KUASA UNTUK MEMILIH
Kuasa untuk Memilih
Renungan Harian Youth, Rabu 19 Januari 2022
Rekan-rekan Youth, kita semuanya menyadari bahwa memang hidup ini adalah Pilihan, apa yang terjadi dalam kehidupan kita sekarang adalah karena pilihan-pilihan yang sudah kita ambil di waktu sebelumnya dan apa yang terjadi didepan kita karena pilihan yang kita ambil sekarang.
Mari kita belajar bahwa Kehidupan menuntut kita untuk tidak memilih tindakan berdasarkan perasaan. Dalam sebuah persimpangan pilahan, jika kita ingin mengatakan, “Namun, rasanya aku bukan orang yang positif dan mampu deh!” sebenarnya perlu kita tanyakan kepada diri kita sendiri adalah, “Bagaimana caranya aku bisa memilih untuk menjadi positif dan mampu dalam keadaan seperti ini, bagaimanapun perasaanku?” Pertanyaan ini akan merubah fokus kita dari semua kelemahan dan ketidak mampuan kita kepada potensi yang ada dalam diri kita untuk melakukan sesuatu.
Mungkin kita berpikir … Namun, bukankah artinya kita berpura-pura, kalau kita bersikap positif padahal kita tidak ingin begitu? Rekan-rekan Berhenti dan pikirkan lagi pertanyaan itu sejenak. Kalau kita selalu menunggu sampai kita merasa ingin melakukan sesuatu sebelum melakukannya, maka pasti tidak akan banyak yang kita lakukan! Apakah kita hidup diatur oleh perasaan, atau apakah kita melakukan apa yang benar dan Haruskah perasaan kita menentukan cara kita bertindak dan berpikir?
Memang Perasaan adalah bagian penting dalam diri kita yang juga merupakan anugerah Tuhan, namun permasalahannya adalah PERASAAN ITU TIDAK BISA KONSISTEN dan SANGAT MUDAH UNTUK BERUBAH, karena itulah kita tidak bisa melandaskan setiap keputusan dan pilihan dalam diri kita “Hanya” dengan perasaan saja.
Bagaimana kalau ayahmu mengatakan, “Rasanya aku tidak mau bekerja lagi, jadi aku tidak akan bekerja”? apa yang terjadi? Pastinya Kondisi hidup keluargamu jelas akan berubah drastis—dan mungkin kamu tidak akan suka membayangkan kondisi yang baru itu. Bagaimana kalau ibumu mengatakan, “Rasanya aku tidak mau lagi mencuci baju tahun ini, jadi aku tidak akan mencuci”? Maka kamu harus belajar untuk bisa mempergunakan mesin cuci itu sendiri, atau kamu akan memakai baju-baju yang bau selama dua belas bulan ke depan. Bagaimana kalau penjaga keselamatan di kolam renang melihat seorang perenang yang sedang kesukaran dan mengatakan, “Rasanya aku sedang tidak ingin melompat ke dalam air dan menjadi basah”? Kalau begitu kasusnya, maka bisa jadi perasaan menentukan antara hidup dan mati!
Roma 12:3 Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan
Ayat diatas mengingatkan kita agar kita memiliki keputusan yang tepat dengan perasaan dan pikiran kita, semuanya harus ditempatkan pada porsi dan posisi yang tepat. Tetapi dari waktu ke waktu, dari hari ke hari, kita menghadapi begitu banyak kesukaran dan tantangan yang pada dasarnya dapat disimpulkan seperti ini: akankah kita memilih untuk melakukan apa yang benar, atau akankah kita mengikuti perasaan kita? Akankah kita memilih untuk melakukan yang benar dibanding memutuskan hal yang salah dan tidak tepat seperti
- Memberi dorongan semangat bagi orang lain, bukan mematahkan semangat mereka?
- Lebih banyak berdoa dan mengurangi kekhawatiran?
- Dengan berani bertahan membela kebenaran dan bukan mundur seperti pengecut karena takut?
- Menjalani kehidupan dengan integritas tinggi dan bukan kebohongan?
- Mengasihi semua orang dengan kasih Allah dan bukan membenci orang-orang yang tidak kita sukai?
- Memenuhi hati dan pikiran kita dengan kepuasan dan bukan kepahitan dan amarah?
- Dan lain-lain yang bisa rekan-rekan tambahkan.
Ingatlah bawah hal ini tidak bermaksud mengatakan bahwa seharusnya kita mengabaikan perasaan kita. Namun maksudnya adalah, perasaan tidak seharusnya mendominasi perilaku kita. Kitalah yang memegang kendali atas apa yang akan kita katakan, lakukan, dan pikirkan—bukan perasaan kita.
Kita diberkati dengan kekuatan untuk memilih bentuk tanggapan kita akan apa pun yang terjadi dalam hidup ini. Tanggapan kita adalah tanggung jawab kita.
MENGENAKAN PERASAAN KRISTUS
Filipi 2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.
Hendaklah … menaruh pikiran. Lebih tepat lagi jika diterjemahkan menjadi Pertahankan sikap batin terhadap sesamamu sebagaimana telah diteladankan oleh Kristus Yesus. Mengenakan Perasaan Kristus akan menolong kita untuk berani memilih dan melakukan apa yang benar, karena didalamnya bukan tentang hanya kebaikan dan keuntungan diri sendiri namun juga bagi kebaikan bersama dan juga tentang kebenaran
KOmtimenku hari ini
Yuk rekan-rekan semuanya, tetaplah menjaga konektivitas diri kita dengan Tuhan, karena hanya dengan tuntunan Tuhannya lah kita bisa memilih kesempatan untuk menjadi berkat bagi banyak orang, bukan mengandalkan perasaan saja namun juga memilih dan mengambil keputusan dengan Tepat karena sesuai dengan kehendak Tuhan
Tuhan Yesus memberkati
YNP – YDK