Mulutmu Harimau-mu !!
Bacaan: Yakobus 3:1-12
Yakobus 3:2, “Siapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia orang yang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya”.
Syalom Bapak ibu Saudara yang dikasihi Tuhan …
Setiap hari kita berkomunikasi dengan orang lain dengan berbagai macam bahasa dan kata-kata. Berbagai macam kata-kata dan bahasa itu mengalir deras begitu saja dari mulut kita. Bahkan dalam sehari bisa ribuan kata yang tidak sadar telah keluar dari mulut kita. Bisa dibilang, kata-kata sudah jadi bagian hidup kita.
“Mulutmu Harimaumu,” demikianlah bunyi slogan iklan sebuah perusahaan jasa telepon selular. Ungkapan ini benar. Kata-kata yang keluar dari mulut kita ibarat harimau: sangat berkuasa. Ucapan hakim di pengadilan bisa menentukan hidup matinya seorang terdakwa. Ucapan seorang pejabat bisa memengaruhi nasib rakyat. Ucapan pengusaha pada rekannya dapat membuat transaksi bisnis jadi atau batal. Ucapan seorang pria pada kekasihnya bisa membuatnya tersanjung atau tersinggung.
Sekali salah ucap, akibatnya bisa gawat!
Tidak heran, Yakobus menasihati agar orang berpikir ulang jika hendak menjadi guru. Tanggung jawab yang ditanggung berat. Setiap hari guru mengucapkan ribuan kata. Ucapannya membentuk cara berpikir murid. Idealnya, semua yang guru ucapkan harus benar. Padahal, kerap kali kita salah bicara. Mengucapkan apa yang tidak perlu atau tidak pantas. Mengendalikan lidah memang lebih sulit daripada mengendalikan api atau menjinakkan binatang. Tanpa dikekang, lidah bisa menjadi liar. Kadang mengucapkan berkat, kadang kutuk. Tidak konsisten. Jika ini terjadi, mana bisa guru menjadi teladan? Mana bisa dipegang perkataannya?
Dalam ilmu Antropologi, ada satu cabang ilmu yang disebut “labelling theory” atau “teori menandai.” Teori ini mengatakan bahwa identitas dan kepribadian seseorang ternyata ditentukan oleh kata apa yang dominan dilabelkan kepadanya. Sebagai contoh, jika seseorang sering dipanggil “si jahat” atau “si pemalu” pada akhirnya benar-benar akan menjadi seperti itu.
Begitupun halnya jika seseorang sering diberitahukan hal-hal positif, pada akhirnya ia akan menjadi benar-benar positif dalam hidupnya.
Setiap orang percaya diberi tugas untuk saling mengingatkan dan menasihati sesama.
Setiap orangtua pun bertugas menjadi guru bagi anak-anaknya. Jadi, belajarlah mengekang lidah. Berpikirlah lebih dulu, baru berbicara. Saring dulu, baru ucapkan. Lebih penting lagi: jagalah hati agar selalu murni. Sebab apa yang keluar dari mulut, berasal dari hati (Matius 15:18).
Hati-hatilah: mulutmu harimaumu. Jangan menerkam orang lain dengan kata-kata Anda.
PERKATAAN YANG DIUCAPKAN TEPAT PADA WAKTUNYA ADALAH SEPERTI BUAH APEL EMAS DI PINGGAN PERAK -AMSAL 25:11
Tuhan Memberkati.
TC