“Di atas Batu atau Pasir?”

December 12, 2020 0 Comments

Renungan Harian, Sabtu 12 Desember 2020

Matius 7: 24-27 “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”

Sebuah bangunan sangat ditentukan oleh pondasinya, bahkan pondasi menjadi bagian yang jauh lebih penting dibandingkan dengan ornament dalam bangunan itu sendiri.

Miri kita perhatikan beberapa Fakta berikut

MENARA PISA ~ FAKTA dari Menara Pisa

Tinggi mula-mula 60 meter. Dibangun selama 226 tahun, 7 lantai, 297 anak tangga. Kini bagian tertinggi 56.67m, dan bagian terendah 55,86m. ~ Bangunan ini tidak didesain dengan miring, masalahnya adalah pondasi dari bangunan ini adalah tanah yang lembek (fondasinya tidak tepat) sehingga setiap tahun miring 2 mm.

JEMBATAN GOLDEN GATE

Gempa Dasyat Mengguncang San Fransisco, USA  17 Oktober 1989.Meskipun banyak bangunan runtuh akibat gempa hebat tersebut, namun Jembatan Golden Gate tetap kokoh berdiri. Mengapa bisa begitu? Jawabannya: karena pondasi dari jembatan Golden Gate itu berada terletak di atas lempengan batuan San Andreas yang begitu Kokoh.

Pondasi memainkan peranan penting dalam konstruksi bangunan.

Penempatan dan pembangunan pondasi yang salah jelas akan membentuk bangunan yang bermasalah dan rentan roboh; sementara penempatan dan pembangunan pondasi yang tepat akan membentuk bangunan yang kokoh dan tahan uji.

Di bagian penutup dari khotbah di bukit, Yesus menggunakan analogi dua bangunan dengan dua pondasi yang berbeda untuk menggambarkan dua jenis manusia – manusia yang bodoh dan manusia yang bijak. Dalam analogi ini kita menjumpai dua hal serupa dan dua hal yang berbeda.

Kesamaannya :

  • Kedua rumah tersebut dibangun dengan konstruksi yang serupa;
  • kedua rumah tersebut harus menghadapi ujian yang sama – diterpa dengan hujan dan banjir.

Namun perbedaannya adalah :

  • Kedua rumah tersebut dibangun dengan pondasi yang berbeda;
  • kedua rumah tersebut “berbeda” penampilannya sesudah dihantam dengan badai.

PELAJARAN APA YANG BISA KITA TARIK DI SINI?

Pertama, dalam kehidupan ini kita tidak bisa selalu menilai jati diri seseorang dari penampilan luar-nya.

Penampilan luar bisa sangat menipu, namun yang terpenting dalam kehidupan seseorang adalah pondasi imannya. Begitulah juga dengan kehidupan kita, jangan kita hanya memoles apa yang keliahatan saja namun juga apa yang ada dibagian luar sehingga memiliki kehidupan yang kokoh dan kuat

Kedua, Badai kehidupan kerap menjadi “penyingkap” jati diri seseorang yang sesungguhnya!

Kamu dapat mengukur karakter seseorang lewat pilihan yang dia buat dalam tekanan. ~

Sir Winston Churchill

Ketika anda memeras buah jeruk yang keluar sari buah jeruk, karena itulah isinya. Jika anda sedang ditekan, apa yang keluar adalah apa yang ada didalam diri anda ~

Wayne Dyer.

Dari dua kutipan diatas jelas bahwa ujian dan badai kehidupan yang akan menjadi pembukti kekokohan Iman kita kepada Tuhan.

Ketiga, bangunan kehidupan yang kokoh dan tahan uji itu harus dibangun di atas dasar PEMAHAMAN DAN KETAATAN pada Firman Tuhan.

Sebuah penelitian sosial bertema ”How Islamic are Islamic Countries” menilai Selandia Baru berada di urutan pertama negara yang paling islami di antara 208 negara, diikuti Luksemburg di urutan kedua. Sementara Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim menempati urutan ke-140.

Dalam Kekristenan tampaknya terjadi juga hal yang serupa: Statistik yang dikeluarkan oleh Barna Group memperlihatkan 25% dari orang Kristen yang mengklaim lahir baru mengaku hidup bersama tanpa nikah dengan pasangannya

Kekristenan harus dibangun diatas pengenalan akan Allah dan juga ketaatan untuk melakukan Firman ini adalah pondasi IMAN yang harus dibangun

Bukan hanya pengetahuan akan Firman yang hilang, tapi juga ketaatan pada Firman itu… Kita benar-benar mengenal Firman Tuhan hanya ketika kita bersedia diubah olehnya.  Satu-satunya yang penting adalah mematuhi Firman Tuhan dan tuntunan-Nya dalam Hidup kita. ~ (Heavenly Man – Brother Yun)

GW

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *