MENGENDALIKAN RASA DENDAM
Renungan Harian Youth, Jumat 24 Juni 2022
Imamat 19:18, Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.
Seseorang bernama Caleb Young yang tinggal di kota Kentucky sedang berpikir bahwa, salah seorang tahanan yang ada di penjara sana, terlalu berat dalam menerima hukuman. Karena itulah ia lalu mendatangi Gubernur setempat dan memohonkan pengampunan untuk orang itu, dan ternyata ia berhasil. Setelah mendengarkan berbagai pembelaan dan alasan yang disampaikan, Gubernur kota itu setuju untuk membebaskan tahanan tersebut. Caleb Young kemudian berangkat ke penjara dan menemui orang yang sedang di tahan itu. mereka berbincang- bincang sejenak, dan Caleb Young lalu bertanya kepada tahanan itu, “Jika kau dibebaskan dari penjara ini, apa yang akan kau lakukan?” dengan geram, orang itu berkata, “aku akan pergi dan menembak hakim yang telah menjebloskan aku ke penjara, juga pengacara yang menuntut aku, serta para saksi yang telah memberatkan hukumanku dengan kesaksian mereka; pokoknyatidak ada ampun bagi mereka, aku akan bunuh mereka semua.” Mendengar hal itu, Caleb Young akhirnya tidak jadi menunjukkan surat pengampunan itu. dan begitu keluar dari penjara, Caleb Young lalu merobek surat pengampunan itu.
Secara manusiawi apabila kita disakiti, dijahati atau bahkan diperlakukan secara tidak adil oleh orang lain naluriah kita cenderung ingin melakukan pembalasan. Kita pasti akan menyimpan dendam. Dendam di hati sewaktu-waktu pasti akan meledak. Balas dendam tentu berasal dari si jahat. Sebenarnya balas dendam berasal dari ketidak-mampuan seseorang untuk mengelola suasana hati dan kemarahan. Balas dendam tidak akan menentramkan hati. Jadi, Tidak ada gunanya membalas dendam dengan tindakan kejahatan yang lebih buruk, karena itu hanya menunjukkan bahwa kita tidak lebih baik darinya dan sama bodoh dan jahatnya dengan orang yang menyakiti kita.
Dendam pasti menyimpan akar pahit, sakit hati dan kebencian terhadap orang lain!
Rekan-rekan youth, hanya karena dikuasai oleh dendam, kepahitan, dan kebencian, tahanan tersebut tidak jadi menikmati kebebasan yang telah di depan mata. Andai saja, orang tersebut tidak dikuasai oleh kebencian, tentu dia pasti akan bebas. Sebenarnya dia memiliki opsi yang lain (walaupun dia tidak mengetahui maksud Caleb Young bertanya jika dia bebas), yaitu dengan membiarkan dirinya diliputi oleh kasih dan pertobatan. Dia pasti dapat menikmati keuntungan dengan kebebasan yang ia terima.
Menurut Imamat 19:17, Orang yang mendendam pasti memiliki hati yang tidak bersih, biasanya pikirannya akan dipenuhi dengan rencana-rencana jahat. Keinginan membalas sakit hati seringkali membuat orang tidak bisa berpikir jernih. Semakin mendendam semakin dibawa kepada tindakan jahat lainnya. Ini seperti mata rantai yang saling terhubung dan tidak pernah putus.
Sebagai anak muda, sedini mungkin kita perlu menyadari akan berbagai kerugian yang dapat kita alami bila kita masih saja menyimpan bibit kepahitan, kebencian maupun dendam? Bila kita berada dalam kebencian dan kepahitan, bukan orang lain yang dirugikan, namun diri kita sendiri dan kehidupan kitalah yang dirugikan. Jadi mari segera melenyapkan segala kebencian, kepahitan maupun dendam yang ada di dalam diri kita supaya kita tidak mengalami kerugian, namun memperoleh keuntungan di dalam kasih karunia Allah.
Satu-satunya perilaku yang dapat mengendalikan rasa dendam adalah dengan mengasihi. Bahkan melalui Musa, TUHAN telah menyatakan bahwa kita harus “mengasihi sesama.” Kata “sasamamu” mengacu kepada setiap orang yang berhubungan dengan kita, bukan sekadar orang yang tinggal di dekat rumah kita. Yesus Kristus juga mengutip ayat tersebut di dalam Matius 22:39; dikutip oleh Paulus dalam Roma 13:9; dan juga Yakobus di dalam Yakobus 2:8.
Mengasihi merupakan cara praktis bagi kita untuk menunjukkan kasih dan perhatian kepada sesama kita.
Memiliki dendam terhadap orang lain sama artinya belum bisa mengampuni kesalahan orang lain. Alkitab menegaskan bahwa jika kita tidak mau mengampuni orang lain, maka Bapa di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan kita (baca Matius 6:14-15); artinya dendam hanya akan menghalangi hubungan kita dengan Tuhan, termasuk menghalangi doa-doa kita. Daud berkata, “Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar.” (Mazmur 66:18). Dendam tidak pernah membawa kepada kebaikan, sebaliknya hanya akan membuat hidup menderita. Rasul Paulus menasihati, “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” (Kolose 3:13).
Kita harus berani mendoakan setiap orang yang menyakiti, berbuat jahat. Sehingga sikap tenang saat menghadapi situasi apapun, bahkan ketika merasa terancam, adalah sesuatu yang sangat penting. Maka jadilah dewasa dalam menimbang setiap hal yang kita lihat, dengar, atau rasakan. Ingatlah akan sabda Tuhan dalam Roma 12:19 “… Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan.”
Pastikan di dalam diri kita untuk didominasi oleh kasih Allah yang mengarahkan pribadi kita untuk terus berkenan di hadapan Allah dan mampu menyebarkan kasih sebagai pengikat yang mempersatukan sesama manusia.
Tuhan Yesus Memberkati
RM – TVP