GARAM YANG MENGGUMPAL

March 22, 2022 0 Comments

Baca: 2 Petrus 1:3-15

Inti Ayat (2 Petrus 1:7): Dan kepada kesalehan kasih terhadap saudara-saudara seiman, dan kepada kasih terhadap saudara-saudara seiman, kasih terhadap semua orang

Selamat pagi jemaat yang dikasihi Tuhan. Mari sebelum kita memulai aktifitas sehari-hari, kita mau merenungkan Firman TUHAN hari ini.

            Setiap dari kita pasti memilik barang yang satu ini. Biasanya digunakan untuk memberi rasa untuk makanan dan sering dijumpai di dapur. Barang itu adalah garam. Garam dapat memberi cita rasa enak pada masakan ketika garam larut dengan sempurna. Wujudnya memang tak tampak, namun keberadaannya dapat diketahui dari rasa yang ditimbulkannya. Bahkan tidak hanya mampu menyedapkan masakan, garam juga berfungsi untuk mengawetkan makanan, serta mencegah terjadinya kebusukan.

            Tapi pernahkah Anda menemukan garam yang masih menggumpal dalam masakan? Bagaimana rasanya? Tentu saja membuat lidah dan mulut menjadi tidak nyaman, bukan? Rasa asin dari garam yang masih menggumpal juga dapat menimbulkan rasa mual bahkan keinginan untuk segera memuntahkan atau melepehnya.

            Setiap orang percaya adalah garam dunia. Hal ini menjadi nyata jika hidup kita memberi cita rasa, serta mencegah kebusukan moral di tengah kehidupan dunia yang semakin dibusukkan oleh nafsu dosa. Sudah pasti tindakan ini harus dinyatakan kepada semua orang, bukan hanya di tengah komunitas masing-masing. Menjalin persekutuan yang intim dalam komunitas gereja memang diperlukan supaya kita memiliki kesatuan hati dan saling menguatkan dalam menjalankan misi bagi Kristus.

Namun malang jika orang percaya hanya mau bersaksi di tengah kehidupan saudara seiman! Bagaimana mungkin kita dapat menyatakan misi memberi diri untuk menggarami dunia dengan sikap yang demikian? Hanya menyatakan kasih kepada saudara seiman tak ubahnya seperti garam yang menggumpal. Alih-alih memberi cita rasa yang melezatkan, kehadiran kita malah memuakkan.

            Kita memiliki Kristus ketika kita memercayai Allah. Namun iman tidak berhenti sampai di situ. Kita harus bertumbuh menjadi semakin serupa dengan Yesus karena Dia telah tinggal di dalam diri kita. Jangan lagi kita hidup seperti saat kita belum mengenal Kristus.

            Sayangnya tidak setiap orang yang telah lahir  atau bahkan telah lama mengikut Kristus mengalami hal itu. Memang ada orang yang bertumbuh dalam pengetahuan yang benar akan Kristus dan memiliki kehidupan yang berbuah. Namun ada juga yang malah menjadi batu sandungan. Orang-orang seperti ini kelihatannya tak pernah beranjak dari pengalaman ketika mereka pertama kali bertemu dengan Kristus. Mereka tak pernah bertumbuh dan tentu saja tidak berbuah.

            Oleh karena itu, Petrus menasihati orang-orang yang sudah lahir baru untuk bertumbuh.

Orang beriman harus berusaha mengembangkan kualitas dan citra Kristus di dalam dirinya. Sebab itu, seharusnya tidak ada istilah ‘jalan di tempat’ dalam perjalanan iman seorang percaya. Orang beriman harus menghasilkan kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih terhadap saudara-saudara seiman, dan kasih terhadap semua orang (ayat 5-7). Itulah bukti iman. Jika semua itu ada di dalam diri kita dan bertumbuh, niscaya hidup kita akan berbuah (ayat 8) dan kita tidak akan tersandung (ayat 10).

            Kemudian setelah kita bertumbuh. Saatnya bagi kita untuk membagikan pengalaman pertumbuhan kita kepada orang-orang disekitar kita. Rantai iman itu harus kita teruskan dan jangan berhenti sampai kepada kita saja. Masih banyak tangan yang perlu untuk digapai agar kita terjerumus lebih dalam kepada dunia ini.

Mari kita jadi garam yang melarut demi menghasilkan cita rasa yang sedap di tengah dunia.

GEREJA BUKANLAH PERKUMPULAN UNTUK MEMISAHKAN DIRI DARI DUNIA, TAPI GEREJA MENYATAKAN MISI KERAJAAN ALLAH UNTUK MENYELAMATKAN DUNIA.

Tuhan Yesus memberkati

MK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *