Konsekuensi Kebutaan Rohani

Bacaan renungan: Yeremia 39
Nats: Yeremia 39:7, Kemudian mata Zedekia dibutakannya, lalu ia dibelenggu dengan rantai tembaga untuk dibawa ke Babel.
Selamat pagi jemaat yang dikasihi Tuhan. Mari sebelum kita memulai aktifitas sehari-hari, kita mau merenungkan Firman TUHAN hari ini.
Sangatlah tragis, raja yang harusnya tampil berperang di garis depan harus lari mengendap-endap. Nahasnya, usaha penyelamatan diri Raja Zedekia harus diakhiri dengan anak-anaknya dibantai, matanya dibutakan, dan dirinya dijadikan tawanan di negeri orang (6-7). Sementara Yeremia, nabi yang dia tindas justru mendapat kebebasan (14), bahkan Ebed-Melekh, hambanya, juga dilepaskan (15-18).
Peringatan sudah diberikan, berulang kali, dan bahkan dari jauh-jauh hari. Pilihan sudah diperhadapkan, tidak ada kemungkinan alternatif lain. Kesempatan berubah pikiran sudah tidak ada lagi. Apa yang menjadi pilihan, segera mengarah pada konsekuensi yang tidak bisa ditolak.
Itulah yang terjadi pada perikop kita hari ini. Kesempatan untuk bertobat sudah lewat. Tangan Tuhan atas umat-Nya sudah dijatuhkan! Babel sudah menyerbu dan Yerusalem sudah jatuh. Seluruh kota itu dihancurkan dan hampir semua penduduknya ditawan ke Babel, kecuali segelintir rakyat miskin yang tidak berdaya (8-10). Sedangkan raja Zedekia yang berupaya melarikan diri segera tertawan. Akhirnya ia digiring dalam keadaan hina ke Babel dan tinggal di sana sampai dengan kematiannya. Menyesal sudah terlambat. Zedekia menerima akibat dari pilihannya sendiri.
Begitu rapuhnya kekuasaan yang dibangun manusia dengan lobi-lobi politik yang tampak sakti. Mereka percaya: ketika mereka punya banyak koalisi dan relasi, mereka akan aman. Inilah keyakinan Zedekia, dan demi keyakinan ini banyak hal harus dikompromikan, seperti penyembahan berhala yang berakibat kemerosotan moralitas di seluruh negeri (Yeh 8-11). Padahal, arti nama Zedekia adalah “Yahweh itu kebenaran”. Sejatinya, dirinya sudah dibutakan oleh kekuasaan sejak lama. Kisah terakhir yang tragis ini hanyalah meneguhkan apa yang telah lama terjadi.
Sementara itu, Yeremia oleh pemeliharaan Allah mendapatkan jaminan perlindungan dari raja Nebukadnezar (11-14) dan Ebed-Melekh mendapatkan jaminan firman Tuhan bahwa ia akan terluput dari pengepungan ini (15-18). Keduanya pun menerima konsekuensi dari pilihan mereka. Bagi keduanya, kata kuncinya adalah “…sebab engkau percaya kepada-Ku, demikianlah firman Tuhan” (18). Yeremia percaya dan memberitakan firman Tuhan apa pun risikonya, sedangkan Ebed-Melekh percaya dan mengamalkan firman Tuhan dengan menyelamatkan Yeremia (lihat Yer. 38:7-13).
Yeremia yang tidak buta dan jelas melihat kebutaan Zedekia justru dianiaya dan dibungkam supaya tidak bersuara. Tetapi, pada akhirnya Yahweh, Sang Kebenaran akan menunjukkan siapa yang buta dan siapa yang melihat. Bahkan, Ia menyebut Ebed-Melekh, orang asing yang bersimpati terhadap pemberita kebenaran-Nya sebagai orang yang percaya (18).
Tidak ada seorang pun yang dapat bermain-main dengan kebenaran firman Tuhan dan luput dari konsekuensinya. Entah kita menerima atau menolak, masing-masing ada konsekuensinya. Tidak ada pilihan ketiga.
Oleh karena itu, marilah kita merespons terbuka dan taat kepada firman Tuhan. Memang bisa jadi saat kita memilih ikut Tuhan, dunia memusuhi bahkan berupaya menghancurkan kita.
Kita tidak sendirian, dan yang pasti Tuhan akan menyertai, memelihara, dan meluputkan kita dari para musuh kita.
Di dalam kekuasaan yang jahat selalu ada suara-suara kebenaran yang dibungkam. Dan, bukankah suara Allah adalah suara Kebenaran? Barangsiapa mendengar suara ini, mereka melihat. Tetapi, yang tidak mendengarnya sekalipun melihat, sejatinya mereka adalah orang-orang yang buta.
Mari meminta Tuhan untuk menuntun kita hidup dalam kebenaran. Jangan hanya demi kekuasaan kita rela mengkompromikan iman kepercayaan kita.
Jangan sampai kita memiliki kebutaan rohani yang membuat kita tidak dapat melihat kebenaran dan keberadaan Tuhan didalam kehidupan kita.
Tuhan Yesus memberkati
MEK