BELAS KASIHAN YESUS

April 9, 2024 0 Comments

Renungan Harian Youth, Selasa 09 April 2024

Markus 8:2-3, Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.

Belas kasihan berbeda dengan perasaan “kasihan” yang hanya berhenti di emosi pribadi tanpa ada tindak nyata kepada orang lain. Dalam belas kasihan terkandung hasrat kuat untuk membantu dan bertindak secara nyata terhadap kesulitan yang dialami oleh orang lain. Rasa belas kasihan inilah yang selalu ditunjukkan oleh para penulis Injil terdapat pula pada Tuhan Yesus Kristus dalam pelayanan serta interaksinya dengan umat.

Dan secara detail dalam Injil Markus dinyatakan sebagai pribadi yang bergaul dan melayani umat-Nya dengan belas kasihan kepada mereka yang tertindas.  ia berpihak kepada mereka yang dipinggirkan dari masyarakat dan menunjukkan bahwa Allah berpihak kepada mereka.  Yesus mengedepankan sebuah karakter yang merangkul dan bukan menyingkirkan diri atau menjauhi mereka yang dicap sebagai orang miskin dan berdosa.

Markus 8:1-10 menunjukkan hati Tuhan yang tergerak oleh belas kasihan. Pokok persoalannya sungguh amat mendasar yakni Ia tidak mau menyuruh orang banyak yang mengikutinya untuk pulang ke rumah masing-masing dalam keadaan lapar, sebab bisa jadi akan ada yang pingsan di jalan, lantaran ada di antara mereka yang datang dari jauh. Siapakah orang yang datang dari jauh ini? kemungkinan besar bukan orang-orang Yahudi.  Perhatikanlah bahwa Yesus dengan rasa belas kasih berkata (ay. 3), Jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan. Kristus mengerti dan memikirkan tubuh kita. Jika kita memuliakan Dia, kita akan dipuaskan. Dia mempertimbangkan bahwa banyak dari antara mereka datang dari jauh dan berada jauh dari rumah. Saat kita melihat orang banyak yang besar jumlahnya mendengarkan khotbah, menyenangkan untuk berpikir bahwa Kristus mengetahui dari mana mereka datang, meskipun kita tidak mengetahuinya.

Tuhan Yesus peduli dengan kebutuhan orang-orang yang mengikutinya, belas kasihNya tidak terbatas pada orang Yahudi, melainkan juga kepada orang-orang asing.

Dia berkata, Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Jika orang-orang Farisi yang angkuh memandang dengan hina, Yesus yang rendah hati memandang dengan belas kasihan dan kelembutan. Demikianlah kita juga harus menghormati semua orang. Itulah yang dipikirkan Yesus, Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan.

Rekan-rekan youth, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa Ia harus memberi mereka makan karena Ia menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang bersama Dia (2). Kata “bersama” dalam bahasa Yunani bisa juga berarti “tinggal”. Selama tiga hari di tempat terpencil dan dalam keadaan tidak ada makanan itulah mereka tinggal dengan Yesus.  Sayangnya para murid meragukan perintah Tuhan Yesus seolah lupa dengan apa yang sudah diperbuat oleh Tuhan Yesus baru-baru ini, mereka masih mempertanyakan rencana Tuhan untuk memberi makan 4000 orang tersebut. Dengan apa yang tersedia, Yesus mengucap syukur,  memecahkannya, dan memberikannya kepada murid- murid-Nya untuk dibagikan (6). Semua orang yang hadir berkisar 4000 orang laki-laki, belum terhitung wanita dan anak-anak makan sampai kenyang (8, 9). Akhirnya, makanan itu tersisa 7 bakul. Tiap bakul berukuran sangat besar melebihi ukuran bakul pada peristiwa pemberian makan 5000 orang (bdk. Kis. 9: 25). Sesudah itu, Yesus menyuruh orang banyak kembali ke rumahnya masing-masing.

Tuhan secara khusus menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang tinggal di dalam Dia. Kita bisa berharap dalam Tuhan bahwa Ia akan senantiasa memelihara hidup kita jika kita tinggal di dalam-Nya. Ini janji pasti, sebab Yesus sendiri mengatakannya: “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku …, mintalah apa yang kamu kehendaki, maka akan diberikan kepadamu” (Yoh. 15:7).

Kebenaran yang harus kita terapkan di dalam hidup kita adalah bahwa Sebagai murid-murid Tuhan maka sudah sepantasnya jika kita meneladani belas kasihan Sang Guru. Iman bukan hanya mengenai relasi kita dengan-Nya, melainkan juga relasi kita dengan orang lain. Dalam relasi dengan sesama itu terkandung tanggung jawab etis kita untuk bertindak saat orang lain berada dalam penderitaan dan kesulitan. Diam/ tidak berbuat apa-apa dengan berbuat jahat kepada orang lain, sesungguhnya sama-sama mendatangkan penderitaan bagi sesama. Maka tumbuhkanlah belas kasihan dalam hati kita masing-masing dan lakukanlah apa yang memungkinkan untuk meringankan penderitaan sesama.  Tuhan Yesus ingin mengajarkan kepada para murid dan pembaca Injil bahwa hidup ini bukanlah semata-mata tentang memenuhi keinginan pribadi atau mengejar kesenangan duniawi. Tujuan hidup yang sejati adalah mengikutinya dan hidup dalam kehendak Allah. Ayat ini mengingatkan kita untuk memprioritaskan hubungan kita dengan Tuhan di atas segala sesuatu yang lain.

Tuhan peduli dan Ia tahu batas kekuatan kita. Ia sanggup menggunakan apa yang kita miliki untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Tuhan tidak ingin kita hanya terpesona menyaksikan kuasa-Nya dan menikmati berkat-Nya belaka.  Teruslah mencari-Nya dan segala kehendak-Nya dengan penuh kerinduan, di situ kita akan menikmati belas kasihan-Nya yang sempurna, dan teladan dari tindakan Yesus yang penuh kasih itu dapat kita terjemahkan dalam suatu tindakan nyata kepada sesame kita dengan penuh kesungguhan hati.

Amin, Tuhan Yesus memberkati

RM – DOT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *