“Merayakan Kasih dalam Keluarga”
Renungan Harian, Senin 22 Februari 2021
Sudahkah kita merayakan KASIH? Dalam kehidupan kita seharusnya kita merayakan kasih, karena kasih adalah anugerah Tuhan bagi kehidupan kita. Bukan tentang hari kasih sayang tetapi merayakan kasih dengan berbagi kasih kepada sesama. Kasih adalah hukum mendasar dalam kekristenan. Kasih yang mau untuk berkorban dan berbagi dengan ketulusan hati.
Merayakan kasih harus lahir dari hati yang tulus dan murni, sehingga kasih yang ada adalah kasih yang sejati antara perbuatan kasih dan sikap hati adalah sama. Kasih selalu mendorong perbuatan baik. Terlebih ditangah suasana pandemic seperti ini, Ketika banyak hal yang dilakukan “dirumah” saja, belajar, sekolah, bekerja bahkan beribadah harus dirumah saja. Ada banyak keluarga yang tidak dapat merayakan kasih karena ada banyak konflik yang terjadi dalam keluarga.
Merayakan KASIH bukan berarti tidak menghadapi konflik
Hampir semua relasi pernah mengalami konflik, termasuk didalam keluarga. Relasi tanpa konflik sama sekali merupakan relasi yang statis, bahkan dipertanyakan keberadaannya. Setiap relasi selalu memiliki potensi untuk terjadi konflik. Relasi yang hidup adalah relasi yang dinamis (bergerak, berubah, bertumbuh). Karena itulah pentingnya kita merayakan Kasih untuk mengatasi konflik yang bisa terjadi atau sedang terjadi.
Merayakan KASIH adalah mampu “menari” bersama pasangan meskipun ada konflik
Menari Bersama adalah dapat beriringan Bersama walaupun Gerakan tidak harus sama tetapi dapat berkolaborasi satu dengan yang lain sehingga membentuk kesatuan yang indah. Karena Konflik dapat merusak relasi yang atau memperbaiki kualitas sebuah relasi, semuanya bergantung bagaimana bersikap terhadap konflik.
Sikap terhadap Konflik
Hindari sebelum terjadi atau sebelum bertambah besar (Rm.12:18)
Hadapi apabila sudah terjadi, jangan lari tetapi perbaiki dan bawalah kasih yang memulihkan. Konflik tidak hanya diselesaikan dengan menundanya karena pasti akan berdampak juga.
Bagaimanakah Cara untuk menghadapi dan menyikapi konflik:
1. Berpikir
Amsal 20:25, Suatu jerat bagi manusia ialah kalau ia tanpa berpikir mengatakan “Kudus”, dan baru menimbang-nimbang sesudah bernazar.
Pikirkan dan gumulkan masalah yang dihadapi kemudian Pertimbangkan kata-kata yang akan digunakan; apakah itu tepat atau tidak. Karena Sebagian besar konflik terjadi karena ada kata-kata yang tidak tepat dikeluarkan.
Ingat! Alkitab banyak memberi nasihat mengenai dosa yang disebabkan oleh lidah (Amsal 10:19, 20, Yakobus 3:9)
2. Berkomunikasi
Ayub 32:20, Aku harus berbicara, supaya merasa lega, aku harus membuka mulutku dan memberi sanggahan. Ungkapan dari Elihu untuk dapat berkata-kata dengan bijaksana.
Bagaiamana berkomunikasi dengan baik, Berbicara dengan ramah dan penuh kasih (Efesus 4:32, Kolose 4:6). Bicarakan masalah yang ada, bukan berbantah (Amsal 13:10, 15:18) karena Seni tertinggi dalam berkomunikasi adalah bersedia mendengar (Yakobus 1:19).
Ingatlah bahwa Berkomunikasi adalah kunci untuk membangun relasi hati
3. Berdoa
Yakobus 5:16, Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.
Gunakan doa sebagai sarana pemulihan diri dan relasi dalam keluarga dan Gunakan doa sebagai penuntun dalam disiplin pengakuan dan bimbingan. Didalam doa pasti ada pemulihan, Tuhan yang memulihkan hati kita dan pada akhirnya kasih yang dari Tuhan akan mengalir melalui kehidupan kita.
Mari rayakan KASIH dalam hidup kita!
“Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan KASIH setia-Ku kepadamu.” (Yer. 31 : 3)
Catatan Khotbah
Pdt. Benoni D. Kurniawan