciplined in what they are permitted to look at and read–especially in these days.

Kita dapat belajar untuk mengasihi orang lain, terutama mereka yang bersalah, tanpa menyalahkan mereka atau Tuhan atas situasi yang mereka hadapi. Alkitab menyajikan banyak contoh orang-orang yang penuh kasih dan tidak menyalahkan Tuhan atas situasi dan keadaan yang mereka alami. Seperti yang terjadi kepada satu tokoh di Alkitab yaitu Ayub. Bisa dilihat di pasal pertama hingga pasal kedua, kesalehan dan kepasrahan Ayub kepada Tuhan terlihat dengan jelas. Ketika semua yang ada padanya diambil, Ayub masih bisa berkata, “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan (Ayb.1:21)”. Meski istrinya meninggalkan dia dan dia sendiri terkena penyakit barah yang busuk, Ayub masih setia kepada Tuhan (Ayb.2). Apakah dia menyalahkan Tuhan dan keadaannya ataupun orang lain? tentu tidak. Pemikirannya hanyalah memuji Tuhan disaat keadaan terburuk sekalipun. Ingat ketika berpikir yang jelek dan semuanya negative disinilah kehebatan iblis terlihat dengan hebatnya diperlihatkan yaitu menyamarkan hal-hal buruk menjadi kelihatan baik dan bermanfaat. Tapi ingat proses kehidupan yang Tuhan berikan disaat dijalankan dengan pemikiran yang benar maka akan menampakkan apa yang menjadi duduk perkara dan dorongan untuk menyelesaikan masalah dengan penuh ucapan sysukur dari dalam setiap pribadi tanpa menyalahkan orang lain.

Ingatlah bahwa cara kita melihat orang lain sering kali merupakan cermin diri kita sendiri. Jika kita melihat orang lain yang selama ini terlihat buruk dimata kita, maka inilah saat yang penting dan tepat untuk melakukan koreksi dan evaluasi diri, sebab kemungkinan besar kita sendiri yang lebih dulu perlu dipulihkan. Begitu kita sudah mengalami pemulihan, dengan sendirinya kita akan melihat semua disekitar kita itu menjadi indah dimata kita. Dengan Keputusan yang gegabah akan membawa kepada hal hal yang tidak mengenakkan dan menghancurkan hidup. Disaat kita gagal, maka gunakan hal itu sebagai cermin untuk bisa berkaca dan belajar agar menjadi lebih baik lagi dalam menjalani hidup. Kegagalan itu ada sebagai cerminan agar siapa yang mau sukses dan berhasil bisa belajar dan berkaca dari kegagalan yang dialami tanpa harus menyalahkan keadaan, orang – orang bahkan menyalahkan Tuhan.

Orang – orang yang memiliki sikap, sifat, dan tabiat yang buruk dan penuh keraguan akan kebesaran kuasa Tuhan ataupun tidak percaya kepadaNya, bisa terlihat dari kehidupan yang dijalani sebab itu tercermin dari perbuatannya. Dan mereka tidak akan dengan mudah percaya dengan orang yang berhasil capai karena kerja keras mereka. Milikilah sikap hati yang penuh kasih serta hidup dalam kasih Bapa. Lihatlah mereka adalah barisan orang sakit hati, yang mana mereka selalu memiliki cara pandang yang buruk tentang orang lain serta selalu meyalahkan disaat kegagalan melanda mereka.

Genuine humility involves the recognising that in God’s eyes there is no difference whatever between me, you and anyone else. All the natural distinctions that exist between me and others are caused by circumstances and environmental factors etc., and have all been eradicated at the cross.

Orang yang luka hati karena adanya masalah memiliki kecenderungan untuk melukai orang lain. Lihatlah orang yang kecewa dengan hidup, maka mereka akan memiliki lensa negative dalam melihat orang lain. Banyak orang mungkin membicarakan hal – hal yang positif dan hal – hal yang penuh pengharapan, tapi orang yang kecewa akan melihat semua hal itu hanyalah fatamorgana kehidupan saja. Karena itu, jadikan dirimu sebagai cerminan hal – hal yang benar. Bukankah setiap penderitaan diizinkan Tuhan, justru untuk membentuk dan mengubah karakter buruk kita? Bukankah Ayub sesungguhnya justru diproses, dimurnikan dan karakternya diubah melalui tiap tantangan dan penderitaan?. Begitu juga dengan kita. Jadi jangan takut dan mengeluh hadapi dengan penuh ucapan Syukur.

LW – SCW

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *