SHARPENS ONE ANOTHER

Renungan Harian Youth, Senin 06 Mei 2024
Amsal 27:17 Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.
Setiap manusia (orang Kristen) secara individual, sangat perlu ditejamkan.. sabtu lalu kita telah belajar bahwa kita harus membangun iman kita secara otentik, dan bukan ikut-ikutan… okelah pada prosesnya, kita masih terikat aturan; orang tua/asrama yang mengharuskan kita beribadah, tetapi pada akhirnya di real life kita, kita akan diuji dengan orang-orang di sekitar kita; saya termasuk orang yang pemalu; penakut; minder dan sepertinya penurut, tetapi kadang hati saya berontak…. Dan pada prosesnya tiap hari saya belajar untuk mau bertumbuh
Di hari-hari terakhir ada begitu banyak orang kristen tidak beribadah, meninggalkan Tuhan, menyalahkan Tuhan, berdebat dengan Tuhan dan mengingkari janjinya pada Tuhan karena kecewa, sakit hati, iri hati, dengki, cemburu, salah paham dan perselisihan terhadap sesama manusia. Padahal Tuhan tak pernah menyakitinya, Tuhan tak pernah meninggalkannya, Tuhan tak pernah mengecewakannya, Tuhan tetap menunggu dan sayang padanya. Jadi, Tuhan selalu disalahkan dan dijadikan tumbal oleh manusia karena ulah manusia.
Rekan-rekan youth, Zaman Besi di Palestina adalah sekitar 1200 hingga 330 sM. Besi yang ditajamkan dijadikan sebagai senjata alat berperang seperti pedang, tombak (1 Samuel 13:19), gagang tombak. Besi yang ditajamkan dijadikan paku2 bagi pintu, dijadikan ranjang (Ulangan 3:11), kreta besi, rantai, tiang, gada dan tongkat besi (Why.2:27). Besi pun digunakan untuk membangun rumah Allah. Artinya pembuat besi menjadikan besi yang ditajamkan dengan besi yang lain sesuai dengan rancangannya, untuk sebagai alat yang berguna dan bermanfaat bagi siapapun.
KEHIDUPAN MANUSIA SELALU DIIRINGI SUATU PROSES PEMBELAJARAN…
Besi digunakan untuk menajamkan alat-alat dengan cara besi menajamkan besi/besi harus saling bergesekan.
Ketika besi menajamkan besi pasti akan menimbulkan sebuah gesekan yang melukai dan menimbulkan api. Api berbicara tentang emosi, kemarahan, sakit hati, kepahitan, kejengkelan, kebencian dan berbagai luka yang menyakitkan.
Allah menggunakan manusia di sekitar kita untuk proses tersebut. Besi menajamkan besi, manusia ditajamkan oleh sesamanya. “Ditajamkan” di sini maksudnya adalah dibuat makin dewasa, sempurna, matang, dan berkenan kepada Allah. Amsal 27:17, orang menajamkan sesamanya. Kata sesama dalam ayat ini memakai kata ‘rea’ yang berarti orang terdekat. Siapa orang terdekat, mereka bisa keluarga, gereja kita dan komunitas kita. Mereka bisa membentuk kita dan menguatkan kita dan mereka juga bisa bergesekan dengan kita. Tetapi justru lewat itu kita dipertajamkan oleh Tuhan.
Seringkali kita berpikiran bahwa dengan membaca Alkitab atau mendengarkan khotbah saja secara otomatis dapat membuat kita dewasa rohani, lalu kita mengeksklusifkan diri dan tidak mau bergaul dengan orang lain untuk menghindari gesekan dengan sesama. Itu salah! Karakter kita justru terbentuk ketika kita membangun hubungan dengan orang lain, saat itulah kita mengalami penajaman. Nah yang menjadi masalah adalah tiap-tiap orang mempunyai penafsiran tersendiri akan Firman. Manakah penafsiran yang benar? Kalau semua orang Kristen berpegang pada penafsiran nya masing-masing lalu diam-diam saja dan tidak ada komunikasi diantara mereka maka memang akan damai tentram. Tapi mereka yang punya penafsiran salah akan Firman akan bertindak sesuai dengan penafsirannya yang salah tersebut. Hal ini pada akhirnya akan merugikan baik dirinya sendiri maupun orang lain. Sekte sesat biasanya terbentuk karena ada sekelompok orang yang punya penafsiran salah lalu mengisolasi diri dan akhirnya binasa.
Proses penajaman bisa terjadi di mana pun, kapan pun dan melalui siapa pun!
Melalui peristiwa atau hubungan dengan orang-orang di sekitar sesungguhnya Tuhan sedang menggarap kita karena Dia adalah Sang Penjunan, yang tahu persis cara membentuk hidup seseorang. “Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.” (Yeremia 18:4).
Tuhan mau kehidupan kita dipertajam supaya kita semakin matang, semakin sempurna, semakin berkenan dan semakin serupa dengan Kristus.
Karena itu kita patut bersyukur untuk setiap masalah atau peristiwa yang terjadi dalam hidup ini, termasuk kehadiran orang-orang di sekitar kita. Jangan pernah menyalahkan keadaan atau mengkambinghitamkan orang lain ketika harus melewati proses ini. Yusuf tidak pernah menyalahkan saudara-saudaranya meski mereka telah menyakiti dan membuat hidupnya menderita, bahkan bisa berkata, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” (Kejadian 50:20). Dan di dalam tujuan Tuhan dalam pembentukan dan menajamkan kehidupan , kita bisa melihat hasil positif di sana, yaitu
- Karakter manusia terbentuk dalam relasinya dengan manusia lain.
Raja Salomo tahu bahwa hidup dalam komunitas dapat terasa sulit, dan itulah tema yang dibahasnya dalam kitab Amsal. Di pasal 27, kita melihat hikmat Salomo diterapkan dalam hubungan antar manusia. Ia menyebut bahwa perkataan yang tajam dari seorang teman itu bagaikan besi yang saling menajamkan: “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya” (ay.17). Manusia melakukannya dengan melembutkan sifat-sifat yang keras dari perilaku mereka satu sama lain. Proses tersebut mungkin menyebabkan luka, seperti luka hati yang saya rasakan karena perkataan teman saya (lihat Ams. 27:6). Namun, pada akhirnya Tuhan dapat memakai kata-kata tersebut untuk menolong dan mendorong kita agar mau mengubah kebiasaan dan perilaku kita.
- Proses tersebut mungkin menyebabkan luka di hati kita. Tetapi semuanya itu untuk membangun kehidupan kita menjadi lebih baik.
Besi menajamkan besi adalah sebuah pepatah yang hendak mengatakan bahwa manusialah yang menjadi alat untuk membuat manusia lainnya semakin indah, mulia, dan memiliki karakter seperti Kristus. Jika kita menerima perlakuan kurang baik dari orang-orang di sekitar kita, terimalah itu sebagai alat untuk mempertajam iman, kepribadian, atau karakter kita, sehingga semakin indah di mata Tuhan dan sesama. Karena itu, jika di sekitar kita ada orang-orang yang menyakitkan, menjengkelkan, atau bahkan merugikan kita, bersyukurlah, karena itu adalah anugerah Tuhan bagi kita juga.
TUHAN MAU SIFAT-SIFAT KERAS DALAM HIDUP KITA DILEMBUTKAN MELALUI SESAMA KITA.
Rekan-rekan youth, bayangkan pada zaman dahulu Orang Kristen di abad mula-mula mengalami aniaya yang sangat luar biasa, sebab mereka harus hidup di tengah-tengah masyarakat sebagai utusan Tuhan. Ternyata, penderitaan yang mereka alami karena aniaya tersebut justru menguduskan mereka, yaitu membuat mereka berhenti berbuat dosa (1Ptr. 4:1). Selain itu, aniaya membuat mereka tidak memandang kepada dunia. Mereka dilatih untuk meninggalkan dunia dengan segala kesenangannya, sehingga hati mereka hanya tertambat pada Tuhan dan Kerajaan-Nya.
Apapun gesekan yang ada semua tergantung dengan respon kita. Jika kita lari dari gesekan yang ada maka hidup kita tidak akan pernah tajam dan bersinar sehingga tidak ada refleksi Kristus dalam hidup kita. Apapun gesekan yang ada di keluarga kita, di gereja kita, di tempat kerja kita, di tempat kita belajar dan kuliah, jangan lari dari itu semua. “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.” Amsal 27:5-6
Inilah sebabnya kenapa semua orang percaya disebut Tubuh Kristus. Karena semua anggota bergantung pada anggota lainnya. Tanpa adanya komunikasi yang jujur antara sesama anggota Tubuh Kristus maka anggota tubuh yang sakit akan terisolasi dan mati. Komunikasi yang jujur antara sesama anggota Tubuh Kristus menjamin kesehatan dari semua anggota tubuh.
Semakin sesuatu itu berproses, maka semakin berkualitaslah sesuatu itu
Tetap semangat, Tuhan Yesus Memberkati
EYC 04052024-YDK