Pembawa Damai

March 16, 2022 0 Comments

Markus 9:50 (TB) – “Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.”

Syalom Bapak Ibu Saudara sekalian dalam kasih Tuhan Yesus Kristus . . . .

            Beberapa waktu lalu di Kota Lviv, Ukrania terlihat seorang wartawan mewawancarai seorang guru TK yang menjadi tempat penampungan bagi anak-anak yang sudah terpisah dari orang tua mereka selama invasi Rusia beberap pekan ini. Wartawan tersebut bertanya,”Jika anda punya tongkat ajaib, apa yang akan anda minta”? Jawab Guru tersebut; “Saya akan meminta “Kedamaian”, sambil menangis Ibu guru itu menjawabnya. Hal ini bisa menjadi cerminan bahwa Kedamaian selalu diinginkan setiap manusia.

            Seperti ayat bacaan kita pada pagi hari ini. Kita sebagai orang-orang percaya di ibaratkan seperti garam.

Garam minimal mempunyai dua fungsi yaitu memberi dampak dengan rasa dan sebagai bahan pengawet .

Masakan akan terasa nikmat ketika diberi garam. Rasa hambar akan hilang dan berganti dengan citarasa yang lezat. Garam juga dapat mengawetkan makanan. Daging yang diberi garam yang cukup, akan bertahan lama. Garam menghindarkan daging dari bakteri pengurai yang dapat membuatnya cepat membusuk.

            Yesus memberikan pengajaran berharga bagi kita bahwa garam yang hambar tidak ada lagi gunanya, selain dibuang dan diinjak-injak orang.

Makna penting bagi kita adalah menyadarkan bahwa setiap kita memiliki identitas sebagai orang percaya, yaitu membawa kedamaian bagi sekitar kita.

Identitas dasar, bahwa setiap kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Setiap kita memancarkan kemuliaan Allah. Setiap kita diciptakan dengan potensi untuk membangun kehidupan. Menatap bumi dan menaklukkannya. Hal ini sudah seharusnya membawa kita pada pemahaman akan adanya kesederajatan setiap orang di hadapan Allah. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Sikap menghargai dan saling menghormati terus dikembangkan dalam kehidupan.

            Berikutnya, setiap kita dilahirkan dalam dosa. Kecenderungan berdosa selalu melekat dalam setiap pribadi. Potensi untuk melakukan kejahatan selalu ada, menunggu waktu yang tepat untuk berkreasi. Fakta ini membawa kita pada posisi untuk tidak saling menghakimi satu dengan yang lain.Kebenaran terus dikumandangkan dalam berbagai cara dan bentuk. Dalam hal ini setiap orang bebas untuk memilih. Selanjutnya, karya penyelamatan Allah dalam Yesus berfokus pada penyelamatan: berdamainya antara Allah dengan manusia.

Perdamaian ini berimbas pada perdamaian dalam segala hal: berdamai dengan Allah, berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan sesama dan berdamai dengan alam.

            Itulah sebabnya setiap orang percaya adalah garam dunia. Ia mempunyai identitas diri sebagai garam untuk memberi rasa bagi dunia dan mencegah ‘bakteri dosa’ datang untuk membusukkan kehidupan. Setiap orang percaya adalah garam, yang dibubuhkan dalam korban sajian, sebagai tanda telah hidup damai dengan Allah. Maka sudah seharusnya damai tersebut terwujudnyatakan dalam relasi kehidupan dengan sesama.

Jadilah pembawa damai yang mencerminkan kita sebagai para pengikut Yesus Kristus yang juga memberikan damai yang dirindukan banyak manusia disekitar kita.

Tuhan Yesus Memberkati . . . .

TC

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *