“Tahan Uji”
Renungan Harian, Kamis 18 Maret 2021
Syalom selamat pagi bapak ibu saudara … yang dikasihi Tuhan !
Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah acara olahraga. Mungkin kita pernah mendengar istilah triathlon.Triathlon adalah olahraga uji ketahanan fisik melalui 3 cabang olahraga, yaitu renang, lari dan sepeda. Biasanya terdiri dari 750m berenang, 20 km sepeda dan 5 km lari, benar-benar olahraga yang menguji ketahanan manusia.
Dalam alkitab kita terdapat frasa mengenai tahan uji, yaitu dalam
Roma 5:1-5, Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
Nasihat ini diberikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma karena pada waktu itu jemaat Roma selain mendapat tekanan dari pemerintah Romawi yang melarang agama Kristen pada waktu itu. Jemaat hidup dalam kesengsaraan dan dianiyaya. Maka Rasul Paulus mengatakan hal ini.
“Tahan uji dapat diartikan ketahanan terhadap ujian sehingga sudah terbukti kualitasnya”
Mari kita simak dua kata ini.
Pertama, KETAHANAN
untuk kita bisa menahan sesuatu pasti dibutuhkan namanya sebuah kekuatan. Seperti peserta olahraga triathlon tadi untuk bisa mengikuti lomba sampai akhir bahkan menjadi juara diperlukan kekuatan, darimana kekuatan tersebut didapat? Kekuatan tersebut didapat dari latihan demi latihan yang ditekuninya setiap hari. Ada kalanya latihan akan membuat kita menjadi jenuh mungkin tapi jika dengan tekun dilakukan akan menghasilkan kekuatan yang mampu menahan setiap tekanan.
Jika kita perhatikan kembali pada ayat 4, Rasul Paulus menyebutkan kata ketekunan sebelum melanjutkan dengan kata tahan uji. Rasul Paulus menggambarkan kata tahan uji, seperti logam yang dibakar – didinginkan – ditempa berulang-ulang kali sehingga menjadi coin uang yang berharga. Selain itu dalam Alkitab terjemahan NIV, kata tahan uji diartikan “Karakter”.
Seperti ada ungkapan”jika kita ingin menguji karakter seseorang berikan dia sebuah kekuasaan”. Sehingga untuk menjadi jemaat yang memiliki kehidupan yang tahan uji, yang memiliki karakter yang sudah terbukti kualitasnya maka dibutuhkan sebuah ketekunan dalam mengahadapi setiap tantangan.
Kedua, UJIAN
Ujian kehidupan tidak seperti ujian di sekolah yang sudah ditentukan jadwalnya. Saya pernah mendengar seorang yang berkata”Kenapa ya justru saat kita serius dengan Tuhan malah ujian datang silih berganti? Kita menghadapi ujian-ujian yang berbeda, ada yang sedang diuji dengan pemasalahan kesehatan, perekonomian, hubungan-hubungan dengan sesama, ujian kepercayaan, ujian kedudukan, integritas, kejujuran dan masih banyak lagi…
Alkitab mencatat begitu banyak contoh tokoh-tokoh yang menghadapi ujiannya masing-masing, Ayub misalnya setelah menghadapi ujian yang luarbiasa terhadap dirinya, keluarga dan apa yang dimilikinya. Pada pasal 42, ketika Ayub menyesal dan mencabut perkataannya terhadap Allah dan menyadari ujian ini maka Allah mengembalikan segalanya. Yesus pun pernah mengalami ujian dari pencoban yang dilakukan Iblis kepadaNya (dalam Lukas 4) tetapi Yesus menang dalam ujian tersebut.
Saat kita menghadapi ujian adakalanya kita gagal, satu yang harus kita ingat adalah jangan tinggal dalam keterpurukan itu karena jika hal itu terjadi maka hilanglah iman pengharapan kita. Hal ini yang disukai iblis, kita gagal dan tidak punya kekuatan untuk bangkit.
Sebagai contoh: Kisah Raja Daud yang telah gagal dalam ujian hawa nafsu terhadap Betsyeba dan melakukan yang keji kepada Uria saat Ia sadar telah gagal maka Ia bertobat kepada Allah. Rasul Petruspun tidak luput dari kegagalan saat ia tidak berani mempertahankan integritasnya, tetapi kemudian ia bertobat dan menjadi rasul yang berdiri teguh seperti batu karang sesuai namanya sampai akhir hidup mempertahankan integriasnya.
Kembali, jika kita menyimak ayat 4, kalau tadi rasul Paulus mengawali tahan uji dengan kata ketekunan lalu Rasul Paulus melanjutkan hasil dari tahan uji adalah pengharapan yang telah disinggungnya pada ayat 2,
jika kita tahan uji maka pengharapan akan kemuliaan Allah yang akan kita terima.
Maka dari itu bapak ibu sekalian mari kiranya kita menjadi sabar dan bertekun dalam menghadapi setiap ujian kehidupan yang boleh ada dalam keseharian kita apalagi dalam masa-masa sulit seperti sekarang ini. Ada kalanya ujian itu dapat bertubi-tubi, artinya kita sedang ditempa berulang-ulang demi menghasilkan karakter yang tahan uji, karakter yang berkualitas.
Kemudian jika kita nantinya menjadi jemaat yang tahan uji, yang memiliki karakter yang sudah terbukti kualitasnya maka sudah pasti pengharapan iman kita tidak akan tergoyahkan dan akhirnya kemulian Allah akan menunggu kita disana.
Yakobus 1:12 Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.
Sehingga kita bisa bisa mengamenkan seperti yang tertulis dalam
2Timotius 4:7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis alhir dan aku telah memelihara iman)
Orang yang berpengharapan adalah orang yang telah “tahan uji”
TC
Amin, terimakasih