Tetap Berkarya

December 9, 2021 0 Comments

Renungan Harian, Kamis 09 Desember 2021.

Bacaan: Hakim-hakim 11:1-11

Saat Allah memanggil kita untuk melakukan suatu karya bagi-Nya seringkali ada perasaaan-perasaan tertentu yang hadir dalam hati dan pikiran kita yang kemungkinan besar menjadikan kita ragu dalam mengambil keputusan untuk menerima panggilan itu. Hari ini mari kita belajar dari kehidupan Yefta, seorang Pahlawan gagah perkasa yang memiliki banyak hambatan dalam berkarya.

Ada Hambatan

Yefta disebut seorang anak perempuan sundal, Yefta juga mengalamipengalaman dikecewakan, ditolak, diejek bahkan diusir dari kluarganya (ay.2) membuat Yefta ragu terhadap panggilan itu (Hakim-hakim 11:7). 
Ada satu fakta menarik yang terdapat dalam ayat 3. Maka larilah Yefta dari saudara-saudaranya itu dan diam di tanah Tob; di sana berkumpullah kepadanya orang-orang yang tidak berguna, orang-orang tidak berharga, orang-orang hina, bahkan orang-orang yang gagal yang pergi merampok bersama-sama dengan dia. Sepertinya ini hendak mengatakan kepada kita bahwa betapa dekatnya diri kita ini dengan”Jalan yang Tidak Seturut dengan Kehendak Allah” ketika pengalaman tidak mengenakkan itu hadir dalam sejarah hidup kita. Akhirnya: Kita melarikan diri ke arah yang salah; salah jalan dan jadinya nyasar! (Hakim-hakim 11:3). Mungkin itulah sebabnya mengapa salah satu definisi harafiah dari kata: dosa, dalam Perjanjian Lama adalah (Ibrani:) hatta. Artinya ‘tidak tepat sasaran, meleset’. 
Yefta, seorang pahlawan yang gagah perkasa (ayat 1) yang seharusnya bisa berkarya luar biasa oleh Allah, akan tetapi dalam ayat 3 ini dia meleset ke tanah Tob. 


Hambatan menjadi Kesempatan

Untungnya kisah Yefta tidak berhenti sampai ayat 3. Dalam ayat selanjutnya dikatakan bahwa para tua-tua Gilead datang menjemput Yefta untuk menjadi pemimpin mereka. 
Ada sebuah pertanyaan penting: Mengapa harus Yefta, seseorang yang dahulu pernah mereka perlakukan secara tidak menyenangkan? 
Tentulah Israel kalah jauh jika mau dibandingkan dengan keadaan bangsa-bangsa lain: strategi perang, teknologi perang, bala tentara yang terlatih, dll. Mungkin ada kaitannya, kenapa para tua-tua Gilead saat ini datang ke Yefta – seorang pemimpin perampok, yang telah memiliki pengalaman dalam hal berperang. 

Ini artinya: bahkan seandainya pun kita memiliki pengalaman “melesat dari sasaran,” Allah sanggup untuk mengubah pengalaman “salah jalan” itu untuk kebaikan kita dan juga kabaikan orang-orang yang berada di sekitar kita, terlebih untuk berkarya bagi Tuhan.

Keputusan untuk Berkarya

Sekarang bagaimana keputusan kita? Allah yang Memanggil, Allah pula yang Memperlengkapi dan Menguatkan. Inilah yang terpenting: Memutuskan untuk mulai berada di arah yang benar dan mulai berkarya bagi Tuhan (ayat 11). Masalahnya adalah dalam hal mengambil keputusan untuk mau dipakai oleh Allah menyatakan karya-Nya, yang sepenuhnya memegang keputusan itu adalah kita. 

Lalu di mana peran Tuhan? Tak pernah berhenti untuk meyakinkan kepada diri kita bahwa Allah bisa berkarya dalam diri kita. Hanya seandainya kita percaya dan mau memberikan kesempatan kepada Allah untuk membuktikan hal itu dalam hidup kita. Mari kita mau tetap berkarya bagi Tuhan,

Tuhan Yesus Memberkati.

CM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *