“Mengenal Hati Tuhan”

Renungan Harian Kamis, 22 September 2022
Bacaan : Matius 6
Ayat Pokok : Matius 6:22-23, “Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.”
Shalom…. Selamat pagi bapak, ibu dan saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Ada banyak anugerah yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Dan jika kita berusaha menghitung, terlalu banyak jumlahnya sehingga kita tidak dapat menghitungnya. Salah satu anugerah Tuhan adalah kita diberikan mata jasmani sehigga dapat menikmati keindahan dari semua ciptaan Tuhan di dunia ini.
Bicara tentang mata, alkitab menulis bahwa mata adalah pelita tubuh. Secara harafiah bisa hal ini bicara tentang kegelapan. Jika kita bersama menutup mata kita, maka kita sepakat bahwa hanya kegelapan yang kita alami. Namun mata adalah pelita tubuh juga memiliki arti yaitu kita mempunyai mata rohani atau mata hati, yaitu nilai-nilai yang dipahami di dalam hati kita yang dapat menentukan arah hidup kita.
Mata rohani, atau mata hati bekerja didorong perasaan belas kasihan dan bukan karena hal menguntungkan secara logika, saat kita sedang berbelas kasihan kita sedang bertindak berdasarkan “mata hati” atau mata rohani.
Istilah mata hati atau mata rohani secara spesifik tak ada di Alkitab, namun ada Firman Tuhan dalam Matius 5:8 yang menuliskan demikan; “berbahagialah orang yang suci hatinya karena ia akan melihat Allah.”.
Dengan mata jasmani memang kita tak bisa melihat Allah, seperti dikatakan dalam Yohanes 1:18, Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah. Namun dengan mata hati kita bisa merasakan kehadiran Allah dan juga memahami jalan-jalan-Nya di dalam kita. Itu sebabnya saat kita memutuskan langkah hidup kita berdasarkan mata hati, maka kita sedang memutuskan berdasarkan kehendak Tuhan atau jalan Tuhan.
Dan jalan Tuhan seringkali bukan jalan yang dimengerti secara logika, tetapi bisa dirasakan secara hati,
seperti yang ditulis di Hosea 6:6, “Sebab Aku menyukai kasih setia (belas kasihan), dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.”
Bapak, ibu dan saudara terkasih, Tuhan lebih menyukai jika hati kita berbelas kasihan, yaitu aktivitas kita yang dimotivasi oleh hati yang penuh kasih, yaitu hati yang mengenal hati Tuhan. Bukan melakukan ketaatan beribadah tetapi hati kita buta, sehingga cenderung membiarkan saudara yang membutuhkan pertolongan. Kalau kita baca Alkitab, kita sering membaca kalimat “maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan…”
Ini karena Yesus melakukan tindakan berdasarkan ‘mata hati’, Ia melakukan berdasarkan belas kasihan, bukan berdasar kewajiban secara agama.
Markus 7:11-12 “Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban – yaitu persembahan kepada Allah- , maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya.”
Itulah sebabnya Yesus menegur ahli-ahli Taurat yang memegang teguh peraturan Sabat dan aturan persembahan tapi tak punya belas kasihan, seperti mengabaikan memelihara orangtuanya, atau abai untuk menolong orang-orang terlantar.
Marilah kita menjadi semakin peka dengan apa yang terjadi di sekitar kita, bersama-sama kita mau jadi jemaat Tuhan yang taat beribadah dan menjadi pelaku-pelaku firman Tuhan. Amin.
Tuhan memberkati.
DS