“Reaksi disaat Krisis”
Renungan Harian, Rabu 17 Maret 2021
Bacaan: Kisah Rasul 27: 1-44
Badai kehidupan tidaklah pandang bulu, orang kristen juga akan menghadapi badai kehidupan. Renungan pagi ini kita belajar dari kisah perjalan Rasul Paulus ke Roma yang ditengah perjalanan mengalami krisis, yaitu Kapal yang ditumpanginya terkandas. Ada beberapa hal yang dapat kita renungkan bersama:
HAL-HAL KELIRU YANG SERING DILAKUKAN DALAM KRISIS
Pertama, Membiarkan diri diombang ambingkan. (ay15)
Para pelaut membiarkan kapal kami terombang ambing. Seringkali kita membiarkan diri terombang ambing oleh persoalan-persoalan itu. Persoalan-persoalan itu menghantam kita kesana sini.
Kedua, Membuang hal-hal penting dalam hidup kita (ay.18-19)
Sama halnya ketika krisis datang, maka kita pun mulai membuang berbagai hal dalam hidup kita. Para pelaut membuang muatan, lalu alat alat kapal, lalu gandum (28) dan akhirnya mereka membuang diri mereka sendiri (43-44).
Ketiga, putus asa. (ay. 20).
Dalam krisis yang berat, pada akhirnya kita sampai kepada titik putus asa dan kehilangan harapan. Para pelaut berada dalam kegelapan total selama empat belas hari, dalam sebuah kapal kecil di tengah laut Mediterania, dihempaskan kian kemari oleh badai sampai mereka membuang segala sesuatu dan menjadi putus harapan. Inilah yang dialami jika berada dalam keadaan sulit untuk jangka waktu lama.
REAKSI YANG SEHARUSNYA KITA MILIKI
Pertama, Tetap Tenang
Paulus tidaklah gentar, tidak kecil hati. Ia memiliki keberanian dalam krisis ini. Reaksi pelaut yang putus asa, kecil hati memang adalah respon alamiah kita dalam menghadapi sebuah krisis. Tetapi seharusnya tidak boleh demikian. Semua orang dapat menjadi orang Kristen kalau semuanya berjalan lancar, bila semua doa dikabulkan dan bila kita berada dalam keadaan sehat, bila pendapatan meningkat.
Mudah menjadi orang Kristen pada saat-saat seperti itu. Namun ketika ujian iman datang, kita biasanya tergoda untuk putus asa, terombang ambing dan membuang hal hal penting dalam kehidupan. Karakter itu bukan dibuat saat krisis. Karakter terbentuk dari hari ke hari, lewat perkara-perkara biasa dalam kehidupan. Karakter terungkap dalam sebuah krisis. Karakter tersingkap saat kapal dihantam badai dan ada situasi mengancam kita.Dalam keadaan krisis, karakter kita akan Nampak, apakah kita kacau, panik? Ataukan kita tetap tenang? Baca Mzm 125:1
Kedua, Percaya ada Hadirat Allah
Baca kis 27:23. Badai tidak akan pernah menyembunyikan diri kita dari Allah. Wajah Allah memang tidak kita lihat, namun Allah melihat diri kita. Mungkin kita mengira Dia sangat jauh, namun sesungguhnya Dia sedang mengamati diri kita dan beserta kita. Dalam badai yang dialami oleh paulus, Allah mengutus seorang malaikat datang kepada Paulus. Ingatlah janji Allah, Ibr 13:5 & Mat 28:20.
Ketiga, Menyadari bahwa Allah punya Tujuan
Kisah Rasul 27:24. Apakah maksud kalimat ini jika dihubungkan dengan badai yang sedang dialami. Seolah-olah Allah mengatakan seperti ini: Aku memiliki rencana dalam hidupmu, rencanaKu adalah supaya engkau pergi ke Roma. Engkau berada dalam kapal ini dalam rangka mencapai tujuanku agar engkau memberitakan Injil di istana kaisar. Krisis ini tidak akan menghalangi tujuanKu.
Jadi tidak ada suatupun yang bisa mengubah tujuan utama Allah dalam hidup kita. Tujuan Allah lebih besar dari situasi apapun yang kita alami. Allah memiliki rencnana yang melampaui persoalan-persoalan yang kita hadapi sekarang ini. Janganlah berfokus pada masalah, tetapi fokuslah kepada tujuan hidup kita.
Mari kita hadapi setiap badai kehidupan dengan reaksi yang benar, tetap tenang, percaya bahwa ada hadirat Allah dalam semua situasi, dan menyadari bahwa Allah punya tujuan dibalik semua krisis yang kita hadapi yaitu untuk kemuliaan Tuhan.
Tuhan Yesus Memberkati.
CM