Comfort Zone
Renungan harian Youth, Sabtu 18 September 2021
“Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Matius 16:23
Comfort Zone. Familiar banget kan sama istilah ini? Istilah ini lebih sering kita kenal dengan zona nyaman. Seorang pakar mendefinisikan zona nyaman sebagai aktivitas mental di mana seseorang menjaga dirinya dari rasa cemas dengan menggunakan perilaku-perilaku untuk menciptakan performa yang lebih stabil dan minim resiko. Secara sederhana hal ini merujuk pada sebuah situasi di mana seseorang merasa puas dengan pencapaian hidupnya misalnya studi, pekerjaan, materi, hubungan, dll.
Setiap kita memiliki zona nyaman kita masing-masing dan tidak ada ukuran yang sama untuk diterapkan kepada tiap-tiap orang.
Zona nyaman terbentuk karena rutinitas yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama, ketakutan terhadap pengalaman dan tantangan yang baru, keengganan menempuh resiko, dll.
Kalau teman-teman ingat awal Pandemi Maret 2020, semua orang menjadi resah karena situasi yang memaksa kita untuk tinggal di rumah dan melakukan aktivitas kita dari rumah, mulai belajar, bekerja, beribadah, bersosialisasi dengan orang lain dari rumah. Pandemi membuat orang takut menjalani sebuah kondisi yang tidak terprediksi dan belum pernah mereka alami sebelumnya. Namun setelah sekian waktu berjalan hari berganti hari menjadi minggu, bulan, tahun, keresahan itu bagi beberapa orang berubah menjadi zona nyaman.
Jika boleh jujur, pasti ada di antara teman-teman yang berstatus pelajar pun mulai menikmati masa belajar dari rumah. Bisa bangun siang, belajar tanpa pergi ke sekolah dan kadang-kadang cukup mengenakan pakaian rumah, belajar dengan santai ditemani musik, film, dan camilan favorit. Keresahan, kebosanan, dan kegalauan berubah menjadi zona nyaman. Pada awal masa belajar rumah, banyak pelajar sering bertanya kapan sekolah mulai dilaksanakan secara tatap muka di sekolah. Lama-kelamaan, pertanyaan ini mulai menghilang.
Awal bulan September 2021, akhirnya terbuka kesempatan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka di sekolah secara terbatas. Orang tua diberikan kewenangan untuk memberikan izin bagi anak-anaknya belajar di sekolah atau tidak. Mayoritas orang tua mengizinkan anak-anaknya belajar di sekolah karena mereka menginginkan anak-anak belajar dengan lebih baik. Namun, secara mengejutkan banyak siswa yang tidak terlalu antusias menyambut kebijakan pemerintah ini. Mereka keberatan untuk keluar dari zona nyaman mereka selama ini. Meskipun mereka mengalami banyak permasalahan dan hambatan selama belajar dari rumah, toh banyak dari antara murid-murid yang merasa ogah-ogahan untuk Kembali belajar di sekolah.
Rekan-rekan Elohim Youth, apakah zona nyaman kita saat ini? Mari kita mulai mengenali keberadaan diri kita masing-masing. Apakah kalian merasa mulai stabil, nyaman, dan puas dengan keadaan kalian saat ini? Berhati-hatilah rekan-rekan Youth, mungkin kita sedang berada di zona nyaman, dan itu artinya ada bahaya yang sedang mengancam kita seperti seekor katak yang diletakkan di dalam kuali berisi air yang secara perlahan-lahan dipanaskan.
Dalam perikop Matius 16:21-28 untuk pertama kalinya Tuhan Yesus memberitahukan tentang penderitaanNya dan syarat-syarat untuk mengikuti Dia. Ketika Yesus menyampaiakan hal-hal buruk yang akan Dia alami, Petrus mengatakan bahwa hal-hal buruk itu tidak akan terjadi dengan alasan bahwa Allah akan menjauhkan hal-hal buruk itu terjadi dan bahwa hal-hal itu tidak akan menimpa Dia. Ucapan yang nampaknya rohani namun menggambarkan penolakan Petrus terhadap rancangan Allah. Selama mengikut Yesus dalam pelayananNya, Petrus melihat pekerjaan Allah yang luar biasa dalam Tuhan Yesus. Walaupun ada banyak penderitaan, kekurangan, kesedihan dan masalah, Petrus melihat mujizat, kecukupan, pemeliharaan Allah, penyelesaian atas masalah-masalah itu. Berjalan bersama Tuhan Yesus telah menjadi Comfort Zone bagi Petrus dan murid-murid lainnya. Sangat dimengerti ketika Petrus mendengar penderitaan yang akan dialami Tuhan Yesus ada sisi kekuatiran akan kehilangan kenyamanannya.
Nampak jelas kontradiksi antara sikap Tuhan Yesus dan Petrus tentang hal ini. Ketika diperhadapakan dengan penderitaan dalam rancangan dan kehendak Allah, Tuhan Yesus menundukkan diri dan memilih untuk taat. Meskipun Tuhan Yesus harus keluar dari Zona yang “nyaman”, Yesus memilih untuk keluar dari kenyamanan itu dan menjalani rancangan Allah. Sebaliknya, Petrus yang telah mengenal Tuhan Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan (Matius 15:16) memilih untuk menyangkal rancangan Allah yang diberitahukan oleh Tuhan Yesus.
Saat Tuhan ijinkan kita menikmati kelimpahan berkatnya berupa keberhasilan dalam studi, pekerjaan, pelayanan, dll mari kita tetap peka terhadap kehendak Allah dalam hidup kita. Sama seperti Abram yang meninggalkan rumahnya, zona nyamannya menuju negeri yang ditunjukkan Allah kepadanya (Kejadian 12:1-25). Lewi, seorang pemungut cukai, juga menjadi teladan dalam hal keluar dari zona nyamannya sebagai pemungut cukai. Lukas 5:27-28 menunjukkan ketika Tuhan Yesus berkata kepada Lewi,”Ikutlah Aku!” ditulis di sana “Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia.” Lewi keluar dari kehidupannya yang lama dan mengikut Yesus tanpa ragu-ragu.
Apa yang harus kita lakukan ketika Tuhan memerintahkan kita keluar dari zona nyaman kita?
- Percaya kepada Allah sepenuhnya, Dia yang memerintahkan, Dia yang akan memelihara kehidupan kita
- Buka wawasan kita, jangan focus pada ketidak tahuan yang membuat kita takut. Belajarlah untuk membuka diri dan belajar.
- Jangan sayangkan keadaan kita saat ini. Jangan sampai segala prestasi, kelimpahan, kedudukan kita yang berharga saat ini membuat kita berjalan di tempat dan membatasi diri kita untuk berkembang.
Yuk, Berkomitmen hari ini
Aku mau belajar peka terhadap pimpinan Tuhan dan keluar dari zona-zona nyaman dalam hidupku. Aku mau untuk terus belajar sehingga menjadi bijaksana dalam kehidupanku ini.
Tuhan memberkati kita senantiasa.
DDO – AdS
PENGUMUMAN …
Buat rekan-rekan youth … jangan lupa nanti sore di chanel youtube Elohim ministry … Nanti sore ada EL-Rei jam 16.30 yang akan menemani kalian untuk memahami isu-isu yang banyak anak muda hadapi, dan tentunya kita akan belajar juga dari sudut pandang Firman Tuhan … dan tema kita nanti sore adalah “I AM WORTHY”… bagaimana kita menilai diri sendiri sangat berpengaruh dalam segala hal yang kita lakukan dalam hidup ini, bagaimanakah seharusnya kita menilai diri kita??? … selengkapnya akan dikupas tuntas jadi jangan lupa saksikan El Rei nanti sore.
Dan Juga jangan lupa buat besok Ibadah Onsite digedung gereja GPdI Elohim sudah dimulai ,,, jam 06.00 tentunya tetap dengan protokol Kesehatan. Ibadah online jam 07.00 pagi dan Ibadah Sunday Funday jam 08.15 di channel youtube Elohim ministry.