Kematian yang Mendamaikan

Renungan Harian Jumat, 29 Maret 2024
Syalom jemaat yang dikasihi Tuhan hari ini adalah hari yang istimewa kita merayakan Kematian Tuhan Yesus Kristus dalam Jumat Agung, kiranya perenungan akan karya Tuhan Yesus diatas Kayu Salib senantiasa menguatkan Iman dan Pengharapan kita kepada kebesaran kasih Allah kepada kita.
Cinta adalah sebuah kata Ajaib yang sangat diinginkan oleh manusia, namun sering kali salah interpretasi dan disalahgunakan. Banyak yang mengira cinta hanya sebagai ungkapan emosi yang menyenangkan. Tetapi, cinta memiliki makna yang lebih dalam. Cinta adalah komitmen untuk berpartisipasi dan berbuat apa saja untuk kebaikan orang lain atau komunitas, dengan tujuan memberikan yang terbaik bagi mereka yang kita cintai. Dalam cinta, kita siap memberikan segalanya, bahkan diri kita sendiri. Dalam cinta, kita rela berkorban untuk mereka yang kita cintai.
Jumat Agung adalah hari di mana umat Kristen memperingati kematian Yesus Kristus di kayu salib. Meskipun kematian sering dianggap sebagai akhir, kematian Yesus membawa makna yang mendalam dan damai bagi kita semua. Kematian-Nya bukanlah akhir yang sia-sia, tetapi sebuah kematian yang mendamaikan, yang membawa keselamatan bagi seluruh umat manusia.
Yesus, karena kasih-Nya kepada dunia, dengan rela hati memberikan diri-Nya dan mengakhiri hidup-Nya di kayu salib. Di zaman itu, disalibkan dianggap sebagai hukuman terberat, hanya untuk penjahat atau pemberontak. Yesus menerima semua itu, bukan karena ia berdosa, tetapi untuk menyelamatkan manusia berdosa. Ia murni dan tak berdosa, namun dengan kasih-Nya kepada dunia, ia membiarkan diri-Nya diperlakukan sebagai orang berdosa. Ia menerima semua itu tanpa pamrih karena kasih-Nya kepada kita.
1 Yohanes 4:9-10 menyayakan Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.
Pengorbanan Yesus begitu luar biasa, bahkan tidak dapat sepenuhnya diungkapkan oleh Injil. Penderitaan yang Ia alami tak dapat diukur. Injil mencoba menggambarkan penderitaan luar biasa yang Ia alami demi keselamatan dunia. Saat Yesus menderita di kayu salib, para prajurit berjudi di bawahnya, membagi-bagi barang milik Yesus. Mereka memandang remeh derita yang dialami Yesus. Dengan kasih-Nya kepada manusia, Yesus tidak hanya menderita, tetapi juga ditolak dan diabaikan. Kematian Yesus Kristus bukan hanya sebuah tindakan pengorbanan, tetapi juga tindakan penyatuan dan perdamaian antara manusia berdosa dan Allah Yang Maha Suci. Melalui kematian-Nya, Yesus memadamkan amarah Allah terhadap dosa-dosa kita dan membuka jalan bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Bapa karena jalan pendamaian itu sudah dibuka oleh Karya Kristus.
Yesus juga mengalami apa yang manusia pada umumnya alami yaitu ketakutan, di Taman Getsemani sebelum Dia harus menghadapi Salib Dia bergumul, menandakan bahwa misi ini bukalah hal yang biasa saja namun sebuah kematian yang harus dihadapi. Namun Yesus tahu Tujuannya dengan seruan kepada Bapa “bukan kehendakKu yang jadi namun Kehendak-Mu yang jadi” dan Yesus menjalani misi-Nya sampai selesai. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya di kayu salib, Yesus berseru, “Sudah selesai,” bukan sebagai orang yang putus asa, melainkan sebagai Pahlawan yang telah Menang dalam menyelesaikan Misi dan tujuanNya untuk menyatakan Kasih Allah. Yesus mengorbankan diri-Nya, menyerahkan nyawa-Nya sebagai tanda kasih-Nya kepada manusia. Itulah sebabnya Ia berakhir dengan seruan penuh pengorbanan, menunjukkan kasih Allah yang luar biasa.
Karya Keselamatan melalui SALIB adalah PUNCAK dari karya Allah bagi umat manusia … SALIB ADALAH ANUGERAH TERBESAR BAGI ORANG-ORANG YANG PERCAYA …
Kematian Yesus memiliki makna yang luar biasa bagi kehidupan kita. Kita diselamatkan dari dosa dan maut karena Dia. Kita menerima kehidupan yang baru dan memiliki hubungan yang istimewa dengan Allah.
Roma 5:10, Rasul Paulus menulis, “Karena jika, ketika kita masih seteru, kita telah mendamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih sekarang, sesudah kita didamaikan, kita akan diselamatkan oleh hidup-Nya.” Ayat ini mengungkapkan betapa dahsyatnya kematian Kristus bagi kita. Kematian-Nya bukanlah kematian biasa, melainkan kematian yang mendamaikan, yang memulihkan hubungan kita dengan Allah.
Sebelum Kristus datang, kita terpisah dari Allah karena dosa. Kita menjadi musuh Allah, terasing dari kasih dan rahmat-Nya. Namun, melalui kematian Kristus, kita didamaikan kembali dengan Allah. Dosa dan kesalahan kita telah dibayar oleh Kristus di kayu salib. Kini, kita bukan lagi musuh, melainkan anak-anak Allah yang dikasihi.
Memperingati Jumat Agung bukanlah sekadar mengenang peristiwa sedih atau tragis. Lebih dari itu, ini adalah momen untuk merenungkan dan merasakan betapa besar kasih Allah bagi kita. Meskipun kita berdosa, Allah tetap mengasihi kita. Dia rela mengorbankan Anak-Nya, Yesus Kristus, untuk menebus dosa kita.
Mari kita hargai pengorbanan Kristus dan menerima kasih-Nya. Kematian Kristus adalah bukti nyata dari kasih Allah yang tak terukur bagi kita. Kita didamaikan, kita diselamatkan, dan kita diberi hidup baru melalui kematian-Nya.
YNP