Seperti Rayap

July 1, 2022 0 Comments

Nats: Filipi 4:8 , “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”

Shalom… Selamat pagi bapak, ibu dan saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, semoga bapak, ibu dan saudara semua senantiasa ada dalam keadaan baik-baik saja dan selalu ada dalam lindungan dan pemeliharaan Tuhan.

            Diciptakan oleh Tuhan sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain, sehingga membangun relasi dan hubungan dengan orang lain menjadi natur yang dikerjakan oleh setiap manusia.  Namun dalam membangun suatu hubungan, baik dalam keluarga maupun dalam kelompok sosial ada banyak permasalahaan yang muncul disebabkan karena adanya “ASUMSI”.  Asumsi adalah dugaan yang diterima  sebagai dasar; landasan berpikir karena dianggap benar.  Asumsi dikembangkan dari sikap curiga, ketidakpercayaan, penilaian yang keliru terhadap sesuatu sehingga muncul pikiran-pikiran negatif.

Berkaitan dengan asumsi, di dalam alkitab ada beberapa contoh yang melaluinya kita semua dapat belajar. 

○ Yang pertama,  Peristiwa Yesus berjalan diatas air.

Peristiwa ini ditulis oleh Matius [Matius 14:22-33], Markus [Markus 6:45-52] dan Yohanes [Yohanes 6:16-21].  Diceritakan dalam alkitab bahwa Murid-murid Yesus mengira Yesus adalah hantu, ketika Yesus berjalan di atas air.

Dalam catatan Markus 6:49-50 tertulis demikian “Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia, dan merekapun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka : Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” Murid-murid “mengira” bahwa Yesus yang berjalan diatas air tersebut adalah hantu.

Mengira adalah suatu asumi, murid-murid menyangka YESUS adalah hantu, sehingga menyebabkan murid-murid menjadi takut.  Karena pikiran negatifnya, murid-murid dihampiri rasa takut.  Asumsi bisa menyebabkan rasa takut dimana pada akhirnya mempengaruhi motivasi dan bagaimana kita membangun hubungan dengan orang lain.

○ Yang Kedua, Peristiwa Saul dan Daud.

Dalam Kitab Perjanjian Lama, diceritakan tentang Saul yang berasumsi bahwa jabatan raja akan jatuh kepada Daud.  Dalam catatan 1 Samuel 18:8 tertulis demikian; “Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya : Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya.” Asumsi terjadi karena pikiran yang negatif dan hati yang sensitif, sehingga akhirnya membuahkan respon negatif atau mengakibatkan hal yang negatif terjadi.  Asumsi Saul mengakibatkan iri hati yang membuat Saul bereaksi negatif kepada Daud yaitu berusaha membunuh Daud dengan berbagai cara.

Ayub 3:25-26 menuliskan “Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpaku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku.

Aku tidak mendapat ketenangan dan ketentraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul.”  Asumsi akibat pikiran negatif membuat kita tidak tenang, dan justru berbuahkan salah langkah.

Bapak, ibu dan saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus.

            Alkitab memberikan nasehat salam 1 Petrus 4:7; “…kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya engkau dapat berdoa.”  Kita harus belajar untuk menguasai diri agar tidak dikuasai oleh asumsi kita tentang orang lain demikian juga yang sebaliknya.  Tetap miliki pikiran yang selaras dengan Kristus (Filipi 2:5), dan berusaha untuk terus berpikir positif (Filipi 4:8), dan tentu saja, jangan mengambil keputusan bedasarkan asumsi, baik terhadap Tuhan, diri sendiri, orang lain, dan situasi.

            Kita tahu bahwa banyak hubungan yang rusak karena dimulai dari suatu asumsi. Ingatlah bahwa Asumsi tanpa dasar kebenaran adalah suatu yang jahat, sebab akan merusak diri kita sendiri dan juga orang lain. 

Asumsi itu seperti rayap dalam sebuah hubungan, sebab berbicara dengan bahasa kecurigaan dan bukan kepercayaan.  

Ini adalah pola pikir yang dikembangkan oleh si jahat yang membuat kita hilang kepercayaan terhadap sesuatu, atau seseorang.  Waspadalah terhadap asumsi anda padankan dengan kebenaran yang ada

Amin

Tuhan Memberkati

DS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *