ME TO WE
ME TO WE
Renungan Harian Youth, 07 Februari 2022
Filipi 2:2-4, “karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”
Syalom rekan-rekan elohim Youth, salam sehat dan semangat selalu bagi kita semua. Tuhan Yesus kiranya menyertai dan memberkati kita semua dan apapun yang teman-teman kerjakan semuanya berhasil karena pertolongan Tuhan.
Sebagian besar dari kita menganggap bahwa orang dengan standar kehidupan yang relatif rendah bisa lebih bahagia daripada mereka yang hidup Lebih mewah itu, merupakan hal yang tidak masuk akal. Tapi memang itu kenyataannya. Sekilas saja sudah bisa diketahui bahwa banyak dari kita berusaha membeli kebahagiaan kita. Tapi semakin dalam kita mencari tahu apa yang bisa dibeli oleh uang dan apa yang tidak bisa, seringkali jawabannya cukup mengejutkan kita. Dalam hal uang, semakin banyak Anda memilikinya, semakin banyak yang Anda inginkan. Semakin makmur Anda, semakin banyak “kebutuhan” Anda. Segera, hal-hal yang dulunya mewah bagi kita, menjadi biasa, dan segera, kesenangannya memudar.
Ukurlah kesuksesan Anda dengan berapa banyak kehangatan yang Anda berikan dan senyuman yang Anda pancarkan ke wajah orang-orang.
Dunia memang cenderung untuk terus membentuk manusia untuk bertambah egois dengan lebih mementingkan diri sendiri di atas segalanya. Orang terus merasa kekurangan dan merasa perlu terus menimbun. Mereka mengira bahwa kebahagiaan dan keamanan tergantung dari berapa besar harta yang dimiliki. Maka tidak heran ketika kita mendengar banyak orang yang berkata dengan mudahnya: “jangankan mengurusi orang lain dulu, untuk diri sendiri saja belum cukup.” Dunia boleh saja semakin cenderung kepada gaya hidup individualis dan egois, tetapi lihatlah apa kata firman Tuhan yang berbicara sebaliknya.
Sehati, sepikir, satu kasih, satu jiwa dan satu tujuan, itu menggambarkan panggilan untuk bersatu dan bertindak bersama-sama seperti yang telah saya sampaikan dalam renungan kemarin. Selanjutnya lihatlah bahwa kita pun diminta untuk bersikap rendah hati dengan mengedepankan atau mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Sesungguhnya ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh orang-orang percaya, karena kasih yang kita miliki seharusnya mampu membuat kita untuk peduli kepada orang lain dan tidak berpusat kepada kepentingan diri sendiri.
Peduli kepada orang lain seringkali tidak cukup hanya sebatas kata-kata, tetapi sebuah perbuatan pun diperlukan untuk membantu mereka secara nyata.
Kerinduan untuk memberi bukanlah tergantung dari seberapa besar harta milik kita, tetapi seberapa besar kepedulian kita terhadap penderitaan orang lain. Dan seringkali tidak perlu jauh-jauh untuk itu, karena disekitar kita pun ada banyak yang orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Dan Firman Tuhan pun mengajarkan kita untuk mau memberi dengan sukacita. “Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”(Lukas 6:38). Dengan demikian, jelas tidak pada tempatnya jika kita berharap Tuhan mencurahkan berkatNya kepada kita tetapi kita tidak peka sama sekali dengan penderitaan orang lain. Kasih yang dicurahkan dari Surga harusnya mampu membawa kita untuk memiliki belas kasih kepada orang lain, bukan saja yang kita kenal tetapi juga pada yang asing bagi kita. Begitu pentingnya hingga dikatakan “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.” (Amsal 19:17). Memiutangi Tuhan, itu menggambarkan betapa pentingnya bagi kita untuk membantu dan memberi kepada yang kekurangan, sekaligus menunjukkan betapa besarnya Tuhan menghargai setiap anakNya yang memiliki rasa belas kasih dan mau menjalankannya secara nyata.
Pada dasarnya, melatih rasa syukur adalah dengan melatih pikiran Anda untuk memperhatikan, merasakan, dan mengingat aspek positif dalam kehidupan.
Firman Tuhan mengatakan bahwa Tuhan akan membalas setiap orang sesuai perbuatannya.“yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.”(Roma 2:7-8). Hidup kekal kepada yang tekun berbuat baik dan hidup dalam kebenaran, tetapi murka dan geram kepada orang-orang yang sibuk mementingkan diri sendiri dan tidak peduli kepada penderitaan orang lain. Kerajaan Tuhan tidak akan bisa dinyatakan di dunia tanpa adanya kepedulian dari kita terhadap orang lain. Ketika dunia mengarah kepada bentuk-bentuk individualis dan egoisme, janganlah kita malah terseret ikut di dalam arusnya. Kita harus bisa menunjukkan perbedaan sebagai anak-anak Tuhan dan sahabat-sahabat Kristus, sehingga orang bisa melihat siapa Yesus itu secara benar.
Marilah kita bersatu dan bersama-sama memberi karya nyata di dunia, keluar dari batas-batas tembok gereja dan menjadi terang dan garam bagi sesama. Hanya dengan demikianlah kita bisa menyatakan besarnya kasih Tuhan kepada seluruh manusia.
Komitmen kita:
Nyatakan kasih Kristus kepada dunia melalui perbuatan nyata untuk menolong orang lain
ER 050122-LP