UNITY in FREEDOM

October 28, 2020 0 Comments

Renungan Harian Youth, Rabu 28 Oktober 2020

Salam Sumpah Pemuda … buat semua rekan-rekan Elohim youth. Hari ini kita memperingati 92 tahun Sumpah Pemuda, dengan tema ‘Sumpah Pemuda Bersatu dan Bangkit’. Ditengah semua situasi yang ada, kesulitan yang ada dalam kesatuan yang ada tentunya ada sebuah kebebasan yang diharapkan sehingga bangsa Indonesia bisa bangkit dari setiap keterpurukan bahkan karena pandemic yang ada. Hari ini kita akan sama-sama merenungan arti “Kebebasan “ yang diberikan Tuhan dalam kehidupan kita.

Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, yang dalam kemuliaan-Nya telah mengutus aku, mengenai bangsa-bangsa yang telah menjarah kamu–sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-NyaZakharia 2:8 

Rekan-rekan kita sedikit belajar Biologi ya…😊 Biji mata manusia terletak pada satu ruang dalam tulang tengkorak kita yang bernama “orbita”. Orbita terbentuk dari sekitar 7 tulang dan memiliki volume sekitar 30 ml, mata manusia menempati hanya 1/5 ruang orbita ini. Di ruang orbita inilah mata kita terlindungi. Orbita ini spesial karena mata terletak di dalam tubuh namun menonjol keluar. Mata kita bisa melihat obyek bahkan sampai ribuan . kilometer dengan bantuan alat tertentu namun mata tidak bisa terlepas dari orbita. Jika mata terlepas dari orbita maka dia menjadi tidak berfungsi dan tidak berguna bagi manusia. Seperti apa yang firman Tuhan nyatakan, dalam orbita memang ada dinding-dinding / tembok yang disebut membrane yang berfungsi melindungi bola mata sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi dengan baik.

Terkait dengan ayat mas kita hari ini Nabi Yesaya menulis dalam Yesaya 49:16b  Tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku. Ayat ini muncul dalam perikop Tuhan akan memulihkan keadaan umat Israel yang ada dalam penindasan.  Tembok di kehidupan sehari-hari berfungsi sebagai pembatas, penanda area kepemilikan, dan pertahanan atau perlindungan. Ketika kita mendengar kata tembok, mungkin akan muncul 2 interpretasi.

Bagi para pemuja kebebasan, tembok bisa menimbulkan rasa terkungkung, terpenjara, atau tidak bebas. Kita bisa melihat di sekitar kita ada pribadi-pribadi yang lebih suka berada “di luar tembok.” Tapi bagi yang lain tembok bisa memunculkan sebuah rasa aman dan terlindungi sehingga mereka tidak merasa perlu untuk memberontak dan berada “di luar tembok”.

Dan kembali lagi pada diri kita, bagaimana kita memandang/ menginterpretasikan tembok-tembok yang diletakkan Tuhan dalam hidup kita. Tembok-tembok kehidupan bisa berwujud sebagai aturan-aturan agama, adat istiadat, norma dan nilai yang ada dalam masyarakat, dan peraturan atau hukum. Ketika berhadapan dengan peraturan-peraturan, apa respon kita? Apakah kita mulai berteriak-teriak menyuarakan “The Four Rights” Kebebasan berbicara dan berekspresi, kebebasan beragama, kebebasan berusaha secara ekonomi dan hidup dalam damai, bebas dari ketakutan yang dicetuskan oleh FD Roosevelt pada tahun 1941? Atau apakah kita mulai mengutip UUD’45 Pasal 27-33 tentang kebebasan beragama, berpendapat, mendapatkan pendidikan, mengusahakan penghidupan, mendapatkan perlindungan, dll? Apakah kita mulai, memberontak, dan menyuarakan kebebasan?

Sebenarnya apakah yang dimaksudkan dengan kebebasan?

Bebas diartikan berada dalam kondisi

  1. lepas sama sekali sehingga tidak terhalang dan dapat melakukan segala sesuatu,
  2. lepas dari tanggung jawab dan ketakutan,
  3. tidak dikenakan pajak atau biaya (gratis),
  4. tidak terikat oleh aturan,
  5. Merdeka, tidak dijajah oleh pihak tertentu

Anak-anak sekolah yang mengalami masa belajar dari rumah sering kali mengalami konflik dengan orang tuanya atau guru karena menganggap bahwa orang tua atau guru membatasi kebebasan mereka. Mereka bertengkar karena dibatasi pemakaian smartphonenya baik untuk ngegame atau menonton youtube, dibatasi keluar rumah, dibatasi bangun sampai tengah malam bahkan dini hari, dibatasi melakukan kegiatan-kegiatan yang sebelum pandemi biasa mereka lakukan, dll.

Pertanyaannya adalah apakah kebebasan itu hal sesuatu yang “nyata” atau “maya”? Seorang ahli psikologi Sigmund Freud menyatakan

Most people do not really want freedom, because freedom involves responsibility, and most people are frightened of responsibility.” ~ sebenarnya kebanyakan orang tidak suka kebebasan, karena kebebasan melibatkan tanggung jawab, dan banyak orang takut terhadap tanggung jawab.

Sigmund Freud

Rekan-rekan pemuda remaja, mari kita tanyakan pada diri kita sendiri. Jika kita diberi kesempatan dan waktu untuk mengatur hidup kita dengan bebas, apakah kita siap menanggung akibat dari semua yang kita lakukan? Memperoleh kebebasan di satu sisi mungkin menyenangkan, tapi kita juga harus bersiap-siap menanggung akibatnya.

Tuhan memberi pelajaran yang sangat berharga dalam Zakharia 2:8 dan Yesaya 49:16b. Tuhan menyatakan bahwa kita adalah biji mataNya dan tembok-tembok kita ada di ruang mataNya. Hal ini berarti

# Kita menduduki tempat yang istimewa di hadapan Tuhan, jangan memilih menjadi istimewa sesuai mau kita sendiri.
# kehidupan kita sepenuhnya ada dalam kendali Tuhan, kita akan berfungsi dengan maksimal jika membiarkan hidup kita “dikendalikan” atau dipimpin oleh Tuhan
# kebebasan di luar Tuhan sama dengan lepas dari pemeliharaan dan perlindungan Tuhan. Jangan menuntut Tuhan menjagai dan membela kita, jika kita sendiri yang memilih bebas lepas dari Tuhan.

Apakah salah menginginkan kebebasan? Tidak salah, tapi ingat tetap harus dalam tatanan tertentu. Fenomena yang mungkin muncul banyak anak muda yang Hidup selaras dengan tatanan dengan usaha dan maunya sendiri. Bahayanya adalah Tumbuh jadi pribadi yang munafik – baik di luar tapi rusak di dalam. Jenuh akhirnya memberontak

Bebas melakukan segala sesuatu, tidak membebaskan kita dari tanggung jawab untuk menanggung segala resiko dari apa yang kita lakukan. Penting untuk Menyerahkan kebebasan dan menaklukkan-Nya pada Tuhan.

Seorang tokoh Barat W A White berkata, “Kebebasan adalah satu-satunya hal yang tidak dapat diperoleh, kecuali kita rela memberikannya kepada orang lain.”

Kebenaran tentang kebebasan dalam TUHAN:

1. Yesus membebaskan kita dari hukum maut

Yohanes 8:36  Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.

2. Kita mengenal Yesus dan kebenaranNya dan kebenaran itu membebaskan kita

Yohanes 8:32  dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Tuhan menjadi ruang gerak kebebasan kita. Di dalamNya kita hidup benar sesuai fimanNya

3. Hidup yang kita hidupi adalah hidup sesuai apa yang Tuhan mau

Galatia 2:20  namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.

Sejak kita menerima Tuhan, kita menyerahkan kebeasan kita dengan hidup yang sesuai dengan rencana Tuhan. Kita membebaskan Tuhan untuk membentuk kita sesuai dengan rencanaNya.

Beratkah itu? Tidak, karena Tuhan sudah meletakkan Rohnya dalam kita

Roma 8:2  Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Roh Tuhan memberi kita kesanggupan. Kita tidak mengusahakan kebenaran diri sendiri, Roh Tuhan yang memimpin dan menolong kita.

Mari kita renungkan bersama Seberapa banyak dari antara kita yang hari ini sudah menyerahkan kebebasan kita kepada pribadi yang benar serta menyerahkan diri kita pada tuntunan Roh Kudus yang dianugerahkan Tuhan bagi kita. Jika kita rindu hidup kita benar-benar bebas maka hari ini serahkanlah dirimu pada pribadi yang benar.

Jadilah Pemuda yang bertangung jawab dan tetap Bersatu untuk mengerjakan kehendak Tuhan dan memajukan bangsa aini.

Tuhan Yesus Memberkati

DDO – YDK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *