“Pikiran yang Diperbaharui”
Renungan harian Rabu, 22 Juli 2020
Roma 12:2_ Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Ada sebuah perubahan/pembaharuan terhadap budi atau pengertian kita sehingga kita bisa mengerti kehendak Allah (sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Allah) – Apa yang baik, yang bekenan dan sempurna…
Bagaimanakah cara Pembaharuan Budi atau pembaharuan pikiran kita?
Rasul Yakobus memberikan salah satu bagian penting bagi kita sebagai anak-anak Tuhan agar kita hidup dalam pembaharuan pengertian kita.
Yakobus 1:2-8, Ayat 2-4 Pengalaman Penderitaan dipadang dengan sukacita sebagai ujian terhadap iman kita yang menghasilkan ketekunan … (pencobaan – ujian – ketekunan – kedewasaan)
Jelas tidak mudah menyerap apa yang Yakobus sampaikan, tetapi Yakobus melanjutkan di ayat yang ke – 5
… Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya kepada Allah …
Yakobus 1:5 memberitahu kita untuk meminta kepada Allah. Rasul Yakobus menggeser perhatian kita dari ujian itu ke arah Allah. Ini adalah poin yang sangat penting. Kita tidak bisa mengubah fakta bahwa ujian itu telah datang kepada kita, tetapi ada bagian yang bisa kita kerjakan – yaitu kembali kepada Allah
Ada sebuah kata kunci diayat tersebut adalah “HIKMAT”
Hikmat disini bukanlah hikmat manusiawi tetapi hikmat yang dari Allah – dengan tujuan (seperti yang Roma 12 katakan) – untuk mengerti kehendak Allah dengan benar.
Apakah acuan dari rasul Yakobus dalam memaknai kata ‘hikmat’ ini? Mari kita lihat Yak 3:13-18 untuk bisa memahami apa yang dimaksud oleh rasul Yakobus dengan ‘hikmat’. Di sini, rasul Yakobus membandingkan antara hikmat surgawi dengan hikmat duniawi.
Terlihat bahwa hikmat yang dia maksudkan itu bukanlah pengetahuan atau kepandaian seperti yang sering kita pahami. Hikmat yang dia bicarakan di sini adalah kualitas hidup.
Hikmat – Sophía- kebijaksanaan yang ilahi, pengertian yang tanpa batas dan mendalam, pengetahuan yang murni, kemampuan untuk mengatur/menyesuaikan suatu hubungan dengan Tuhan. (stands for divine wisdom, the ability to regulate one’s relationship with God)
Hikmat – kualitas jiwa yang tertinggi dan Illahi, yang dengannya manusia mengetahui dan mempraktekkan kebenaran.
(william barclay)
… hendaklah ia memintanya kepada Allah …
Let him ask (aiteitō). Bersifat Present active imperative of aiteō, “let him keep on asking.” – hendaklah ia terus meminta
Ada dua hal penting yang harus dilanjutkan
1. Kita harus ingat bagaiman Allah memberi –
Allah memberi dengan murah hati dan tidak menahan-nahan untuk memberikan kepada kita hikmat yang benar. Yakobus memberikan sebuah kepastian bahwa Allah pasti akan memberikan pengertian dan hikmat kepada mereka yang memintanya
2. Kita harus ingat bagaimana kita memintanya –
Mintalah dengan iman dan kepercayaan kepada Allah, tanpa kebimbangan. Dalam Ayat 8 … mendua hati … (double minded) – memiliki dua cara pikir, kebimbangan …tidak akan tenang hatinya (unstable in all he does.) – tidak stabil, mudah goyah dalam segala sesuatu yang dilakukan
Tuhan mau kita percaya sepenuhnya kepada Dia – dengan pikiran yang sepenuhnya terarah kepada Allah, meskipun ada banyak cara pikir dunia yang ditawarkan tetapi tetap berpegang kepada kebenaran atau Hikmat yang dari Allah.
Kehidupan ini penuh dengan Misteri – ada begitu banyak hal yang kita tidak bisa memahammi, kerena itu penting kita meminta hikmat yang dari Allah sendiri, agar kita mengerti apa yang menjadi tuntunan Allah dan kehendakNya atas apa yang terjadi dalam dunia ini –
melihat dengan cara Tuhan melihat, merasakan dengan cara Allah merasakan, menilai dengan cara Allah menilai.
YNP