Jahat itu MEMIKAT

March 8, 2024 0 Comments

Renungan Harian Jumat, 08 Maret 2024

KEJADIAN 3:6, Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. (TB)

Mereka jatuh dalam dosa karena perbuatan JAHAT mereka
Apa yg dimaksud dengan perbuatan JAHAT ?

Mazmur 64:3 Sembunyikanlah aku terhadap persepakatan orang jahat, terhadap kerusuhan orang-orang yang melakukan kejahatan,

JAHAT, râ‛a‛, raw-ah’ Kata Ibrani ra’a berasal dari satu akar kata yg artinya ‘merusak’ atau ‘meremukkan’ sehingga tak berharga lagi, tidak menyenangkan, tidak enak, menjijikkan. Kata ini mencakup perbuatan jahat itu dan akibat-akibatnya. Kejahatan timbul dari keinginan hati manusia yg berdosa, Yakobus 1:13-15

Kejahatan ( hal hal jahat, hal hal buruk dan busuk ) BEKERJA dengan cara MEMIKAT
Perangkap lalat Venus atau “Dionaea muscipula” adalah tanaman karnivora yang bisa menangkap mangsanya (serangga atau laba-laba) dengan struktur jebakan yang terbentuk dari belahan daun tanaman tersebut. Prosesnya terjadi ketika serangga yang terpikat dengan baunya hinggap di belahan daun tersebut. Saat serangga itu terlena dengan kenikmatan bau daun yang ditimbulkan, daun itu akan mengatup secara tiba-tiba dan menjepitnya, dan dia menghisap mangsanya hingga kering. Proses kerja tanaman ini mengingatkan kita akan cara kerja dosa yang tampak memikat, namun menjerat dan menghancurkan

Raja Daud juga tidak kebal menghadapi jerat dosa.
Kejatuhan Raja Daud ke dalam dosa terjadi saat ia merasa yakin akan menang dalam peperangan melawan bani Amon. Saat itu, ia memilih untuk tinggal di lingkungan istana yang nyaman, dan ia menyuruh Yoab maju berperang. Celakanya, dalam kenyamanan inilah, Daud melakukan dua dosa besar secara berentetan.

  • Pertama, ia berzinah dengan Batsyeba, istri Uria. Raja Daud terpikat saat ia berada di atas sotoh istana dan melihat Batsyeba sedang mandi. Meski tahu bahwa Batsyeba telah memiliki suami, Raja Daud tetap menghampirinya sehingga Batsyeba mengandung.
  • Kedua, demi menutupi skandal itu, Raja Daud nekat menyusun skenario untuk membunuh Uria dengan cara menempatkannya di barisan terdepan dalam pertempuran paling hebat melawan bani Amon. Dua dosa yang dilakukan Raja Daud ini sungguh menyedihkan mengingat bahwa sebelumnya, ia selalu berusaha hidup benar di hadapan Allah.

Namun, dosa bisa menjerat siapa saja, termasuk seorang yang hebat seperti Raja Daud. Kejatuhan Raja Daud ke dalam dosa perzinahan dan pembunuhan mengingatkan kita bahwa tidak ada seorang pun yang kebal terhadap godaan dosa. Daud TERPIKAT oleh jahatnya DOSA

Jika Allah itu baik, mengapa membiarkan adanya KEJAHATAN yang MEMIKAT Daud ?

Ini mungkin adalah salah satu pertanyaan yang paling membingungkan bagi orang Kristen.
Kenyataan bahwa dunia ini penuh dengan kejahatan dan penderitaan telah membuat sebagian orang meninggalkan iman mereka, sebagian lagi ragu-ragu untuk datang kepada Tuhan, dan sebagian lagi kehilangan semangat untuk bertumbuh dalam perjalanan mereka mengikut Tuhan.

Seorang Ahli filsafat atau filsuf merupakan orang-orang yang secara aktif berpikir kritis dan terlibat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan besar yang sulit untuk dipecahkan Alvin Plantinga (lahir 15 November 1932) adalah salah satu filsuf filsafat berkebangsaan Amerika. Alvin Plantinga menjabat sebagai direktur dari Pusat Filsafat Agama Universitas Notre Dame memberikan sejumlah argumen yang menunjukkan bahwa kejahatan bisa saja tetap ada sekalipun Allah Mahabaik dan Mahakuasa. Plantinga dalam salah satu argumennya tentang kehendak bebas, berpendapat bahwa selama Allah memberikan kehendak bebas kepada manusia, maka akan selalu ada kemungkinan bagi manusia untuk melakukan kejahatan—yang tidak akan diintervensi oleh Allah. Jika diintervensi artinya manusia tidak punya kehendak bebas.

Lalu mengapa Allah kemudian mengizinkan adanya kehendak bebas?
Plantinga membahas isu ini panjang lebar dalam bukunya, God, Freedom, and Evil.
Menurutnya, dunia yang manusianya diberi kehendak bebas bisa lebih baik daripada yang manusianya tidak diberi kehendak bebas, karena ketaatan yang dilakukan merupakan sikap murni tanpa intervensi atau tekanan. Misalnya saja dalam hal kasih. Tidak ada kasih dalam dunia tanpa kehendak bebas, karena kasih merupakan pilihan sukarela dan murni yang dibuat seseorang, tidak bisa dipaksakan

Bagaimana MENJAGAI hidup untuk tidak TERPIKAT / TERJERAT oleh KEJAHATAN

Yakobus 1:14-15Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” Menurut ayat ini, nafsu berdosa dimulai dengan keinginan yang jahat.

Digodai oleh kejahatan bukanlah dosa. Yesus juga dicobai (Matius 4:1).

Dosa dimulai ketika keinginan jahat “menyeret kita pergi” dari keadaan yang selayaknya hati kita berdiam. Ketika keinginan jahat memperkenalkan diri, kita mempunyai pilihan. Kita bisa menolaknya seperti Yesus menolaknya dan memfokuskan diri kepada jalan yang telah disediakan Allah (Matius 4:10). Atau kita dapat mempertimbangkannya.

Seperti seseorang pernah bertutur, “Kita tidak bisa menghentikan burung berterbangan di atas kita, tetapi kita dapat memastikan mereka tidak membangun sarang di kepala kita.” Ketika godaan menghalau, kita perlu ingat bahwa kita bukan tidak berdaya. Kita dapat memilih untuk berserah atau menentangnya. Salah satu penyebab kita “diseret pergi” oleh godaan adalah karena kita “terpikat” olehnya. Kata ini dalam bahasa Yunani merujuk kepada kait pada alat pancing. Ketika seekor ikat mengamati cacing yang menggeliat, ia tertarik dan menelannya. Ketika kait sudah tertancap, ia dapat “diseret pergi”.
Ketika kita menghadapi godaan, kita layaknya langsung menolaknya sebagaimana dilakukan Yusuf ketika ia digoda istri Potifar (Kejadian 39:11-12).

  • Our Help Is in the Name of the Lord
  • Mazmur 124:6-8 Terpujilah TUHAN yang tidak menyerahkan kita menjadi mangsa bagi gigi mereka! Jiwa kita terluput seperti burung dari jerat penangkap burung; jerat itu telah putus, dan kitapun terluput! Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.

Pdt. Budi Wahono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *