“Jangan Membalas Kejahatan dengan Kejahatan”

July 31, 2021 0 Comments

Renungan Harian, Sabtu 31 Juli 2021

Imamat 19:18, “Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.”

Syalom Bapak Ibu Saudara yang dikasihi Tuhan …

Didunia ini kacau karena dipenuhi orang yang membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi umat Tuhan diajar untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan karena alasan -alasan berikut :

Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan akan membawa berkat

Dalam 1 Petrus 3 : 9 dikatakan bahwa kita dipanggil untuk memberkati, maka kita akan memperoleh berkat. Hal ini bisa diartikan juga : bila kita mengutuk maka kita memperoleh kutuk. Tuhan memberikan ganti rugi atau restitusi kepada orang  yang memberkati orang yang melakukan kejahatan kepadanya . Didalam Roma 8 : 28 tertulis “ Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi  Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.

Yusuf  dimana 10 orang kak Yusuf  telah melakukan  kejahatan yang keterlaluan , mereka memasukkan Yusuf kedalam sumur, lalu menjualnya menjadi budak setelah itu  mereka menganggap Yusuf sudah lenyap atau mati . Selama kurang lebih 13 tahun menderita dia menjadi budak di Mesir lalu dipenjara tanpa salah.   Tetapi setelah 13 tahun menderita, tibalah waktu Tuhan  bertindak  penderitaan Yusuf dalam sekejap di ubah menjadi berkat .  Yusuf mendadak diangkat menjadi perdana mentri di Mesir  dan waktu kakak2nya datang ke Mesir  sebenarnya Yusuf punya kesempatan untuk membalas dendam . Tetapi memang dari semula Yusuf tidak punya keinginan ntuk membalas dendam, Yusuf mengerti bahwa membalas dendam adalah hak Allah. Dan dia dipanggil untuk memberkati, terbukti  dari perkataannya kepada kakak-kakaknya yang tertulis dalam Kejadian 45.

Membalas kejahatan dengan kejahatan akan merugikan diri sendiri

Orang yang berbuat kejahatan akan dihancurkan  oleh kejahatannya sendiri.  sesungguhnya orang itu hamil dengan kejahatan, ia mengandung kelaliman an melahirkan dusta , ia membuat lobang dan menggalinya, tetapi ia sendiri jatuh ke dalam pelubang yang dibuatnya.  Kelaliman yang dilakukannya kembali menimpa kepalanya, dan kekerasannya  turun menimpa batu kepalanya ( Mazmur 7 : 15 – 16).  Orang yang membalas dendam melakukan kejahatan yang seimbang atau bahkan lebih besar, karena itu dia menjadi orang yang sama jahatnya.   Hasilnya  adalah kehancuran. 

Ahitofel adalah orang yang sangat bijaksana , sehingga dalam Alkitab dikatakan demikian  pada waktu itu nasehat yang diberikan Ahitofel adalah sama dengan petunjuk yang dimintakan  dari Allah. (2 Samuel 16 : 23) . Ahitofel dan keluarganya Daud, mempunya anak perempuan bernama Betsyeba yang menikah dengan Uria salah seorang dari 30 pahlawan terpilih raja Daud. Karena itu perbuatan Daud berzinah dengan Batsyeba dan kemudian membunuh Uria adalah kejahatan besar terhadap Ahitofel karena itu dia tidak bisa mengampuni Daud.  Ahitofel   bersekutu dengan Absalom , karena menurut pendapatnya Daud sudah tidak layak menjadi raja, gembala bagi umat Israel, Ahitofel lupa bahwa Daud di hukum dengan sangat berat oleh Allah dan Daud bertobat dan sehingga mengalami pemulihan . Ahitofel membalas Daud dengan menasihati Absalom melakukan  yang jauh lebih jahat dari dosa  Daud kepadanya  Ahitofel berakhir dengan kebinasaan, dia bunuh diri.

Pertanyaannya kalau kita mengalami seperti perbuatan Daud terhadap Ahitofel , bersediakah kita mengampuni orang itu ??? .

Apakah yang akan kita  lakukan terhadap sipembuat kejahatan  itu ?

Kita diajar Tuhan tunduk kepada hukum

Didunia kita tunduk dan taat pada hukum yang melarang main hakim sendiri. Sebagai warga Kerajaan Allah /surga kita taat dan tunduk pada hukum kerajaan Surga yaitu Matius 5 : 44 berkata Tetapi Aku berkata kepadamu, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu “.  Saudara2 bila kita mengasihi dan berdoa bagi mereka yang menganiaya kita , mustahil  kita mengutuk musuh dan penganiaya kita.  Isi doa kita  adalah mengampuni dan memberkati musuh kita.  Bahkan dalam Roma 12 : 14 “ Berkatilah  siapa yang menganiaya kamu,berkatilah dan jangan mengutuk”. Dan perhatikan juga firman  berikut ini : dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati , karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat ( 1 Petrus 3 : 9).

Kita tahu pembalasan bukan hak kita

Roma 12 : 19 “ Pembalasan itu adalah hakKu. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan”.  

Tuhan mendelegasikan sebagian hakNya untuk membalas dendam kepada negara yang pelaksananya adalah pemerintah yaitu melalui lembaga pengadilan, karena pemerintah adalah hamba Allah  untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat,  takutlah akan dia , karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat ( Roma 13 : 4 ) Dan sepenuhnya hak pembalasan ada di tangan Tuhan. Di dunia kita lapor polisi, dan finalnya laporkan saja pada Tuhan. Tuhan hakim yang adil akan memberikan keadilanNya kepada orang yang melaporkan kasus kejahatannya yang menimpanya, sebagaimana yang dialami Daud dalam Mazmur 7 : 18 ,…Aku hendak bersyukur kepada Tuhan karena keadilanNya,  dan bermazmur bagi  nama Tuhan yang Maha Tinggi.

Tuhan memberkati …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *