“Halal dan tidak halal”
Yeremia 17:11, “Seperti ayam hutan yang mengerami yang tidak ditelurkannya, demikianlah orang yang menggaruk kekayaan secara TIDAK HALAL, pada pertengahan usianya ia akan kehilangan semuanya, dan pada kesudahan usianya ia terkenal sebagai seorang bebal.”
Shalom bapak, ibu dan saudara yang terkasih dalam Kristus. Bicara tentang kata halal merupakan kata yang sering kita dengar dan jumpai di beberapa restoran dan juga tertera di beberapa bungkus makanan yang dijual, seperti Indomie, dan lain sebagainya. Mari kita akan belajar sedikit asal kata halal ini.
Halal adalah kata bahasa Ibrani yang artinya dalam bahasa Inggrisnya Shine (bersinar). Kata ini serupa dengan hilal dalam bahasa Arab, artinya mulai bersinar atau juga bulan baru. Arti umum halal adalah sesuai Firman Tuhan. Walaupun kata halal sering juga kita jumpai pada label makanan, namun
“HALAL” tidak hanya ditujukan pada makanan tetapi juga kepada semua aspek hidup kita yang harus sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.
Salomo menuliskan dalam Amsal 4:18-19 bahwa orang yang mempraktekkan kebenaran Firman Tuhan di dalam hidupnya diibaratkan seperti cahaya fajar. “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari. Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung.”
Di masa yang sulit seperti sekarang ini, kita mungkin pernah atau bahkan malah sering mendengar keluhan seperti ini “Pak mencari uang sekarang sulit, jangankan yang halal yang haram saja sulit”. Sebenarnya keluhan ini adalah keluhan orang yang biasa mencari uang dengan cara tidak halal, atau haram.
Perhatikan ayat bacaan hari ini, orang yang mencari rejeki secara haram, ibarat ayam hutan mengerami telur yang tidak bisa menetas. Apa yang mereka kerjakan pada pertengahan usia semua yang didapat akan hilang. Dan yang parahnya pada akhir hidupnya menjadi orang yang tak pernah bisa bertobat, orang bebal, orang yang tidak bisa mengenal kebenaran, yang tak mengenal Allah.
Tentu saja bukan hanya kekayaan yang sering dicari dengan tidak halal, tetapi juga kekuasaan. Namun hukum yang sama berlaku, apa yang diperjuangkan dengan cara-cara haram. Misalnya dengan penipuan, manipulasi, strategi licik, menggunting dalam lipatan, lempar batu sembunyi tangan, sabotase, memutar balikkan hukum, mencari-cari kesalahan, main dukun, menebar isue tidak benar, menteror atau pun cara-cara yang licin seperti menyuap, serangan fajar, menjilat, pencitraan.
Semua cara yang Haram atau setengah haram alias tidak halal di mata Tuhan itu semua pada akhirnya akan sia-sia. Dan sekalipun tujuannya (sepertinya) mulia, tetapi bila dicapai dengan cara yang kotor, orang tersebut adalah “orang buta”. Ia merasa dikenal Allah, berjuang di jalan Allah tetapi sebenarnya ia sama sekali tidak mengenal Allah, ia berjalan di dalam kegelapan bukan berjalan di dalam terang.
Bapak, ibu dan saudara yang terkasih, marilah kira bersama introspeksi diri dan memeriksa hati kita karena dari sanalah terpancar cara hidup kita (Amsal 4:23). Sebagai orang Kristen sejati marilah kita hati-hati dalam bertindak, dan terus mengoreksi motif hati supaya tak tergelincir menghalalkan segala cara demi tercapai tujuan. Amin.
Tuhan Yesus memberkati.
DS