JADILAH PADAKU MENURUT KEHENDAKMU
Renungan Harian Youth, 01 April 2024
Matius 26:42b , “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!”
Joni Eareckson Tada mengalami kelumpuhan sejak masa remaja dari leher sampai kaki akibat kecelakaan. Pada awal kelumpuhannya, ia merasakan hidupnya gelap dan tanpa harapan. Di masa-masa terkelam tersebut, Joni berkata, “Tuhan seakan menginjakku, seperti puntung rokok yang diinjak. Aku berharap bisa mematahkan leher pada tingkat yang lebih tinggi, sehingga hidupku berakhir.” Setelah berminggu-minggu di tempat tidur, ia merasa bosan sampai depresi. Akhirnya ia berteriak, “Tuhan jika aku tidak bisa mati sekarang, tolong tunjukkan kepadaku bagaimana harus hidup!” Sejak saat itu, ia sering dibantu adiknya untuk duduk di kursi roda. Lalu dengan bantuan tongkat di mulut, Joni membolak-balik halaman demi halaman Alkitab untuk memahami kehendak Tuhan. Joni di masa kelamnya, akhirnya bisa melihat kehendak Tuhan terhadap dirinya.
Rekan-rekan youth,Pernahkah kita memikirkan perasaan Tuhan Yesus saat berada di taman Getsemani? Dia mengetahui semua yang akan terjadi kepada diri-Nya saat turun ke dunia. Yesus tahu akan jadi bulan-bulanan manusia yang berdosa. Dia akan disiksa, dipermalukan, ditelanjangi, bahkan dibunuh. Betapa sakit dan memalukan, apalagi harus terpisah dengan Allah Bapa. Yesus sangat bisa untuk menyelamatkan diri-Nya sendiri, demi kenyamanan diri. Dia sebetulnya sangat gentar untuk menghadapi salib. Doa Yesus di Getsemani adalah permohonan sekaligus penundukan diri. Yesus di dalam kemanusiaan-Nya memohon jika sekiranya mungkin Dia tidak menjalani salib, tetapi di saat bersamaan Dia menundukkan diri kepada Bapa. Dia akhirnya tetap berkata, “Jadilah kehendak-Mu” sampai tiga kali. Jika diperhatikan, kalimat serupa muncul dalam perikop ini dengan pergerakan: dari kegentaran pada ketaatan, dari ketaatan pada keteguhan.
Kehendak Bapa adalah, Yesus harus minum cawan itu sampai habis.
Di saat-saat terakhir menjelang kematian-Nya, Yesus begitu sedih, gentar, dan takut menghadapi murka dan hukuman Allah atas dosa yang akan ditimpakan kepada- Nya. Tiga kali Ia berdoa agar cawan yang melambangkan penderitaan dan kesengsaraan itu disingkirkan. Dalam doa pertama (39) walau tetap dalam penundukkan diri dan ketaatan penuh kepada kehendak Bapa, Yesus masih memohon agar cawan ini tidak diminum-Nya. Pada doa kedua dan ketiga (42, 44) Yesus menyadari bahwa tidak mungkin lagi Ia menghindar dari cawan yang memang harus diminum sampai tetes terakhir.
Saat berdoa pasti kita menyatakan kehendak kita. Di dalam doa yang sama, kita juga sering menyatakan, “Jikalau Engkau kehendaki… jadilah menurut kehendak-Mu.” Namun, apakah kita menyadari bahwa “jadilah menurut kehendak-Mu” tidak selalu enak buat kita. Terkadang kita bisa dibuat terkejut dengan kehendak-Nya. Adakalanya sangat bertolak belakang dengan kehendak kita, bahkan mengganggu kenyamanan kita. Apakah kita siap mengatakan “Jadilah menurut kehendak-Mu”? Ikutilah kehendak Allah tanpa keraguan karena kehendak-Nya tidak pernah salah.
Tuhan Yesus dalam kegentaran yang sangat, datang kepada Bapa-Nya.
Dia sungguh mengenal Sang Bapa, bahwa Allah Bapa tidak akan pernah salah di dalam kehendak-Nya. Tidak satu pun keputusan-Nya yang gagal, seperti yang Yesus katakan, “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.” (Mat. 11:27). Pengenalan akan Bapa itulah yang membawa Tuhan Yesus menundukkan diri pada kehendak Bapa. Satu lagi yang tidak boleh dilupakan, Bapa juga mengenal Anak-Nya. Dia pasti akan menyelesaikan karya-Nya. Perkataan Tuhan Yesus, “Jadilah kehendak-Mu,” memiliki makna, “Seburuk apa pun yang akan terjadi pada diri-Ku, Aku ikut kehendak-Mu. Aku setuju inilah satu-satunya jalan. Aku akan meminum cawan tersebut. Jadilah kehendak-Mu.”
Tuhan Yesus sudah menundukkan diri-Nya pada kehendak Bapa, supaya kita bisa diselamatkan dan hidup dalam ketundukan pada kehendak Bapa.
Setelah doa Getsemani, Yesus tidak pernah memohon lagi kepada Bapa untuk melepaskan dari penderitaan yang dijalani-Nya. Dia percaya sepenuhnya pada kehendak Bapa-Nya. Doa Yesus tidak mengubahkan situasi di luar, tetapi mengokohkan hati-Nya untuk bisa berjalan di dalam kehendak Bapa. Dengan berdoa kita sedang disiapkan untuk bisa memercayai dan menaati kehendak Bapa. Kehendak kita banyak, kehendak kita pun tampaknya baik, tetapi marilah berkata seperti Yesus, “Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” Di dalam keadaan paling kelam, tetaplah berdoa dan percaya pada kehendak Bapa.
Sikap Yesus mengajarkan kepada kita tentang bagaimana Dia bersikap terhadap pergumulan yang sangat berat dalam hidup-Nya, yaitu berdoa, mempersiapkan hati sehingga dengan hati yang tulus tunduk pada kehendak Bapa.
Rekan-rekan youth, Ketika kita datang berharap kepada Allah Bapa dengan segala pergumulan kita maka Ia yang mem-punyai rencana terindah dalam hidup akan memberikan jalan keluar kepada kita. Inilah yang Tuhan Yesus alami. Melalui persekutuan dengan Bapa dan ketaatan penuh kepada kehendak-Nya, Yesus sungguh mengerti isi hati dan kehendak Bapa-Nya secara pasti. Bahwa memang tidak ada jalan lain, selain jalan salib yang olehnya manusia mendapatkan penebusan dosa dan keselamatan. Yesus sungguh menda-patkan penghiburan dan kekuatan sehingga dapat menang atas pergumulan dan siap menghadapi jalan salib dengan mantap.
Bersyukur kepada Allah, Tuhan Yesus melepas kehendak diri-Nya demi ketaatan pada kehendak Bapa sehingga hari ini kita beroleh anugerah keselamatan.
Amin, Tuhan Yesus Memberkati
RM-YDK