“Nunchi”
Renungan Harian Youth, Selasa 09 Februari 2021
Bahan Bacaan : Filipi 2: 4
Syalooom… selamat pagi teman- teman remaja pemuda ELOHIM. Apa kabarnya hari ini? Semoga kita sehat dan selalu dalam lindungan Tuhan.
Nunchi adalah seni menyelami pikiran dan perasaan orang lain untuk membangun kepercayaan, harmoni dan koneksi yang berasal dari Korea. Hal ini telah di praktekkan selama lebih dari 500 tahun dan diyakini telah melambungkan Korea dari negara termiskin menjadi salah satu negara paling maju didunia. Secara bahasa, kata Nunchi memiliki arti mengukur dengan mata. Kunci mempraktekkan Nunchi adalah lebih banyak mendengar dan mengobservasi daripada berbicara. Para orang tua di Korea percaya bahwa mengajarkan Nunchi pada anak mereka sama pentingnya dengan mengajari anak mereka menyeberangi jalan dengan selamat. Nunchi adalah suatu bentuk kecerdasan emosional yang dapat dipelajari oleh siapapun. Ninchi menggunakan mata dan telinga untuk mendengar orang lain, bukan menonjolkan diri sendiri.
Sikap jemaat Filipi yang lebih mementingkan diri sendiri membuat Paulus melihat adanya ancaman internal yang dapat mengoyak kesatuan jemaat. Karena itu Rasul Paulus mengajak jemaat di Filipi untuk memiliki kesatuan hati, pikiran, kasih, jiwa dan tujuan; sebab disitulah letak kekuatan komunitas orang percaya.
Dalam Filipi 2: 4 mengatakan,”Dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”Jemaat Filipi harus memiliki kerendahan hati dan kemauan untuk memperhatikan kepentingan orang lain, serta menganggap yang lain lebih utama dari dirinya sendiri. Memiliki sikap yang sama seperti pikiran dan perasaan yang dihidupi Kristus Yesus. Yesus saja rela merendahkan dan mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba demi kita manusia yang berdosa.
Dua orang sedang mengevaluasi perjalanan bisnis mereka dan hasil yang mereka dapatkan adalah, yang satu menilai perjalanan tersebut berhasil karena mereka dapat menjalin hubungan dengan pihak- pihak baru yang cukup penting melalui relasi bisnis mereka. Namun, yang seorang lagi justru mengatakan, “Hubungan memang baik, tetapi yang paling penting adalah hasil penjualan.” Jelas sekali keduanya mempunyai tujuan bisnis yang jauh berbeda. Baik di dunia bisnis, dalam keluarga, atau bahkan di gereja, alangkah mudahnya kita memandang sesama kita dari segi manfaat apa yang bisa mereka berikan kepada kita. Kita lebih mudah menilai mereka dari apa yang bisa kita peroleh dari mereka daripada memikirkan bagaimana kita, sebagai pengikut Yesus bisa melayani mereka dan mengutamakan kepentingan mereka.
Nampaknya sepele, tetapi memperhatikan kepentingan orang lain dengan tulus bukanlah perkara yang mudah. Diperlukan kerendahan hati dan kesediaan untuk mengalah. Tidak jarang perhatian terhadap orang lain atau orang disekitar kita justru didasari kesombongan dan keinginan untuk menonjolkan diri; dan dilakukan untuk kepuasan dan menjawab rasa ingin tahu, ingin mencampuri urusan orang lain dan menghakimi. Teman-teman youth, relakah kita mengesampingkan kepentingan diri kita demi menyukakan hati Allah.
Bill Cowder pernah mengatakan: tidak patut kita memanfaatkan sesama kita demi keuntungan kita sendiri; karena Allah mengasihi mereka, dan kita juga dikasihi oleh-Nya, kitapun patut saling mengasihi; kasih-Nya adalah kasih terbesar yang pernah ada.
Yakobus 3:16,”sebab dimana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri disitu ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
Komitmenku hari ini
Dalam membangun hubungan dengan sesama harus dilandasi dengan prinsip kasih, maka disanalah kita akan mengesampingkan kepentingan diri untuk kebaikan besama dan menyukakan hati Allah
Tuhan memberkati
MW – MLE