GEMBALA YANG BAIK

Renungan Harian Youth, Jumat 17 Juni 2022
Yohanes 10:14, “Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.”
George Adam Smith, seorang ahli Perjanjian Lama menceritakan bahwa ketika ia mengunjungi Tanah Perjanjian, ia melihat seorang gembala dan dombanya berdiri di depan benteng. Tidak ada pintu terlihat di sana. Di situ yang tampak hanyalah sebuah lubang sebesar tubuh manusia. Smith kemudian bertanya kepada gembala tersebut mengapa di sana tidak ada pintu. Gembala itu menjelaskan, “Sayalah jalan masuknya. Saya berdiri di lubang itu, dan domba lewat di bawah saya memasuki benteng. Apabila mereka semua sudah berada di dalam dengan aman, maka saya akan berbaring melintang pada lubang itu. Tidak akan ada pencuri yang dapat masuk dan juga tidak ada domba yang bisa keluar kecuali melewati tubuh saya. Sayalah jalan masuknya”. Sebuah pemandangan sekaligus jawaban yang mengherankan, bahwa sang gembala memikirkan cara yang begitu unik untuk menjaga dan memelihara domba-dombanya.
Jika sang gembala membaringkan dirinya, maka memang menjadi sangat aman bagi semua kawanan domba yang berlindung di dalam benteng.
Jika membicarakan gembala domba-domba, apalagi bicara tentang gembala yang baik; maka hanya ada satu Gembala yang baik di dunia ini yaitu Tuhan Yesus sendiri. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) memberikan judul perikop Yohanes 10:1-21 “Gembala yang baik”. Di perikop ini, Tuhan Yesus memang menyatakan diri-Nya sebagai Gembala yang baik. Tuhan Yesus memberikan gambaran seorang gembala yang sesungguhnya dengan gembala upahan. Gembala yang baik, selalu siap dan rela mempertaruhkan nyawanya bagi keselamatan domba-dombanya. “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;” (ay. 11).
Anak-anak Tuhan semestinya tidak ragu akan kasih setia dan janji pemeliharaan Tuhan Yesus yang sudah terbukti.
Rekan-rekan youth, Tuhan Yesus digambarkan sebagai “Gembala yang Baik.” Gembala yang tidak sekadarnya saja menjaga domba-dombanya, seperti gembala upahan yang lari melihat kawanan serigala. Tetapi, Gembala yang sangat mengasihi domba-domba-Nya. Bahkan rela memberikan nyawa-Nya. Gembala ini sangat mengenal domba-domba-Nya, karena mereka adalah kepunyaan-Nya. Sebaliknya, domba-domba-Nya pun mengenal Sang Gembala, karena memiliki relasi dengan-Nya. Relasi yang terbangun karena setiap hari mempunyai interaksi dan bahkan berjalan bersama-sama.
Ketika Yesus mengatakan “ Akulah gembala yang baik “ maka point pertama yang ingin Dia sampaikan adalah bahwa Dia ingin mengembalikan bahwa image bahwa Tuhan yaitu Yahweh, Aku adalah Aku, itu menyatakan kesetaraan diriNya dengan Tuhan. Dan Dia yaitu Tuhan sendiri mau menggembalakan domba-dombaNya kembali. Namun menggembalakannya bukan dengan mengalahkan musuh melalui keperkasaanNya tetapi dengan cara memberikan nyawaNya bagi domba-dombaNya.
“Sebab Tuhan menciptakan kita untuk DiriNYA Sendiri, Dan hati kita tidak dapat tenang sampai kita menemukan ketenangan hanya di dalam Tuhan.“ -St. Augustine
Yesus bukan hanya menunjukkan kepada kita terang tetapi Dialah terang itu. Yesus bukan hanya menunjukkan dimana ada roti hidup tetapi Dialah Roti Hidup itu. Yesus bukan hanya menunjukkan pintunya dimana tetapi Dialah pintu bagi domba-dombaNya. Yesus bukan hanya menunjukkan kepada kita penuntun tetapi Dialah penuntun kita, penyelamat kita, pelindung kita dan sang Gembala Agung kita. Dia tidak menyuruh kita mengikuti Dia namun Dia tinggal di dalam kita dan memampukan kita untuk berjalan bersama Dia.
Yesus Kristus itu adalah Gembala yang baik. Ia mengenal kita dan kita juga mengenal-Nya dan mendengar suara-Nya sejak kita dilahirkan kembali menjadi anak-anak Allah yang oleh Yesus disebutkan saudara-saudara-Nya. Pengenalan kita akan Yesus Kristus itu harus bertumbuh kearah keserupaan dengan pengenalan antara Bapa dengan Anak-Nya itu.
Gembala yang baik memberikan pemeliharaan yang sempurna bagi domba-domba yang sangat dikasihi-Nya.
Roh Kudus yang diberikan Tuhan tinggal tetap dalam kita akan menolong kita bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan Yesus Kristus. Hal itu kita upayakan dengan sungguh-sungguh setia melakukan segala perintah Kristus dengan kuasa dan dengan dipimpin oleh Roh Kudus maka kita akan menikmati hidup yang berlimpah dalam kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Roh Kudus.
Dengan demikian kita akan menjadi berkat keselamatan bagi orang lain yang belum mengenal Yesus Kristus itu.
Jadi, berkat terbesar yang kita dapatkan di dalam Kristus bukan hanya hidup kekal. Hidup yang tidak ada lagi keluh kesah dan ratap tangis. Apalagi, sekadar berkat jasmani di dunia. Tetapi, berkat terbesar yang kita dapatkan adalah pulihnya relasi dengan Allah. Itulah yang menjadi sumber sukacita kita, baik selama kita hidup di dalam dunia ini maupun setelah kita dibangkitkan dalam kekekalan.
Dia tahu benar masalah dan pergumulan kita, keberadaan kita di bawah pengawasanNya selalu. Jadi, Ia tahu ke mana Ia memimpin dan membimbing kita, Ia tahu padang rumput yang hijau, Ia tahu tempat di mana kita dapat beristirahat dan kapan kita merasa letih dan haus.
Amin. Tuhan Yesus Memberkati
RM – TVP