“Kebiasaan Lama”
Renungan Harian Kamis, 06 Mei 2021
Bacaan: Yohanes 21:1-14
Perikop ini merupakan penutup dari Injil Yohanes. Murid-murid merasakan ketidakpastian setelah mengalami kejadian-kejadian seputar penyaliban Yesus. Peristiwa ini merupakan penampakan Yesus yang ketiga kalinya kepada murid-murid-Nya. Penampakan sebelumnya dicatat dalam Yoh. 20:19-23 (tanpa Tomas) dan Yoh. 20:26-29 (dengan Tomas).
Membaca perikop kita hari ini, ada satu kejadian yang menarik, yaitu ketika Yesus memanggil mereka: “Hai anak-anak …” (Ay.5). Kata, anak-anak, yang digunakan dalam Yoh 21:5 datang dari kata Yunani: Παιδία – Paidia, yang artinya secara harafiah adalah “anak yang masih di bawah umur,” sekitar umur 7 tahun atau lebih kecil lagi. – Bandingkan dengan penggunaan kata παῖς – pais untuk menunjuk pada anak yang sudah semakin beranjak dewasa.
Kita tidak tahu alasan Yesus kenapa Dia panggil mereka anak-anak, mungkin karena Yesus merasa dekat dengan mereka. Akan tetapi bukankah pada waktu itu, para murid sama sekali belum mengenali siapa yang memanggil mereka “anak-anak” itu.
Pertanyaannya adalah kenapa murid-murid sama sekali ‘tidak mempermasalahkan hal itu (sapaan ‘anak-anak’ kepada mereka)? Biasanya seseorang tidak akan mempermasalahkan masalah-masalah “sepele” macam itu bila, di dalam diri mereka, ada masalah yang jauh lebih besar, yang mengganggu pikiran mereka. Masalah terbesar yang dialami oleh murid-murid pada waktu itu adalah: Yesus yang sudah tiada, yang kabarnya sekarang sedang simpang siur. Ada yang bilang mayat Yesus dicuri orang, tapi ada juga yang bilang bahwa diantara teman mereka ada yang bertemu dengan “penampakan Yesus”.
Hal yang mau kita cermati bersama hari ini, dan ini menarik, adalah:
Seperti Dahulu Lagi? (Ay.3)
Pertama, mari kita memerhatikan bagaimana kehidupan mereka setelah tidak lagi bersama-sama dengan Yesus. Bagai anak-anak ayam kehilangan induknya. Dari yang dahulu sudah meninggalkan menjala ikan untuk “menjala manusia” (Lukas 5:10); Sekarang, setelah Yesus tidak ada, para murid ternyata “kembali kepada kebiasaan mereka yang lama.” (Yohanes 21:3).
Ubah Arahnya (Ay.6)
Kedua, ada seorang anggota jemaat yang menafsirkan ayat 6 dengan sangat menarik. Dia menafsirkan ayat itu dengan satu kalimat. “Kalau tidak dapat ikan dengan menebar jala ke sebelah kiri, Yesus katakan, “Ubah arahnya!”. Coba tebarkan jalamu di sebelah kanan! Apa yang dilakukan Yesus ketika melihat anak-anak-Nya kesusahan? Yesus memberikan arahan, Yesus menunjukkan “kemungkinan solusi” di mana mereka pada akhirnya bisa menemukan apa yang menjadi pencarian mereka saat itu.
Kembali Bersemangat: “Itu Tuhan” (Ay.7)
Ketiga, lihat bagaimana bersemangatnya Petrus yang pada akhirnya mengenali bahwa orang yang menyapa mereka “anak-anak” dan yang telah memberikan mereka petunjuk untuk mengubah arah jala mereka adalah Yesus. Mungkin keberhasilan mereka menyebabkan kejutan pada pikiran Yohanes, sehingga dia sadar siapakah itu yang mampu memberikan keberhasilan kepada mereka. Mungkin juga keberhasilan mereka menyebabkan kejutan pada ingatan Yohanes, sehinggga ia mengingat Luk 5:1-11, suatu peristiwa yang mirip peristiwa ini.
Mukjizat itu dengan cepat menyadarkan ‘murid yang dikasihi’, bahwa orang asing itu pastilah Yesus. Itu Tuhan. Pikiran Petrus pasti juga segera kembali kepada suatu saat lain di danau yang sama ketika dia mengalami peristiwa yang sama karena perkataan Kristus (Luk 5:1-11). Keinginan besar Petrus untuk melihat Yesus secara pribadi sampai dia berenang ke pantai meninggalkan perahu dan murid-murid yang lain.
Hari ini, setelah sekian lama kita berjalan dengan Dia, mengenal tindak-tanduk-Nya yang rindu untuk membawa kita pada segala sesuatu yang baik menurut-Nya itu (Roma 8:28), adakah kita juga se-semangat itu dalam menyikapi segala keadaan yang terjadi dalam kehidupan kita?
Ataukah satu persoalan yang datang bisa membuat kita kembali kepada “manusia lama” kita? Yang bahkan sampai sekarang masih kita perjuangkan untuk melepaskan bagian-bagian dari sifat dan sikap “manusia lama” itu?
Belajar dari Pengalaman para murid, ketika mereka menyadari kehadiran Tuhan, bahwa Dia Ada. Bukan saja mereka akhirnya benar-benar meninggalkan kebiasaan lama mereka; Tapi lebih dari itu, mereka rela melakukan apa saja untuk menyampaikan kabar baik tentang Tuhan sampai ke ujung dunia.
CM