“No Limits”
Renungan Harian, Selasa 30 Maret 2021
Galatia 6:1-10
Syalom bapak ibu saudara yang diberkati oleh Tuhan Yesus Kristus
“Berbicara tentang kasih” adalah hal yang mudah dalam kehidupan orang Kristen, karena kekristenan itu identik dengan kasih; tetapi mengasihi seperti cara Tuhan mengasihi kita merupakan hal yang tidak mudah, sebab mengasihi harus diwujudkan dengan perbuatan, bukan perkataan semata. Perwujudan nyata dari orang yang memiliki kasih adalah melalui perbuatan baik yang dilakukan.
“Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.” (Matius 7:17).
Karena kita telah diselamatkan dan mengalami kasih dari Tuhan, maka kita wajib berbuat baik. Perbuatan baik bukanlah syarat untuk mendapatkan keselamatan, melainkan buah dari keselamatan!
Kapal Lady Elgin bertabrakan dengan perahu pengangkut kayu sehingga karam. Sebanyak 393 penumpangnya terapung-apung di Danau Michigan yang sedingin es. Seorang mahasiswa, Edward Spencer, terjun ke dalam air berkali-kali dan berhasil menyelamatkan 17 penumpang sampai akhirnya ia kelelahan dan pingsan. Ketika sadar, ia sudah tidak bisa berdiri lagi. Selama sisa hidupnya, Edward terkurung di kursi roda. Bertahun-tahun kemudian, seseorang bertanya tentang apa yang paling diingatnya pada malam yang naas itu. Menurut laporan wartawan surat kabar dari Chicago, Edward menjawab, “Yang jelas tidak seorang pun dari 17 orang itu yang datang untuk mengucapkan terima kasih padaku.”
Ketika kita melakukan kebaikan, tidak ada jaminan orang akan mengucapkan terima kasih, memberikan penghargaan atau pengakuan. Mungkin malah sebaliknya, kebaikan atau pertolongan kita itu dianggap angin lalu, dan kita dilupakan begitu saja. Namun sebagai murid Kristus, hari ini kita diingatkan satu kebenaran Firman Tuhan yang berkata dalam
Galatia 6:9, “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah”.
Setiap kebaikan yang sudah ditabur mungkin tidak diingat bahkan dilupakan begitu saja tetapi suatu saat akan kita tuai, walau mungkin bukan hari ini, besok atau bulan depan. Namun suatu saat, kebaikan itu akan berbuah dan bisa dinikmati. Jika manusia melupakannya tetapi Tuhan akan selalu melihat kebaikan kita.
Hakikat berbuat baik bukan semata-mata pada perbuatan baik itu sendiri, tetapi kepada sikap hati di balik perbuatan baik yang dilakukan. Perbuatan baik yang dilakukan dengan sikap hati yang benar akan berdampak sangat positif dan menjadi sebuah kesaksian bagi orang lain.
Hari ini, apakah Anda mulai lelah berbuat baik kepada orang lain? Berapa lama kita harus menunjukkan perbuatan baik? Perintah untuk berbuat baik itu bersifat permanen, terus-menerus, bukan hanya sesekali atau musiman.
Janganlah jemu-jemu menunjuk kepada suatu tindakan yang harus dilakukan secara terus-menerus. Kepada siapa kita harus berbuat baik? Kepada semua orang dalam situasi dan kondisi apa pun, “…tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” (Galatia 6:10). Mengapa? Karena mereka adalah keluarga dalam kerajaan Allah, sesama anggota tubuh Kristus. Jangan tunda-tunda waktu dan menjadi kendor dalam berbuat baik, sebab pada waktunya kita akan menuai apa yang kita tabur.
Seperti seorang petani yang telah menabur benih, ia tidak dengan serta merta berhenti bekerja, tetapi ia terus mengupayakan agar benih yang ditabur tersebut terus bertumbuh dengan baik hingga waktu untuk menuai itu pun tiba.
Mari kembali tetapkan hati untuk kembali berbuat baik dan lakukanlah itu dengan sukacita dari Tuhan.
“Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.” Yakobus 4:17
Kiranya Tuhan menolong kita semuanya untuk dapat menjadi pelaku-pelaku Firman Tuhan… Amen
Tuhan Yesus Memberkati
TC
Renungan yang indah & memberi semangat 👍👍👍