“Roh yang sangat Membantu dalam Berdoa”
Renungan Harian Jumat, 21 Mei 2021
Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.(Rm. 8:26-27)
Saat ini di Indonesia mengenal 6 agama resmi, dan salah satu elemen yang menonjol dalam sebuah agama adalah doa. Dalam Kekristenan juga memandang doa sebagai sebuah aktivitas rohani yang penting. Bahkan kita sering mendengar kutipan yang berbunyi, “doa adalah nafas kehidupan orang percaya.” Hal ini didukung juga oleh Alkitab. Misalnya, rasul Paulus mengingatkan “bertekunlah dalam doa” (Kol. 4:2). Dari ayat ini, kita melihat bahwa doa merupakan perintah dari Tuhan sendiri dan kita diminta untuk melakukannya dengan ketekunan.
Namun, banyak orang yang gagal untuk bertekun dalam berdoa. Mengapa? Mungkin ini disebabkan oleh dua alasan:
Pertama, sebagian orang tidak berdoa karena merasa hidupnya baik-baik saja.
Kedua, sebagian orang lainnya berhenti berdoa karena merasa persoalan hidup mereka terlalu berat. Apalagi, telah lama jawaban doa yang dinanti tidak kunjung terjadi.
Untuk itu, mari kita renungkan Roma 8:26-27. Dari pembacaan kedua ayat ini, bagian yang menjadi kunci ada pada kalimat “Roh membantu kita dalam kelemahan kita.” Berlawanan dengan banyak ajaran yang menonjolkan kekuatan manusia, Allah justru mengajarkan bahwa kita itu sebenarnya lemah. Inilah yang seharusnya menjadi titik awal untuk berdoa. Tanpa kita menyadari bahwa diri kita lemah, maka kita tidak akan memiliki dorongan untuk berdoa.
Apa kelemahan kita?
Sebagai manusia kita memiliki kelemahan, kita rentan terhadap ketidaksempurnaan yang ada di dunia. Kita tidak bisa menghindari sakit penyakit, penuaan, dan kematian. Ditambah, permasalahan hidup yang berat bisa tiba-tiba terjadi dan menimpa hidup kita. Sementara, di dalam diri kita pun ada perjuangan melawan dosa, yang sering kali sangat berat untuk dilawan dengan kekuatan manusiawi kita.
Paulus coba menjelaskan hal ini dalam surat Roma pasal ke-8 ini. Walaupun kita telah dibebaskan dari ancaman hukum Taurat karena Kristus, tetapi kita masih harus merasakan perjuangan hidup di dunia. Inilah yang dirasakan oleh jemaat di Roma yang sedang mengalami penganiayaan karena iman mereka.
Kita bersyukur, janji Tuhan Yesus untuk memberikan Penolong telah digenapi (Yoh. 14:16) sehingga kita bisa hidup dalam Roh. Artinya, kita akan selalu disertai oleh Roh Kudus dalam setiap perjuangan hidup kita, termasuk dalam berdoa.
Bagaimana cara-Nya?
Dalam bahasa aslinya, kata “membantu” tadi juga memiliki makna “turut memikul beban.” Roh Kudus akan menopang kita ketika kita tidak mampu untuk berkata “Jadilah kehendak-Mu!” (Mat. 26:42) di tengah kesulitan hidup kita.
Dia akan membantu kita untuk mengutarakan kerinduan hati kita yang terdalam kepada Allah, yang juga mengetahui seluruh isi hati kita (ay. 27). Lihat, ada kerja sama di antara Allah Tritunggal ketika kita berdoa, sehingga kita yakin bahwa jawaban doa yang kita terima pasti yang terbaik.
Sebagai orang percaya, inilah kekuatan doa yang kita miliki. Ketika berdoa, kita masuk ke dalam wilayah spiritual melalui pekerjaan Roh Kudus. Kita akan memperoleh kekuatan dan cara pandang yang benar, walaupun kesulitan hidup masih ada.
Jadi, jangan sampai lagi kita berdoa dengan kekuatan sendiri. Tanpa melibatkan Roh Kudus, maka doa kita akan berpusat pada diri sendiri dan suatu saat, kita pasti akan kehilangan gairah untuk berdoa.
Setelah memahami ini, tidak heran kalau kita melihat bahwa semua tokoh pelayanan pastilah juga seorang pendoa. Termasuk, Anak Allah sendiri. Teladanilah mereka semua, supaya kita tetap teguh berdiri dalam menjalankan kehendak Tuhan di tengah segala kesulitan hidup yang ada.
Amin.
DS