“ISHAK, MENELADANI AYAHNYA”
Renungan harian Rabu, 03 Agustus 2022
Bacaan: Kejadian 22:1-19
Tokoh Alkitab yang akan kita pelajari hari ini adalah Ishak.
Di dalam Alkitab, peristiwa Abraham mempersembahkan Ishak terkenal sebagai tindakan iman yang luar biasa.
Siapak Ishak? Ayah Ishak adalah Abraham, merupakan seorang yang takut akan Allah dan yang mencari Allah. Semasa kecil, Ishak dirawat dengan baik. Seperti halnya sekarang ini, banyak yang hanya mempunyai satu anak dalam keluarga. Namun, sangat jelas sekali Abraham tidak memanjakan anak tunggalnya. Ketika Allah menguji Abraham untuk mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran kepada Allah, Abraham sedikit pun tidak ragu. Dia membawa Ishak bersamanya dan berjalan selama tiga hari ke tempat yang Allah perintahkan kepadanya. Dia membangun sebuah altar, mengikat Ishak dan meletakkannya di atas altar. Pada saat Abraham mengambil pisau dan siap untuk membunuh Ishak, malaikat Allah berseru kepada Abraham dan berkata, “Jangan bunuh anak itu dan jangan kau apa-apakan dia, sebab telah Ku-ketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.” Iman Abraham sungguh menyentuh surga dan bumi, pantaslah Alkitab menyebut dia, “Bapa orang beriman”.
Ishak dibesarkan di bawah didikan seorang ayah yang takut akan Allah.
ISHAK MENELADANI KEHIDUPAN AYAHNYA
Ketika Abraham meninggal, dia menyerahkan seluruh miliknya kepada Ishak, termasuk janji Allah. Sama seperti ayahnya, Ishak terus mengembara dan hidup berpindah-pindah dalam tujuan memperoleh janji itu. Allah menyertai dia dan memberkatinya dengan limpah. Sekalipun di Alkitab catatan tentang Ishak tidak banyak, tetapi Allah dua kali memanifestasikan diri kepada Ishak hanya dalam satu pasal dan tiga kali disebutkan bahwa Ishak diberkati (Kej 26).
Pada saat Ishak menjadi tua, dia mewariskan berkat dari ayahnya, Abraham, kepada Yakub anaknya lewat doa berkat. Ishak hidup selama 180 tahun.
Alkitab menyatakan Ishak menghembuskan nafas terakhir dan mati, dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya pada usia yang lanjut dan mempunyai hidup yang memuaskan.
Di dalam Alkitab, hanya beberapa orang yang lahir dengan janji Allah yang juga dinamai Allah secara pribadi. Ishak mendapatkan berkat itu. Namun, melihat seluruh kehidupan Ishak, kita tidak mendapati adanya perbuatan besar yang mengguncangkan bumi yang dilakukan oleh Ishak. Ishak lebih seperti suatu aliran arus kecil yang dengan tenang menjalani kehidupan yang takut akan Allah. Ishak dengan setia menaati ayahnya dan mengikuti jejaknya. Lalu, Ishak menyalurkan berkat dari ayahnya kepada keturunannya.
Dari kehidupan Ishak kita melihat jalur hidup yang sama dari kehidupan Abraham. Misalnya, mereka semua menghadapi kelaparan di dalam pengembaraan mereka; mereka hampir mati akibat kecantikan istri-istri mereka, tetapi Allah secara pribadi bekerja dan menunjukkan kepada raja-raja di situ, tidak mengizinkan mereka mengambil istri Abraham atau pun Ishak. Mereka pun mendirikan perjanjian dengan Abimelekh, raja orang Filistin, karena Abimelekh mendapati bahwa Allah memberkati dan menyertai mereka.
Jadi, meskipun Alkitab tidak terlalu banyak menyebut tentang Ishak, tetapi dari apa yang dialami Ishak kita dapat melihat bahwa Ishak menapaki jejak yang sama seperti Abraham. Dengan erat dia mengikuti jejak langkah dan pilihan ayahnya. Dari Ishak, kita dapat melihat lambang dari hidup dan kualitas hidup Abraham.
Mari kita meneladani Abraham, yang telah meninggalkan teladan yang baik kepada anaknya.
Tuhan Yesus memberkati.
CM