Dimana Allahmu ?
Bacaan: Mazmur 42:3,12 ; 43:5
Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus . . . .
Biasanya kalau seseorang sedang mengalami masalah yang berat, tertekanlah jiwanya. Kecenderungannya mengeluh, ngomel dan uring-uringan. Bahkan ada yang minta perhatian untuk dikasihani. Wajahnya murung dengan penampilan kusut menunjukkan hilangnya damai sejahtera dan suka cita.
Masalah ini juga dapat dialami siapa saja dan dimana saja bahkan kapan saja. Yang membedakannya adalah respon dan sikap kita dalam menghadapinya.
Ada orang yang menyalahkan Allah karena mereka menuduh Allahlah penyebab terjadinya masalah itu. Terlebih lagi ketika membutuhkan Allah tetapi Allah sepertinya justru menjauh dari dirinya. Sikapnya berubah menjadi ogah-ogahan untuk bersekutu dengan Tuhan.
Demikian juga dengan pemazmur yang pada waktu itu dalam keadaan yang sangat sulit karena sedang berada di negeri asing. Keadaannya sangat tercela dan sangat memprihatinkan sampai-sampai musuhpun menghina mereka dengan mengatakan ” Di manakah Allahmu” (Mazmur 42:3) .Dalam kondisi yang demikian buruk, pemazmur teringat kesejahteraan di kampung halaman.
Berbeda dengan banyak orang, pemazmur justru mengingatkan kepada jiwanya sendiri untuk bersyukur kepada Allah
Mengapa pemazmur bisa bersikap demikian ?
karena pemazmur “menenggelamkan diri”. Dalam hadirat Allah Mazmur 42 :3 dikatakan Jiwaku haus kepada Allah yang hidup, bilakah aku boleh datang melihat Allah?. Perhatikan kata “haus” , yang menggambarkan kerinduannya akan Allah.
Saudara-saudara sekalian dalam hadiratNya, pemazmur dapat mengenal Allah lebih dalam lagi karena Allah adalah penolong baginya dan pengharapan yang tidak akan mengecewakannya.
Inilah cara pemazmur untuk melepaskan jiwanya yang tertekan . Supaya dapat selalu bersyukur meski dalam keadaan yang memprihatinkan sekalipun.
Saat kita tetap berada dalam hadirat Tuhan maka kita akan dapat melihat setiap kasih setia-NYA dalam tiap langkah kehdupan ini.
Tuhan memberkati !
EW