Sukses yang Sebenarnya
Yohanes 4:34, “Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya”.
Shalom… selamat pagi bapak, ibu dan saudara yg terkasih.
Saat ini kita hidup dalam budaya yang mengagungkan kesuksesan. Kesuksesan itu sendiri diartikan hidup yang berkelimpahan materi, menjadi orang yang terkenal, dan mempunyai kedudukan (kekuasaan) yang tinggi. Apakah memiliki materi, menjadi terkenal dan memiliki kedudukan yang tinggi adalah sesuatu yang salah??? TIDAK. Yosua 1:8 mengatakan bahwa “… perjalanann akan berhasil dan engkau akan beruntung.” Dan teks sama dengan definisi kesuksesan menurut kamus besar bahasa Indonesia. [KBBI -> Sukses = berhasil dan beruntung. Kesuksesan = Keberhasilan dan keberuntungan]
Namun ketika kita menempatkan materi, ketenaran dan kekuasaan lebih utama dari Tuhan, pada waktu itulah sebenarnya semua pencapaian kita menjadi tidak berarti.
Kalau kita cermati, Tuhan tidak berurusan dengan kesuksesan seperti yang kita pahami. Walaupun tentu saja Tuhan juga tidak anti kesuksesan. Tetapi yang pasti Tuhan sedang berurusan dengan kesempurnaan karakter kita. Bahkan Tuhan memakai kegagalan kita untuk menyempurnakan, atau memurnikan hati (karakter) kita dan untuk memberdayakan potensi yang ada didalam diri kita. Itu sebabnya bila mungkin saat ini ada diantara baoak, ibu dan saudara yang terkasih sedang mengalami kegagalan, jangan berputus asa karena Tuhan sedang” bekerja ” memurnikan dan menyempurnakan karakter kita. Keputusasaan akibat kegagalan muncul karena kita mengacaukan arti “gagal” dan “orang yang gagal.” Walaupun kita sering mengalami kegagalan, bukan berarti kita orang gagal.
Kita baru dikatakan gagal kalau kita berhenti berusaha. Ada ungkapan yang mengatakan, “Mungkin bukan kesalahan Anda kalau Anda jatuh, tapi yang pasti kesalahan Anda jika Anda tidak bangun kembali.”
Bapak, ibu dan saudara yang terkasih, belajarlah dari kehidupan Tuhan Yesus. Kalau kehidupan Tuhan Yesus diukur dengan arti kesuksesan yang umum kita pahami, maka kehidupan Tuhan Yesus adalah kehidupan yang gagal. Kisah kehidupannya tidak akan masuk di dalam daftar orang orang sukses. Murid-murid-Nya meninggalkan-Nya, lalu la mati di usia sangat muda, bahkan mati sebagai seorang terkutuk – sebagai penjahat besar di kayu salib.
Tetapi di dalam pandangan Allah Bapa apa yang la alami adalah kemenangan besar karena memenuhi rencana Bapa-Nya yang sempurna bagi keselamatan umat manusia. Jadi sebenarnya sukses dan kegagalan sebenarnya hanyalah soal “perspektif”.
Pada saat krisis moneter belasan tahun yang lalu, terjadi keterpurukan atau kegagalan di dalam dunia usaha. Banyak pengusaha sampai saat ini tidak bisa bangkit lagi. Tetapi keterpurukan akibat krisis moneter juga membangkitkan banyak karyawan yang di PHK telah “bermetamorposa” menjadi pengusaha. Mereka saat ini bisa berkata; “betapa malunya ketika saya termasuk karyawan yang di PHK saat itu. Tapi peristiwa yang memalukan itu telah membangkitkan raksasa yang tertidur di dalam diri saya, yaitu potensi saya sebagai pengusaha. Sekarang saya mengucap syukur karena adanya krisis moneter dan mengucap syukur karena saya di-PHK. Jadi kita mengerti bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, tetapi “cikal bakal” sebuah kesuksesan”.
Kembali kepada teks pokok kita hari ini, seperti apa yang di ucapkan oleh Tuhan Yesus, junjungan kita bahwa “makanan-Ku ialah melakukan kehendak DIA yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya”, marilah kita menjadikan pernyataan ini menjadi ukuran kesuksesan kita.
Sukses menurut ukuran Tuhan Yesus adalah menggenapi rencana Tuhan yang ada di dalam kita dan menyelesaikan pekerjaan-NYA yang dipercayakan kepada kita.
Tuhan Yesus memberkati.
DS