Ikan Orang-Orang yang Hidup
Lukas 24:41–43, “Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: “Adakah padamu makanan di sini?” Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.“
Peristiwa ini terjadi setelah kebangkitan Yesus. Kisah Paskah menyebut “ikan goreng” sebagai makanan yang dihidangkan, saat pertama kali Yesus bersantap setelah kebangkitan-Nya. Ternyata, “ikan goreng” memiliki banyak makna yang bisa kita pelajari dalam menghidupi Paskah.
Sesaat setelah kebangkitan Yesus, Ia menampakkan diri ke tengah murid-murid-Nya. Kehadiran Yesus setelah kematian-Nya di kayu salib menantang batas berpikir murid-murid hingga beberapa dari mereka membutuhkan bukti fisik. Yesus meminta mereka untuk memperhatikan dan meraba untuk membuktikan bahwa ‘tubuh’ Yesus telah bangkit dan Dia bukanlah hantu. Masih sebagai pembuktian, Yesus meminta makanan. Di sana Yesus diberikan ikan goreng sebagai sarapan Paskah Ia mengambil dan memakannya. Setelah memakan ikan goreng tidak dikisahkan lebih lanjut. Dengan makan ikan, Yesus membuktikan bahwa ia benar-benar bangkit; ia bukan hantu karena hantu tidak ada daging, tidak ada tulang dan yang terpenting tidak makan.
Yesus menampakkan diri bukan sekedar menampakkan diri tetapi menyampaikan arti kebangkitan diri-Nya yaitu bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa mulai dari Yerusalem. Sejak itu, pesan kebangkitan diberitakan ke segala penjuru dunia dan ke segala zaman oleh para murid Kristus.
Dalam bahasa Yunani, ikan adalah IXΘYΣ (dieja i-ch-th-u-s). Kelima abjad Yunani dalam kata IXΘYΣ diberi kepanjangan Iesous CHristos, THeou Uios, Soter yang berarti Yesus Kristus Putra Allah, Sang Penyelamat.
Simbol ini menjadi simbol iman yang digunakan oleh jemaat-jemaat awal.
Ditemukan sebuah kuburan Kristen kuno di kota Rhodes, Yunani.
Yang menarik bahwa pada kuburan Kristen kuno tersebut ada suatu lambang ikan dengan kata-kata ikan orang-orang hidup.
Pada masa jemaat perdana, terutama di wilayah Yunani yang merupakan bagian dari imperium Romawi, Yesus disebut dengan ikan orang-orang yang hidup.
Lambang atau simbol ikan selain salib dalam sejarah Kristen merupakan lambang yang penting untuk menunjukkan keberadaan atau identitas orang Kristen. Simbol ikan digunakan oleh orang Kristen Yunani untuk berkomunikasi dan mengenali satu sama lain. Ketika seorang murid Kristus bertemu dengan orang yang baru dikenalnya atau orang asing, ia menggambar lengkungan sederhana di atas tanah. Dan jika orang asing tersebut juga merupakan seorang pengikut Kristus maka ia akan menambah lengkungan yang kedua sehingga kedua lengkungan membentuk simbol ikan. Sebaliknya, jika orang asing tersebut bukan seorang pengikut Kristus, tentu ia tidak akan menambah lengkungan ataupun bagi orang asing tersebut gambar lengkungan di atas tanah hanyalah suatu tawaan.
Lambang ikan menjadi simbol yang sederhana dan mudah dikenali sebagai lambang kekristenan tetapi juga simbol ikan tidak dimengerti oleh mereka yang anti Kristen. Sebab pada masa itu tidak mungkin mereka menyatakan diri secara umum kalau mereka adalah Kristen karena imperium Romawi menilai agama Kristen sebagai kelompok, sekte yang memecah belah bangsa sehingga mereka akan ditangkap, dianiaya bahkan dibunuh. Oleh sebab itulah lambang salib tidak digunakan.
Kata Tertulianus: Kami, ikan-ikan kecil, menurut gambar Ichthus kami, Yesus Kristus, dilahirkan di dalam air. Jadi, ikan menjadi simbol rahasia Yesus Kristus sekaligus simbol identitas murid Kristus dari Yunani.
Sekarang kita mengerti lambang ikan: Ihctus: Yesus Putra Allah, Sang Juru Selamat.
Berkat kebangkitan Kristus kita sungguh menjadi orang-orang yang hidup, bukan orang-orang mati dan kita pun tahu bahwa Yesus adalah ikan bagi kita: ikan orang-orang hidup.
Tuhan Memberkati
CM