“Makarios”

November 25, 2021 0 Comments

Renungan Harian, Kamis 25 November 2021.

Bacaan: Matius 5:1-11 Khotbah Di Bukit

Ada sebuah film yang berjudul: The Pursuit of happiness, yang menceritakan tentang seseorang pria yang berjuang keras untuk meraih kebahagiaan. Sempat mengalami pahit getirnya hidup akhirnya Chris Gardner menjadi jutawan dan seorang CEO ternama. Usaha atau niat dan perjuangannya untuk meraih impian adalah mewakili manusia di berbagai zaman untuk meraih sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya.

Secara alami, manusia akan mengejar dan mendapatkan  kebahagiaan atau berkat. Banyak orang mencari kebahagiaan melalui makanan, minuman, atau melalui hiburan : film, musik, lawakan dan lain-lain. Ada lagi yang mencari kebahagiaan lewat pekerjaan, uang atau dengan melakukan kebajikan: bagi-bagi sedekah atau bagi uang. Di sisi lain orang Kristen juga berusaha mengejar yang namanya berkat. Berkat yang berkelimpahan atau kemakmuran menjadi suatu tujuan hidupnya. 

Bacaan kita di Matius 5 ini, Tuhan Yesus memperkenalkan tentang suatu konsep kebahagiaan atau berkat yang berbeda dengan yang dikejar oleh orang dunia. Berkat atau kebahagiaan fisik itu hanya sementara dan rapuh sekali.

Jika kita mencari kesenangan dalam makanan, banyak makanan enak bisa menjadi penyakit. Jika kita mencari kesenangan untuk tubuh kita, itu hanya sementara dan akan cepat memudar. Jika kita mencari kesenangan dengan uang, uang itu terbatas dan suatu saat akan habis

Perhatikan resep Tuhan untuk kebahagiaan.

Yesus mengatakan “Berbahagialah”, dalam bahasa Yunaninya makarios. Kata makarios berasal dari kata  makar yang artinya suatu kebahagiaan yang tidak dipengaruhi oleh keadaan atau kondisi apapun.

Kebahagiaan atau berkat  yang Tuhan Yesus berikan adalah berkat yang berasal dari karakter yang sudah dewasa.

»Jadi Tuhan Yesus mengatakan bahwa karakter yang sudah dewasa adalah orang yang berbahagia atau orang yang diberkati oleh Tuhan. Kebahagiaan atau berkat dari orang yang karakternya dewasa tidak akan mudah dipengaruhi oleh apapun juga. Kebahagiaan ini adalah kebahagiaan yang sifatnya sejati. Sayangnya diberkati atau berbahagia direduksi maknanya dalam Kekristenan itu sendiri, memandang diberkati atau berbahagia itu adalah sehat, sejahtera dan melimpah kekayaan atau materi.

Berkat atau kebahagiaan yang Tuhan Yesus tawarkan sifatnya berbeda dengan yang dicari orang-orang pada umumnya. Bahkan berbeda dengan kebajikan atau kebijaksanaan dunia yang mengutamakan kekuatan atau kekuasaan.  Tuhan Yesus berkata : Berbahagialah orang yang miskin, orang yang berdukacita atau menangis…” Ini menunjukkan bahwa berkat atau bahagia orang percaya itu sangat unik  karena menunjukkan suatu kualitas hidup yang berbeda. Kualitas hidup bukan hanya warga Kerajaan Allah tetapi juga menggambarkan kualitas hidup Sang Raja Di atas segala Raja.

»Jadi, Khotbah di Bukit berisi kualitas yang luar biasa sebagai murid Kristus. Di saat yang sama Khotbah di Bukit menjadi upah dari Allah buat murid-murid Kristus. 

Khotbah di Bukit sesungguhnya bukan menjadi tuntutan atau menjadi perintah bagi kita. Sifat atau kualitas itu seharusnya sudah otomatis atau secara spontan keluar dari kehidupan kita sehari-hari. Khotbah di Bukit bukan diperuntukkan bagi orang yang belum percaya tapi yang sudah percaya. Khotbah di Bukit ditujukan bagi murid Kristus. 

Jadi mari kita renungkan bersama, sudahkah sikap hidup kita sehari-hari sudah mencerminkan apa yang digambarkan dalam Khotbah di Bukit? Sudahkah kita menjadi orang yang miskin di hadapan Allah, berdukacita secara Ilahi, pembawa damai, menunjukkan kemurahan? Ataukah masih tidak jelas alias kabur? Sudahkah kita menjadi murid sejati Kristus? Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Tuhan memberkati

CM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *