MENERAPKAN KEPEDULIAN
Renungan Harian Youth, Senin 05 September 2022
Filipi 2:4, “dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri tetapi kepentingan orang lain juga.
Salah satu aplikasi baru yang kemudian menjadi salah satu aplikasi yang wajib ada si smartphone kita adalah “Peduli Lindungi.” Awalnya aplikasi ini dibuat oleh kementrian komunikasi dan informatika bekerja sama dengan komite penanganan C-19 dan pemulihan ekonomi nasional kementrian Kesehatan dan kementrian BUMN. Sebelumnya aplikasi ini bernama “Trace Together” namun kemudian diubah namanya menjadi Peduli Lindungi karena dinilai lebih tepat untuk menggugah rasa kepedulian kepada sesame dan usaha untuk melindungi dari bahaya pandemic yang terjadi.
Bicara tentang kata “kepedulian,” arus modernisasi dan semangat individualistis telah menyebabkan kepedulian terhadap sesama menjadi tindakan yang langka. Kita harus ingat bahwa pada dasarnya manusia diciptakan sebagai makhluk social. Dimana manusia memerlukan orang lain untuk bias bertahan hidup, disamping itu firman Tuhan juga menuliskan bahwa “tidak baik” jika manusia seorang diri saja. Hal yang tentunya menjadi sebuah ironi ketika manusia yang adalah makhluk social tetapi dia tidak memiliki kepekaan social, dimana salah satu bentuk nyatanya adalah “kepedulian.
Kepedulian adalah bentuk kata kerja dari kata “peduli.” Peduli itu sendiri didefinisikan sebagai hal tentang mengindahkan, memperhatikan, dan menghiraukan. Jadi, peduli merupakan sikap mengindahkan atau memberikan perhatian terhadap kebutuhan orang lain atau menghiraukan keadaan orang lain yang membutuhkan pertolongan. Sedangkan kata kepedulian memiliki arti, perihal sangat peduli dan sikap mengindahkan (memperhatikan). Peduli hanya akan menjadi sebuah sifat saja jika tidak ada kepedulian. Kepedulian merupakan wujud nyata dari peduli dimana ada aksi atau sesuatu yang dilakukan.
Kepedulian adalah bagian dari ekspresi kasih yang berwujud nyata dalam tindakan kepada orang lain.
Hal mengenai kepedulian telah menjadi issue yang sejak dahulu telah menjadi bagian dalam kehidupan manusia. Yesus saja pernah dianggap tidak peduli oleh murid-murid-Nya dan juga oleh Marta saudara Maria dan Lazarus.
Galatia 6:2, “bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hokum Kristus; dalam terjemahan Firman Allah Yang Hidup (FAYH) menuliskan: “ikutlah merasakan kesukaran dan kesulitan orang lain.”
Roma 15:1 “kita yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan mencari kesenangan diri sendiri.”
Alkitab mengajarkan untuk kita memperhatikan orang laindan bertolong-tolongan menanggung beban atau bias dikatakan ikut merasakan kesukaran dan kesulitan orang lain. Tuhan Yesus dalam pengajaran-Nya memberitahukan kepada kita bahwa kasih yang terekspresi merupakan bentuk kepedulian kepada orang lain. Kisah Yesus memberi makan 5000 orang bermula dari belas kasihan Tuhan Yesus kepada orang-orang yang mengikut Dia, sehingga Ia berkata kepada murid-murid-Nya “tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan” (Matius 14:16). Dalam kisah ini, sebenarnya Yesus menggugah kepedulian murid-murid kepada orang banyak yang mengikuti mereka.
Kepedulian dalam diri seseorang harus ditumbuhkembangkan.
Kepedulian bukanlah sesuatu yang tiba-tiba saja ada dalam hidup seseorang. Keluarga dan komunitas di mana seseorang tumbuh memiliki pengaruh besar dalam hal yang berkaitan dengan kepedulian orang lain.
Siapakah Objek kepedulian kita?
Dalam Lukas 10:25-37 menuliskan sebuah perumpamaan yang diajarkan Tuhan Yesus kepada para pendengar-Nya. Ada seorang yang dirampok dan tergeletak di jalan dan kemudian ada beberapa orang yang lewat di TKP. Ada seorang imam dan seorang lewi (kita tahu fungsi mereka dalam agama yahudi sebagai orang yang dikhususkan untuk melayani di bait suci) tetapi mereka tidak berhenti untuk menolong orang yang tergelatk itu. Hingga akhirnya lewatlah seorang Samaria yang kemudian menolong orang tersebut bahkan mengerjakan lebih dari apa yang seharusnya dikerjakan bagi orang lain yang tidak dia kenal.
Dari kisah ini kita mengetahui dengan pasti bahwa objek kepedulian kita adalaha sesama kita. Orang Samaria dalam tradisi Yahudi merupakan orang yang tidak masuk hitungan karena latar belakang sejarah Isarel yang terpecah menjadi dua. Namun, bagi orang Samaria tersebut, dia tidak sedang menolong seorang yang tinggal di suku Yehuda, namun dia menolong dan peduli dengan sesamanya seorang manusia yang sedang tergeletak dan hamper mati.
Hati manusia adalah sebuah tempat untuk menaruh sebuah rasa peka terhadap keterpurukan yang dialami sesamanya manusia.
Matius 5:16, “demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Panggilan hidup orang Kristen adalah untuk memuliakan Tuhan melalui perbuatan baik yang kita terapkan. Dan sudah sharusnya setiap hari kita menerapkan kepedulian itu menjadi karakter hidup yang baik yang kita kerjakan sambil kita mengiring Tuhan
Orang yang hidup untuk dirinya sendiri adalah orang yang gagal. – Norman Baily
Hidup kita di dunia ini bukan untuk diri kita sendiri, panggilan kita adalah diberkati untuk menjadi berkat. Dari diri kita sendiri menuju kepada orang lain, untuk kemuliaan Tuhan. Orang melihat perbuatan baik kita dan memuliakan Bapa di sorga.
Amin. Tuhan Yesus Memberkati
EYC 03092022-LP