“Pesan Terakhir”
Renungan Harian Umum, Kamis 22 April 2021
Syalom Selamat Pagi Bapak Ibu Saudara Saudari yang dikasihi Tuhan ….
Pada suatu saat tiba-tiba kita lupa di mana menaruh barang, lupa nama orang yang baru dikenal, atau lupa hendak melakukan apa. Pernah mengalami hal-hal seperti tadi ? Dalam hal ini sepertinya anda tidak sendirian. Lupa, atau istilah medisnya dikenal dengan SMS (Short Term Memory Loss Syndrome) membuat penderitanya lupa akan tindakan yang baru saja dilakukan, maupun hal lain yang baru saja terjadi atau ia lakukan. Sekarang mari kita coba mengingat apa saja yang telah kita lakukan sepanjang hari ini atau sepanjang bulan, tahun bahkan sepanjang umur hidup kita. Apa saja yang sudah dan belum kita raih dan capai ? Pernahkah kita berhenti sejenak dari banyaknya rutinitas dan banyaknya rencana yang kita susun untuk meraih semua impian kita sehingga kita sampai lupa merenungkan untuk apa saya di dunia ini ??
Saudara-saudara kiranya kita tidak “terlalu” sibuk dengan urusan kita demi mencari apa yang sementara. Apa yang kita punya tidak akan kita bawa tetapi saat akhir hidup kita, jika Tuhan bertanya sudahkah engkau menjalankan perintahKU? Sebuah pertanyaan yang harus kita jawab, bukan?
Sebagai orang Kristen, kita memiliki tugas yang diberikan Tuhan Yesus saat kita ada didunia, yaitu terdapat dalam
Matius 28:18-20 Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.“
Inilah “Pesan Terakhir” Yesus bagi kita semua sebelum terangkat ke Sorga. Amanat Agung Kristus yang dikenal dengan sebutan The Greatest Commission adalah merupakan sebuah panggilan untuk memberitakan kaabr baik tentang sebuah jalan keselamatan. Ini bukan hanya merupakan panggilan yang mulia tetapi juga menunjukan jati diri yang sejati dari orang percaya.
Amanat agung, menjadi begitu “agung” bukan semata-mata karena Yesus yang mengucapkannya, atau hanya karena ini merupakan pesan perpisahan atau pesan terakhir Kristus.
Amanat agung, menjadi begitu “agung” karena berita tentang pengorbanan Yesus untuk menebus dosa dunia adalah berita yang “sangat penting” dan merupakan “inti dari segala pembicaraan.” Amanat seperti inilah yang diminta oleh Yesus untuk kita kerjakan dengan berkata, “Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” Kita adalah saksi-saksiNya yang percaya bahwa Yesus Kristus telah bangkit dan hidup.
Seorang misionaris dari Inggris bernama James Hudson Taylor adalah pendiri dari China Inland Mission. Ia menghabiskan waktu hidupnya selama 51 tahun untuk memberitakan injil kabar baik di China. Melalui pelayanannya China telah mengenal Kristus bahkan Ia bersama rekan-rekannya telah banyak mendirikan sekolah-sekolah Kristen dan tempat-tempat pelatihan bagi mereka yang ingin melayani.
Apa sesungguhnya yang telah membuat James Hudson Taylor mau melakukan ini semua? Sederhana, ia menyadari betul akan panggilan untuk melaksanakan Amanat Agung Kristus. Ia mengatakan bahwa sesungguhnya Amanat Agung ini bukanlah merupakan sebuah pilihan untuk dilakukan atau tidak melainkan sebuah perintah yang harus dilaksanakan.
Saudara sekalian, kita dapat memberitakan injil keselamatan tersebut. Dimanapun kita berada, baik dirumah, tempat kerja atau dilingkungan sekitar bahkan melalui apa yang kita kerjakan atau apapun pekerjaan kita, injil dapat diberitakan. Tidak hanya melalui kata-kata saja melainkan melalui tingkah laku, tutur kata, keputusan-keputusan yang kita buat, apakah semua itu mencerminkan karakter seorang pengikut Kristus. Tujuannya hanya satu saudara-saudara sekalian, yaitu membawa mereka untuk percaya pada Kristus, Sang jalan keselamatan. Seorang negarawan dan pengabar Injil pernah berkata “Injil tidak hanya mengubah manusia secara perorangan, tetapi juga masyarakat dan dunia.”.
Semoga pesan terakhir Yesus Kristus ini, bisa menjawab pertanyaan, “Untuk apa saya didunia ini?”. Kiranya kita kembali merenungkan, apa saja yang telah kita perbuat bagi Kristus sepanjang hidup ini. C.T. Studd, seorang negarawan dan sekaligus penginjil
“Jikalau Kristus adalah Allah dan mati bagiku, maka tidak ada hal yang terlalu besar yang dapat saya lakukan bagiNya.”
C.T. Studd
Hanya sekali kita hidup, dan itupun segera berlalu. Hanya apa yang kita lakukan bagi Kristus.
Tetap kekal tidak kan layu . . .
Tuhan Memberkati.
TC