“Jangan Jemu-Jemu Berbuat Baik”

March 20, 2024 0 Comments

Renungan Harian Rabu, 20 Maret 2024

Bacaan: Galatia 6:1-18

Masih perlukah kita berbuat baik di hari-hari ini? Bukankah keadaan di hari ini semakin sering memperlihatkan situasi yang sedang tidak baik-baik saja? Kasus kejahatan, penganiayaan, pembunuhan diberbagai tempat, akhir-akhir ini semakin nampak dalam pandangan kita. Belum lagi kecenderungan sifat individualisme di era modern ini menjadi momok yang dapat merusak tatanan kehidupan bersama sebagai suatu komunitas masyarakat termasuk di dalamnya warga gereja.

Kita mengalami kemerosotan terhadap penerapan nilai-nilai kebaikan, baik kita sebagai “korban” maupun “pelaku”. Artinya adakalanya kita mengalami keadaan di mana orang lain tidak baik terhadap kita dan sebaliknya kita tidak bersikap baik terhadap orang lain. Pola mendasar manusia adalah sebagai mahluk sosial yang di dalamnya hidup dengan nilai-nilai kebaikan yang saling mentransfer. Jika kita diperlakukan tidak baik, masihkah kita mau menjadi baik? Ataukah kita menunggu orang berbuat baik lalu kemudian kita menjadi baik?

Galatia 6 adalah pasal yang tepat untuk dibaca ketika kita merasa kecewa atas respons seseorang terhadap kebaikan yang kita lakukan. Di pasal tersebut, Paulus mendorong kita untuk mempertimbangkan motivasi kita—“menguji pekerjaan [kita] sendiri”—dalam perkataan dan perbuatan kita (ay.1-4). Ketika kita sudah mengujinya, Paulus menguatkan kita untuk tetap bertekun: “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang” (ay.9-10).

Kehidupan orang percaya kerap kali berjumpa dengan berbagai cobaan dan godaan untuk melakukan pelanggaran dengan tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Oleh karena itu dalam rangka hidup bersama, Paulus mengingatkan dan menghimbau jemaat supaya saling membantu. Inilah cara untuk memelihara, menjaga, dan menguatkan persekutuan jemaat,yang tidak saling melemahkan. Saling membantu adalah implementasi dari perbuatan baik, ungkapan jangan jemu berarti setiap orang tidak bosan dan tetap berinisiatif untuk menerapkan perbuatan baik. Dalam konteks ini Paulus mengingatkan, jika ada saudara kedapatan melakukan pelanggaran maka kamu yang rohani harus memimpin orang itu ke jalan yang benar, itulah perbuatan baik. Namun himbauan ini bersifat dua arah, mengarah pada seseorang yang kita tolong kemudian kepada diri kita sendiri.

Komunitas sebagai persekutuan umat Tuhan mengharuskan kita untuk melihat orang lain sebagai bagian dari persekutuan yang saling membantu. Inilah aktualisasi dari bertolonglah menanggung bebanmu. Termasuk diantaranya adalah memberikan dukungan kepada mereka yang mengajarkan firman. Kita kembali lagi diarahkan untuk memeriksa hubungan kita secara vertical: Antara manusia dengan Allah-Allah dan Manusia lalu secara horizontal antara manusia dan sesamanya. Paulus mengarahkan kita untuk melihat melalui karya salib dan hukum kasih untuk memelihara hubungan-hubungan itu. Sederhananya hubungan kita dengan sesama akan memperlihatkan bagaimana hubungan kita dengan Allah.

kehidupan keluarga: pelayanan yang baik di mulai dari diri dan keluarga masing-masing. Suami yang cinta Tuhan akan melaksanakan kewajiban dengan baik sebagai kepala keluarga demikian juga istri dan anak-anak berdasarkan setiap tanggung jawab dan kewajiban masing-masing. Dalam hidup bergereja: kita berlaku baik dengan mendukung program pelayanan, termasuk mendoakan hamba-hamba Tuhan. Perbuatan baik tidak selamanya menyangkut hal-hal yang terlihat (mendoakan, menegur , dan lain sebagainya) tetapi adakalanya perlu nampak sebagai kesaksian yang dapat menstimulus sesama dalam hal perbuatan baik.

Tetapi Aku berkata kepadamu, Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu (Lukas 6:27). Orang baik tidak akan berubah hanya karena orang lain tidak memperlakukannya dengan baik. Jika membantu orang lain adalah niat baik sebelum melakukannya, maka lakukanlah setulus hati, jika kelak seorang yang kamu bantu berbuat salah dan melukai hatimu, jangan pernah menyesal dan berfikir telah salah membantunya, sebab yang salah bukan pada perbuatan baikmu, pada akhirnya kita dapat belajar bahwa rasa terima kasih terkadang datang dalam bentuk yang menyakitkan, dan setiap kita dapat belajar darinya.

Oleh karena itu menjadi baik adalah bukan untuk memegahkan diri, melainkan untuk memancarkan kemuliaan Kristus dalam hidup kita. Kebaikan itu bukan kelemahan tetapi kekuatan yang dapat memelihara dan menguatkan persekutuan bersama. Kita boleh memahami seluruh hukum taurat, kita boleh mengerti dan memahami tentang kasih, tapi yang utama adalah bagaimana hal itu hidup dan menjadi ibadah yang sejati melalui aktualisasi diri.

 Seorang biarawati terkenal bernama Bunda Theresa mengatakan:

(tidak semua dari kita bisa melakukan hal-hal besar tapi kita bisa melakuan
hal-hal kecil dengan cinta yang besar)

 Tuhan Yesus Memberkati.

CM

Bacaan Alkitab hari ini : Keluaran pasal 23 dan 24

https://elohim.id/baca-alkitab-rabu-20-maret-2024/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *