UNBENDING LOVE
Renungan Harian Youth, Rabu 08 Mei 2024
Roma 5:10 – 11
Syalom rekan-rekan Youth, semoga rekan-rekan dalam keadaan sehat dan baik semuanya.
Sebagai anak Tuhan orang yang percaya kepada Allah, kita diajarkan untuk selalu mengutamakan Tuhan dalam hidup dan bisa berbagi kepada sesama dalam segala situasi tidak terikat oleh apapun yang ada dibumi. Ingat Harta tidak bisa menyelamatkan dan memberikan hidup kekal Tetapi Iman dan percaya kita kepada Tuhan Yesus yang akan memberikan kita keselamatan serta hidup kekal. Tuhan tidak pernah menginginkan kita untuk binasa. Ada kasih dalam setiap rencana Allah yang dinyatakan dalam hidup. Lewat pengorbanan Yesus, kita dibebaskan dari kebinasaan dan dibukakan jalan menuju keselamatan. Namun Faktanya adalah perkembangan dunia saat ini sungguh menyedihkan hati Allah. Banyak kejahatan manusia dan perbuatan mereka yang mengarahkan mereka ke jalan kebinasaan.
God often allows times of pressure to come into our lives to bring up from within us our corrupt self-life, so that we begin to see ourselves as we really are.
Setiap Ujian akan membentuk kita menjadi semakin dewasa untuk mengasihi Tuhan dan mengutamakan Tuhan.
Kita harus menyadari bahwa kita hidup di dunia yang makin rusak dan menjauh dari kekudusan. Kejahatan di mana-mana, standar moral makin rendah, dosa dianggap biasa,dll. Namun disaat bersamaan kita juga hidup di masa orang begitu gencar mengorek kesalahan orang lain untuk kemudian menghancurkannya. Cancel culture demikian istilahnya. Satu noda dalam hidup seseorang sudah cukup dijadikan amunisi untuk menghancurkan (meng-cancel karier dan kehidupannya). Tak peduli jika ia sudah minta maaf dan berubah. Tak peduli kesalahan itu teriadi puluhan tahun lalu, tak peduli itu berupa satu kata yang tidak pas saat bergurau. Sekali saja itu diketahui publik, maka berbagai label akan dilekatkan pada orang itu. Jika manusia tidak bersyukur dengan hidupnya, berarti mereka tidak menghargai apa yang Tuhan telah berikan. Dan siklus kehidupan manusia yang terjebak dalam dosa akan terus berputar seperti lingkaran tanpa ujung.
When we have no problems to tackle, when nobody is irritating us, when things are going smoothly and our co-workers are congenial, we can deceive ourselves concerning the real state of our hearts.
Memang kenyamanan seperti tempat yang aman, namun seringakli tidak membentuk kehidupan kita, namun tantangan adalah kesempatan untuk kita belajar dan juga mengenal kelemahan dan kegagalan dalam diri kita masing-masing.
Kasih yang besar telah Allah karuniakan untuk kita. Sekarang jadi tugas kita adalah untuk membagikan kasih itu kepada orang-orang yang disekitar. Jangan pernah egois dan merasa bahwa kamu tidak perlu mengasihi mereka yang ada disekitar, apalagi mereka yang pernah berbuat jahat. Jangan pernah membalas kejahatan dengan kejahatan. Milikilah “Unbending Love” kasih yang kuat dan kokoh dalam kehidupan kita.
Namun, dunia ini seakan berjalan dalam paradoks. Di satu sisi, semakin rusak, namun di sisi lain semakin sensitif terhadap perbuatan buruk orang lain. Dengan kondisi seperti itu, perintah Tuhan agar kita mengasihi musuh (Matius 5:44) terdengar semakin aneh. “Bagaimana mungkin kita mengasihi orang yang sudah menyakiti kita?”, “Apakah kita akan menjadi sasaran CANCEL CULTURE jika kita masih menerima mereka?”. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini menjadi pergumulan bagi kita. Kita sering lupa atau bahkan tidak menyadari bahwa perintah adalah kehendak Bapa. Tidak, perintah untuk mengasihi musuh harus kita lakukan karena pada awalnya kita juga musuh atau seteru Allah (Roma 5:10). Dosa telah membuat kita menjadi musuh Allah. Namun,
Yesus tidak hanya tetap mengasihi kita, tetapi juga rela menderita dan mati sebagai korban tebusan bagi kita, bahkan menjadikan kita anak-anak-Nya.
Apakah kita hanya melihat kesalahan dalam orang lain? Apakah kita secara diam-diam merasa senang melihat orang lain jatuh – terutama jika dia adalah seseorang yang tidak kita sukai?
Ketika manusia memikirkan dan bertindak dengan cara yang tampak baik agar diterima oleh orang lain, tetapi sebenarnya didorong oleh motif yang jahat di dalam hatinya, hal tersebut tidak akan membawa berkat. Jangan sia-siakan kesempatan ini, dan lakukanlah apa yang menjadi tujuan yang telah diberikan Tuhan dalam hidup kita. Mengasihi musuh adalah cara kita untuk membalas kebaikan Allah. Dengan mengampuni orang lain, kita memungkinkan mereka merasakan kasih Allah. Tidak ada hal baik dalam diri kita yang membuat kita layak menerima kasih-Nya, bukan begitu juga orang yang mungkin telah menyakiti kita. Namun, itulah mengapa kita harus mengasihi mereka, karena dengan demikian kita meniru contoh Kristus dan membawa Kristus kepada mereka melalui perbuatan kasih kita.
Ketika manusia berpikir lalu bertindak yang hanya kelihatan baik untuk bisa menerima dengan sesama tapi didorong oleh maksud yang jahat dari dalam hatinya maka hal itu tidak menghasilkan berkat. Apa tujuan hidupmu ada didalam dunia?. Dalam hidup ini, seberapa sering hal seperti itu terjadi? Kita diselamatkan karena iman dan kasih kepada Kristus sebagai tujuan hidup, bukan karena ada tambahan kebaikan tetapi karena memang rencana dan tujuan Allah. Jangan sia – siakan kesempatan yang Tuhan berikan dan lakukan apa yang menjadi goal dan tujuan yang Tuhan berikan dalam hidup. Mengasihi musuh adalah cara wujuda kasih . Ketika mengampuni orang lain akan membuat ia merasakan kasih Allah. Bukankah tak ada hal baik dalam diri kita yang membuat kita layak menerima kasih Nva?.
The way of the cross is the way of power. In the measure in which we walk that pathway we shall have God’s power in our life, and people will be blessed through our life and our ministry.
Jangan ragu untuk berbuat baik, sebab itulah yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan. Kita dulu adalan musuh Tuhan dan la telah mengampuni kita, kini giliran kita untuk melakukannya kepada sesama.
Have a nice day and God bless
LW – NDK