TEMAN YANG BAIK
TEMAN YANG BAIK
Renungan Harian Youth, 12 Januari 2022
Amsal 17:17, Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.
Syalom rekan-rekan youth, salam sehat dan semangat selalu bagi kita semua.
Rekan-rekan youth semuanya pasti memiliki komunitas, dan di dalam komunitas tersebut pasti ada juga orang-orang yang menjadi teman baik bagi kita. Sebenarnya ini adalah hal normal bagi manusia, karena kita dikenal sebagai makhluk social. Kita tidak bisa mengandalkan kekuatan sendiri, dan kita pun tidak akan tahan hidup tanpa berhubungan dengan sesama. Ironisnya, hubungan antar sesame inilah yang seringkali membuat manusia tidak tahan hidup. Tidak hanya itu, hubungan antar manusia yang tidak sehat seringkali menjadi sumber bencana bagi orang-orang terdekat dan masyarakat sekitarnya. Pernah ngalamin gak?
Bagaimana supaya kita menjadi teman yang baik?
Ada pepatah tua pernah berkata, “untuk mendapatkan teman yang baik, anda pertama-tama harus menjadi teman yang baik.” Kalimat ini memang benar, tetapi ternyata pada fakta di lapangan sering kita temukan bahwa, kita mempunyai kecenderungan untuk bersikap egois dan mengharapkan teman-teman kita untuk mendukung kita tanpa kita mendukung mereka sebagai balasan.
Roma 12:10, Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.
Di dalam terjemahan lain, Kitab Roma mengajarkan kita untuk “mengabdikan diri untuk saling mengasihi sebagai saudara” dan saling mendahului dalam memberi hormat. Kata “mengabdikan diri” adalah frase yang penuh kuasa. Karena ini berkaitan dengan keputusan kita untuk mencari pertemanan yang baik dan mengarahkan pertemanan kita sebagai sarana untuk saling memahami dan menghormati. Pertemanan ini sebenarnya adalah pertemanan saudara seiman, karena memang dibangun oleh orang-orang yang sudah dibenarkan di dalam iman sehingga disebut sebagai saudara-saudara seiman. Bagi Rasul Paulus, istilah “saudara seiman” bukan hanya merupakan kiasan saja, tetapi sesungguhnya kenyataan rohani tersebut harus dicerminkan dalam suasana kehidupan jemaat, yang sudah menjadi sama seperti keluarga yang akrab.
Sangat penting bagi kita menemukan pertemanan yang sehat. Karena tak jarang, bahkan seringkali kita terjebak dalam situasi pertemanan yang menjerumuskan kita pada hal-hal yang merusak. Dari sini kita bisa menemukan bahwa indikator dari pertemanan yang sehat adalah bagaimana Kasih Allah itu dijunjung tinggi diatas pertemanan kita.
Semua penghargaan dan kasih sayang Allah dapat kita temukan dari pertemanan yang sehat.
Yohanes 15:12-13, Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
Yesus memerintahkan kita untuk saling mengasihi. Tetapi kita tidak hanya saling mengasihi – mengasihi sebagaimana Ia telah mengasihi kita. Ia begitu mengasihi kita sehingga ia memberikan nyawa-Nya untuk kita, mengambil semua penderitaan, rasa malu, dan dosa dunia ke atas diri-Nya sendiri.
“Tidak ada di dunia ini yang lebih dihargai daripada persahabatan sejati.”
-Thomas Aquinas-
Barangkali kita sering menemukan hubungan pertemanan yang merusak. Maksud kata “merusak” disini adalah pertemanan yang hanya memanfaatkan teman sendiri untuk melakukan hal-hal yang jahat. Bahkan di sana ada ancaman yang bisa mempermalukan teman sendiri dan juga keluarga. Pertemanan seperti ini hanyalah memberikan keuntungan kepada yang mengendalikan pertemanan (bisa juga dibilang kepala geng sih) dan yang pasti adalah kita tidak menemukan kasih.
Yesus adalah sahabat yang tidak mencari keuntungan dari kita, Dia yang akan dengan rela berkorban untuk kita.
Menjalani pertemanan dan persahabatan yang menjunjung tinggi kasih Tuhan, ini merupakan tantangan yang berat. Tapi ini adalah perintah dari Yesus Kristus yang mau kita menjadi manusia yang berkualitas. Dia memanggil kita untuk menerapkan hal yang sama yang telah Dia kerjakan. Yesus memanggil kita untuk saling menjadi teman yang baik. Dan itu adalah tantangan yang tidak boleh kita anggap remeh.
Panggilan ini berat karena ada pengabdian, pengorbanan, dan kesetiaan untuk menjalaninya. Atas dasar kasih Allah, bersahabatlah dengan teman-teman yang mendorong kita untuk hidup dalam kasih.
Aku mau jadi teman yang baik, bagaimana dengan kalian?
Komitmen kita:
Aku mau mengambil waktu setiap hari untuk merenungkan tentang bagaimana menjadi teman yang baik, yang mengabdikan diri pada pertemanan itu dan rela berkorban, sebagai mana teladan yang telah ditunjukkan oleh Tuhan Yesus
Amin
Tuhan Yesus Memberkati
RM-YDK