“Tidur Rohani”
Renungan Harian Kamis, 03 Juni 2021
Efesus 5:14, “Itulah sebabnya dikatakan: ”Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.””
Mari kita bicara tentang tidur. Tidur itu baik dan sehat. Apalagi kalua pulas, bisa bikin tubuh kita bugar, otak kita pun jadi terang. Kita membutuhkan tidur, seperti kita membutuhkan makan dan minum. Orang yang kurang tidur ujung-ujungnya bisa loyo atau jatuh sakit.
Apakah ciri-ciri orang tidur?
- Ia tidak perduli orang lain. Apakah mrndengkurnya mengganggu, apakah ilernya mengganggu, apakah posisi tidurnya mengganggu, ia tidak perduli. Ia hanya asik dengan kenikmatannya sendiri.
- Ia tidak peduli dengan keadaan di sekitar. Televisi nyala terus semalaman, jemuran kehujanan, masak sampai gosong, di luar ada orang yang triak-teriak, ia tidak peduli. Ia hanya peduli dengan dunianya sendiri.
- Ia tidak peduli dengan dirinya sendiri. Bahasa jawanya tidak eling lan waspada. Mulut terbuka lebar, sampai lalat, nyamuk bisa masuk, pakaian dalam tersingkap ia tidak perduli, tidak malu atau rishi.
Itu orang yang tidur secara jasmani, orang yang tidur secara rohani kurang lebih juga sama:
Pertama, ia tidak perduli orang lain.
Apakah perilakunya menyebalkan, apakah perkataannya menyakitkan, apakah tindakannya merugikan atau bahkan membahayakan orang lain, ia tidak peduli. Ia tidak peduli dengan perasaan orang lain. Ia hanya peduli dengan urusannya sendiri, kesenangan dan kenikmatannya sendiri.
Banyak contohnya: orang yang merokok di tempat umum, sehingga asapnya kemana-mana dihisap orang lain yang tidak merokok. Begitu juga dengan oang yang kebut-kebutan di jalan rayadan tidak menaati aturan berlalulintas, sehingga membahayakan orang lain.
Kedua, ia tidak peduli dengan keadaan sekitar.
Di luar terjadi musibah, orang banyak berjerih lelahmemberi bantuan, ia tidak peduli, cuek. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Atau, diluar ada orang yang sussah dan benar-benar membutuhkan bantuan, ia tidak ambil pusing, sibuk dengan dunianya sendiri. Mirip dengan Imam dan orang Lewi dalam perumpamaan orang Samaria yang murah hati. Melihat orang sekarat dipinggir jalan yang habis dirampok, mereka hanya melewatinya (Lukas 10:31-32).
Ketiga, ia tidak peduli dengan dirinya sendiri.
Apakah sikap dan perbuatannya akan merusak citra dirinya, ia tidak peduli. Apakah ucapannya akan merugikan atau bahkan mencelakakan dirinya sendiri, ia tidak peduli. Ia sembrono dengan mulutnya dan teledor dengan perilakunya. Ia juga tidak malu pamer anggota tubuhnya di media social, pamer kekayan padahal hasil dari korupsi atau hutang. Ia tidak malu pamer kesalehan, fasih bicara soal moral dan agama, padahal semua orang tau perilakunya yang tidak bermoral dan tidak agamis.
Begitulah, ada tidur jasmani ada juga tidur rohani. Tidur jasmani bermanfaat, tidur rohani merusak. Tidur jasmani harus kita upayakan, tidur rohani harus kita hindari. Seperti kita menghindari virus corona yang mematikan. Secara jasmani ada saatnya kita harus tidur, secara rohani kita harus senantiasa terjaga, jangan sampai tertidur.
Dari ciri-ciri yang sudah disebutkan diatas, adakah kita termasuk orang-orang yang tertidur secara rohani? Jika ya, mari kita segera bangun sebelum semuanya menjadi terlambat.
Tuhan Yesus Memberkati.
CM