“Memandang Yesus di Salib”
Renungan Harian, Senin 10 Agustus 2020
Tema utama dari Perjanjian Baru adalah penyaliban dan kebangkitan Yesus. Hal ini disebut didalam setiap buku dari Perjanjian Baru kecuali surat Philemon, surat 2 dan 3 Yohanes. Injil Matius memiliki 141 ayat tentang penyaliban. Injil Markus yang pendek memiliki 116 ayat tentang penyaliban. Injil Lukas menyatakan penangkapan dan penyaliban Yesus dalam dua pasal yang panjang. Dan separuh dari Injil Yohanes mencatat kisah-kisah akhir kehidupan Yesus di bumi.
“Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah KUASA Allah.” 1 Korintus 1:18.
Kata-kata terakhir dari kehidupan seseorang itu sangat penting
Mussolini, ditactor Italia, ketika diseret unuk dieksekusi mengucapkan: “Tetapi …tetapi …Mr. Kolonel.”
Pada akhir hidupnya Beethoven mengeluh: “Sayang, sudah terlambat”
VOLTAIRE seorang atheis yang terkenal berkata: “Puteraku, pilihlah jalan ibumu, (seorang Kristen) – bukan aku; dia telah memilih bahagian yang lebih baik.”
D.L. Moody pada akhir hidupnya “Dunia semakin pudar, surga terbuka dihadapanku.” Inilah hari penobatanku!!
Namun ada doa terindah yang dinaikan Yesus diatas kayu salib
“Bapa ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang dilakukannya.” (Lukas 23:34)
DIMANAKAH YESUS BERDOA???
Banyak orang berdoa … Tentara berdoa dimedan perang, pelaut berdoa ketika kapal mereka tenggelam; pilot berdoa saat pesawat mereka mengudara. Anak-anak berdoa disamping tempat tidur mereka; ibu berdoa di dapur, bapak berdoa sementara bekerja di ladang; Namun Yesus berdoa di SALIB!!! Ketika dosa ada pada puncak kejahatannya, maka Yesus berdoa. Ketika kebencian telah memakukan Dia disalib, maka Yesus berdoa. Ketika Dia diludahi, diadili dengan tidak adil, dimahkotai mahkota duri, dihujat, diolok, dicambuk dan akhirnya disalibkan, maka Yesus berdoa: “Bapa, ampunilah mereka”
Perhatikanlah untuk SIAPA Dia berdoa? Untuk semua orang berdosa di segala zaman yang telah menyalibkan Dia.
Namun siksaan yang terbesar yang diderita Tuhan Yesus, bukanlah hanya secara fisik, namun terlebih secara rohani. Ia telah menanggung atas diriNya sendiri segala kejahatan/kesalahan kita, sehingga Ia berseru: “AllahKu, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Dia menderita sebagai orang berdosa.
2 Korintus 5:21, Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatnya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Ayat 15 Dan Kristus telah mati untuk SEMUA orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia , yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Dia menderita ganti orang berdosa.
SUBSTITUSI
Inilah yang Tuhan kerjakan bagi setiap orang yang percaya, Tuhan menjadi pengganti (substitusi) bagi setiap kita orang-orang yang berdosa yang harus menerima murka Allah tetapi sudah Tuhan gantikan diatas kayu salib.
1 Petrus 1:18-19. Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
Pandanglah Yesus diatas kayu Salib, disanalah kita melihat kasih yang terbesar yang menyelamatkan kita dari kutuk dosa.
Lalu yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya Bapa, kedalam tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku.” dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan NYAWANYA (Lukas 23:46)
Yesus mati dengan kasih dan sukarela, Dia menggenapi apa yang dia Firmankan untuk memberikan nyawa-Nya dan berkorban bagi kita.
Yohanes 10:11 Akulah gembala yang baik; Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba dombaNya;
Yohanes 15:13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
Manusia terhilang tanpa Yesus – tersesat dari rumah – dan tidak dapat menemukan jalan untuk kembali. Namun bila kita bisa mengantar orang berdosa kepada salib – maka itu akan menuntun mereka pulang kembali kepada Allah.
FJD