“Booster”
Bacaan: Yohanes 21:1-14
Hari-hari ini kita familiar dengan kata booster, khususnya vaksin booster. Hal itu terjadi setelah virus korona menyebabkan banyak kematian di banyak negara dan vaksin tahap pertama dan kedua yang disuntikkan dianggap kurang mampu mengatasi keperkasaan virus covid. Maka, disuntikkanlah vaksin booster kepada orang-orang, terutama yang rentan terinfeksi virus korona. Maka, kata booster yang dipadukan dengan vaksin atau vaksinasi menjadi trending topic.
Kata booster jika diartikan adalah Pendorong; Penyokong; Penguat; Pengerak. Kita juga mengenal istilah Mood Booster, yaitu sesuatu atau cara yang dapat mendongkrak dan menjadi pendorong atau penyemangat dalam memperbaiki suasana hati kita yang sedang tertekan atau galau. Ada banyak hal yang dapat menjadi mood booster dalam hidup kita. Mood booster dapat berupa benda atau seseorang (suami/istri, anak-anak ataau pacar), namun juga bisa berupa aktivitas yang menyenangkan yang menuntun orang untuk menemukan passion-nya. Bagi saya penggemar kopi, kopi adalah “mood booster”, stimulan yang mampu merangsang kerja otak agar selalu aktif karena kandungan kafein yang ada padanya.
Dalam kisah 12 Murid Yesus yang masing-masing memiliki karakter yang berbeda satu dengan lainnya, kita menemukan sosok Petrus. Dia memiliki sifat alamiah yang amat menarik, ditambah anugerah rohani serta pembelajaran yang diserapnya dari Yesus. Yang menarik dari kepribadian Petrus adalah dia cepat meniru (mimesis) apa yang dilakukan orang lain, termasuk apa yang dilakukan Yesus. Petrus selalu penasaran dan dalam diam ia mempelajari apa yang dilihatnya. Sedikit demi sedikit dia berhasil berjalan diatas air mendapati Tuhan Yesus (Mat 14:28-29). Dia tampil sebagai murid yang membela Gurunya hingga memotong telinga prajurit dengan pedang (Yoh 18:10). Menceburkan diri ke danau untuk mendekati Yesus dan yang paling tegas menyatakan imannya untuk setia kepada Tuhan (Ay.7).
Bagi Petrus, sosok Yesus itulah yang membuatnya bersemangat dan penuh vitalitas. Yesus adalah mood booster-nya. Hingga akhirnya kita mengenal Petrus sebagai pendiri gereja yang mula-mula.
Melalui secangkir kopi, seorang Denny Siregar, justru menemukan Tuhan. Pengalaman itu ia tuangkan dalam sebuah buku berjudul, “Tuhan dalam Secangkir Kopi” (2016). Sebuah buku kumpulan refleksi Bung Denny bersama Tuhan yang disajikan secara manis, legit, gurih, santai, canda dan sekaligus mendalam. Melalui buku tersebut kita diajak “ngopi bersama Tuhan” dalam suasana keseharian yang intim bersama Tuhan dan bercakap-cakap dengan Tuhan. Melalui ngopi bersama Tuhan itulah kita melihat sosok Denny Siregar sekarang ini. Sosok yang selalu berapi-api, penuh semangat memperjuangkan keadilan serta mempromosikan perdamaian di negeri ini dengan caranya yang khas.
Selain Tuhan Yesus yang menjadi booster kita, kita pun perlu menjadi booster untuk orang-orang disekitar kita. Leonard Sweet dalam buku “Injil Menurut Starbuck” (2007) menuliskan bahwa untuk menjadi kopi yang panas atau kopi yang dingin yang mampu menjadi mood booster bagi orang banyak, kita harus mengalami
EPIC : Experiencing, Participating, Imaging, Connecting, yakni:
mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi (experiencing)
berpartisipasi dalam pekerjan-pekerjaan Tuhan (participating)
menyadari posisi kita yang serupa dan segambar dengan Allah (imaging)
selalu bekerja sama dan terkoneksi dengan Allah dan sesama (connecting)
Dengan demikian kita akan menjadi kopi yang enak yang mampu menyemangati serta menginspirasi orang lain. Semangat dan passion kita akan muncul saat kita mengalami EPIC bersama TUHAN.
Di masa pandemi COVID-19 kini, kita harus lebih kreatif menemukan mood booster bagi diri kita. Mengapa? Kondisi serba sulit akibat pandemi ini sangat memengaruhi ‘mood’ seseorang dalam merespons apa yang dihadapinya. Ada yang merespons secara positif namun tidak sedikit yang mengalami depresi dan kehilangan jati diri.
Karena itulah setiap orang harus belajar mengelola “mood” dan menemukan “booster”-nya.
Tuhan Yesus memberkati.
CM